15.

395 20 0
                                    


...•oOo•...

Satu bulan kemudian..

Suasana rumah peninggalan almarhum orangtua Ega yang sejak beberapa hari lalu sudah ramai, kini lebih bertambah ramai dengan hadirnya rombongan mempelai pria.

Nuansa kediaman Pramudya yang semula hanya bergaya klasik kini disulap menjadi tempat yang penuh dengan ornamen-ornamen serta hiasan bunga mawar putih diberbagai sudut tempat yang menambah kesakralan acara yang akan segera dilaksanakan.

Agar lebih menyatu dengan acara yang diusung, seluruh keluarga maupun tamu undangan diharuskan memakai pakaian berwarna putih.

Seorang pria yang mengenakan pakaian adat jawa tengah berupa baju beskap berwarna putih dengan bawahan kain jarik dengan tambahan aksesoris keris yang diselipkan dibelakang punggung serta kepala yang dipasangi blangkon pun tak luput dari semua pasang mata yang kini berada di kediaman Pramudya.

Tubuhnya yang tegap serta terlihat kekar ditambah wajahnya yang tampan walau tanpa senyuman memancarkan aura wibawa sesuai namanya.

Ia memang bukan pria setampan Nabi Yusuf yang mampu membuat wanita mengiris tangan mereka tanpa sadar, namun pesona yang dimiliki pria itu memang patut diakui cukup memikat sebagian besar lawan jenisnya saat ini.

Dengan didampingi sang Mama, Azet berjalan menuju tempat inti yang akan menjadi saksi bisu lepasnya status lajangnya.

"Shutt.. Gak usah tegang gitu ah" Yashinta meyakinkan putranya untuk tidak terbawa suasana.

Disisi lain, Azet mati-matian menahan diri untuk tidak memberontak lalu menggagalkan acara yang direncanakan oleh mamanya itu.

Bagaimana tidak, beberapa menit lagi kehidupannya akan berubah. Oh tidak, bukan kehidupannya yang berubah, namun statusnya saja yang berubah. Berubah dari lajang menjadi berpasangan. Tapi tetap saja, itu semua sangat mengganggu kebebasannya dan membebani pikirannya.

"Zet. Azet" Tegur sang Mama membuat sang empunya nama mengerjapkan mata.

"Ya, Ma?"

"Ingat, Jangan sampai salah sebut nama dan harus satu kali tarikan nafas. Mengerti?"

"Ya ma" hanya kata itu yang mampu ia keluarkan sesaat sebelum tangannya digenggam oleh seorang pria paruh baya yang mengaku sebagai wali calon istrinya.

"Baiklah saudara Azet Luigi Wibawa, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Ega Diana binti Pramudya wijaya dengan seperangkat alat sholat serta logam mulia seberat 5 gram dibayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Ega Diana binti Pramudya wijaya dengan mas kawin yang tersebut tunai"

"Sah?"

"Sahh..."

"Alhamdulillahirobbil alamin.."

Kini semua yang hadir mengucapkan syukur karena ijab qabul berjalan lancar tanpa hambatan. Bahkan sang Mama yang duduk dibelakang mempelai pria menunduk menangis terharu.

...

"Ga, ayo. Sekarang waktunya lo keluar" Zizi menggenggam tangan sahabatnya dengan lembut seraya tersenyum manis.

"Gue takut, Zi" Ujar Ega yang masih belum sadar dari ketidakpercayaannya bahwa sekarang ia telah resmi menyandang status baru sebagai seorang istri.

"Udah.. Gak perlu takut. Mau gimanapun lo akan tetep turun kebawah nemuin suami lo, Ayo"

"Zi.. Thanks ya udah selalu ada buat gue"

"itu gunanya lo punya sahabat Ga"

"Walau nanti setelah ini gue punya kehidupan baru, gue gak mau ada sekat diantara kita"

"Iya Ga, gue ngerti kok. Gue sama yang laen juga paham kok kalo sekarang lo bukan cuma punya kami dan mbak Ayu, lo udah punya oranglain juga. Orang yang bakal bertanggung jawab atas segala yang ada pada diri lo"

"Iya Zi.. Sekali lagi makasih" Ega menghapus cairan bening yang menetes dipipinya.

"Udah ih, gak usah mewek gitulah. Sia-sia gue dandanin lo ujungnya luntur sebelum ketemu suami" gerutu Zizi seraya memperbaiki make up sahabatnya membuat Ega tersenyum.

"Ayok" Zizi menggiring Ega untuk keluar dari kamar.

Ketika berjalan menuruni tangga, semua pasang mata menatap betapa anggunnya wanita yang kini resmi menyandang status nyonya Wibawa.

Semua memandang seraya memuji kecantikan yang terpancar dari sang mempelai wanita. Kecuali seorang pria yang menjadi pasangannya.

Pria itu hanya memandang lurus sang Mama yang menghampiri menantu barunya dan menggiring wanita itu hingga sampai dihadapannya.

Sedangkan Ega kini hanya menunduk memerhatikan tangannya yang digenggam lalu dipasangkan sebuah cincin disela jarinya.

Sesuai interupsi orang-orang sekitarnya, kini giliran Ega yang memasangkan cincin disela jari sang suami, lalu mencium punggung tangannya.

Demi apapun, kini jantungnya berdegup kencang meronta hendak menghancurkan kerangka yang melindungi. Apalagi ketika tiba-tiba kepala bagian belakangnya ditahan sebuah tangan besar bersamaan dengan sebuah benda kenyal mendarat dikeningnya.

Cup

Hanya sekilas, namun setengah mati Ega menahan diri untuk tidak memanggil nama Zizi, Binta, Naina ataupun Mbak Ayu dan menghambur kedalam pelukan mereka.

...•oOo•...


September '19

Pernikahan Tak Diinginkan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang