20

396 20 2
                                    


...•oOo•...


20 menit sudah Ega menunggu Zizi selesai membersihkan diri. Dengan mengenakan jeans dan kaos lengan panjang berwarna orange. Tak lupa rambutnya pun dikucir kuda sehingga menampilkan ciri khasnya secara sempurna.

"Sebenernya gue mau nanya banyak sama lo, tapi yaudahlah. Gue pulang ya, titip salam buat mertua lo yang baik hatinya"

"Hehe iya, Gak nitip salam buat suami gue?"

"Sebenernya mau nitip juga, tapi karna dia ngusir gue, O-G-A-H. Assalamualaikum" Zizi melambaikan tangannya kepada Ega.

"Waalaikumsalam" Ega tertawa sembari melambaikan tangannya ke arah Zizi yang semakin menjauh.

Tak lama kemudian Azet dan mertuanya datang dengan membawa paperbag berukuran sedang. Wajah mertuanya terlihat sangat ceria, seperti virus yang langsung menular kepada siapapun yang memandangnya.

"Assalamualaikum, anak mama yang cantik" Sapa beliau ketika melihat Ega berjalan menghampirinya.

"Waalaikumsalam, Ma. Mama apa kabar?"

"Seperti yang kamu lihat, Alhamdulillah mama sehat. Oh ya, nih buat kamu" Sang mertua menyodorkan paperbag yang tadi ia bawa.

"Ini apa ma? Oh ya, Farah gak ikut ma?"

"Itu gamis dari Azet, barusan beli sama mama. Katanya sebagai kado pernikahan. Si Farah nanti nyusul, karna masih ada janji sama temennya buat ketemuan"

"Mama.." spontan Ega langsung melirik Azet yang sedang sarapan, karena memang sedari tadi ia memang belum sarapan.

"Halah, malu-malu. Sama istri sendiri aja sok malu. Oh ya buruan ganti, itu gamisnya di pake terus kita berangkat ya" Ega pun pamit meninggalkan sang mertua bersama suaminya.

Yashinta menelusuri dengan arah pandangnya kesetiap sudut kamar anak dan menantunya.

"Mas, istrimu gimana? luwes atau canggung?" ujar Yashinta membuat Azet menghentikan makannya.

"maksud mama?"

"ih kaya gak ngerti aja" mamanya tersenyum mengejek.

"ya memang aku gak ngerti, ma"

"Maksud mama, kalian gak saling canggung kan? dia istri yang baik kan?" Azet terdiam beberapa saat dan akhirnya menjawab "iya baik".

Tak lama Ega pun sudah siap dengan mengenakan gamis yang tadi di berikan padanya.

"Yaudah yuk langsung berangkat aja, kamu udah sarapan belum nak?"

"Em, sudah ma"

••••

Perjalanan dari hotel tempat mereka menginap kerumah kerabat Azet harus memakan waktu 55 menit dari waktu yang biasanya hanya 35 menit jika lokasi berangkat nya dari kediaman Yashinta, mamanya. Azet terlihat santai ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan. Ega pun demikian, ia menggandeng sang mertua dengan senyum sumringah menghiasi wajah ayu nya.

"Assalamualaikum Kak" sapa wanita yang Ega perkirakan hampir seumuran dengan mertuanya datang menyambut kedatangan mereka.

"Waalaikumsalam, dimana yang lain?" tanya Yashinta.

"Ada di dalam, ayo masuk. ayo Azet, Ega"

mereka pun segera masuk ke dalam rumah, yang ternyata sudah dipenuhi oleh kerabat-kerabat yang lain. Hampir semua kalangan hadir, dari yang kecil, remaja, dewasa dan lanjut usia. Ega tidak menyangka akan seramai ini, ia kira hanya reunian keluarga yang biasanya hanya dihadiri oleh para orangtua dan anak kecil. mereka semua memisah seperti koloni-koloni berdasarkan rentan usia mereka.

setelah bersapa dengan semua kerabat, Ega duduk disebuah gazebo dengan segelas jus di genggamannya. tiba-tiba ia rindu terhadap saudari satu-satunya, mba Ayu. Ia pun merindukan kedua ponakannya yang sangat menggemaskan.

"kenapa gak ikutan nimbrung sama yang lain?" Ega terperanjat ketika sudah ada seorang pria berdiri di dekatnya, pria yang berperawakan seperti blasteran tapi logat jawa begitu medhok ketika ia berbicara.

"eh engga, Lagi pengen sendiri aja" Ega tersenyum tipis, namun justru manis.

"di suasana seramai ini tapi pengen sendiri?" tanya pria itu lagi, Ega pun kembali tersenyum tipis.

"oke gue paham, setiap orang punya privasi untuk diri mereka sendiri. btw boleh gue ikutan duduk?"

"Maaf, sebaiknya jangan"

"hm, okay. No problem"

"Menurut lo apa sesungguhnya yang dapat dikatakan kesempurnaan?"

"Gue cuma mau bilang, walau disini gue cuma orang asing, tapi setiap gue ada di lingkup keluarga ini, gue suka. keluarga yang gak akan pernah gue punya. disini banyak keceriaan, kehangatan dan cinta. gambaran nyata tentang kesempurnaan. jika tak ada cinta maka akan biasa saja, hambar." Ega mendengarkan sampai akhirnya netranya menangkap sosok yang berjarak sekitar 10 meter darinya, sosok berkulit sawo matang yang sudah 2 hari ini ada di dekatnya. sosok itu tampak biasa dengan ekspresi datarnya yang selalu ia tunjukkan di depan Ega.

Ega terdiam menatap sosok itu hingga akhirnya sosok itu enyah dengan kemauannya sendiri. enyah dari pandangan mata Ega.

"Ya, Hambar" Ulang Ega mengikuti perkataan orang disampingnya.

...•oOo•...

Juni'20






Pernikahan Tak Diinginkan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang