...•oOo•...
Dengan langkah cepat mama berjalan didepanku, Toh jika beliau berjalan lambatpun pasti akan sampai. Aku tak tahu ada faktor x apa yang ada pada gadis itu yang jelas Mama sangat antusias ingin bertemu dengannya. Dengan santai akupun berjalan dibelakang Mama dengan salah satu tangan kumasukkan kedalam saku celana."Mas, kira-kira kamarnya yang mana ya?"
"Kok tanya Azet? Memangnya Mama belum tahu?"
"Ya belumlah. Kan tadi mama baru tahu kalau anak sahabat Mama itu tinggal disini karna ketemu sama temennya dibawah. Mama tanya sama kamu, kali aja kamu tahu. Kan satu gedung"
Memangnya kalau satu gedung harus banget tahu setiap penghuninya tinggal dikamar yang mana. Jangankan apartemen bagian ini, apartemen depan apartemen ku saja aku tak tahu ada penghuninya atau tidak.
"Mama gak tan-"
"Oh iya! Mama inget. Katanya, apartemen.. Apartemen... sebelah kanan paling pojok. Nah itu dia" Mama menunjuk sebuah pintu yang dimaksud.
Lagi-lagi Mama berjalan cepat menghampiri sebuah pintu, dan tepat ketika berada didepan pintu mama menoleh padaku seraya tersenyum. Akupun hanya menaikkan kedua alisku dengan tatapan 'Ada apa'.
"Duh, yang rapi dong pakaiannya Zet. Nanti dia ilfeel lho liat kamu kucel gini" tangan mama sudah terjulur merapihkan jaket yang kukenakan serta tak lupa merapihkan pula tatanan rambutku yang menurutku sudah rapi.
"besok dipotong rambutnya, Ini udah panjang. Kamu keliatan tambah jelek"
"hm" akupun menarik kedua sudut bibirku.
"aduh, kenapa tadi gak beli sarapan dulu. Kali aja dia belum sarapan"
"tadi katanya mau jalan-jalan, ya nanti aja sekalian"
"Oh iya. Ooh mama tau, pasti kamu mau ngajak dia makan bareng kan?" Mama menyipitkan matanya padaku dan kubalas gelengan kecil.
"Alah, Sok engga-engga, Gengsian. sama Mama sendiri juga"
Setelah Mama dengan telaten memencet bel, pintupun akhirnya terbuka menampilkan seorang gadis dengan khimar menutupi kepalanya.
"Assalamualaikum, Sayang" Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah Mama, terbukti ketika sebuah senyuman manis terbit mewakili auranya. Berbeda dengan gadis itu yang terlihat sedikit terkejut karena kedatangan Mama. Namun itu hanya sekilas hingga akhirnya ia mempersilahkan aku dan Mama masuk kedalam.
Tak mau repot-repot kepo dengan pembicaraan mereka, akupun mengeluarkan ponselku hendak membalas pesan masuk dari Rayna, Pacarku. Dan entah sudah berapa lama hingga Mama mencolek lenganku.
"Kamu denger gak? Ega nganggep kamu suaminya Farah" Ucap Mama. Lalu akupun menatap gadis itu sekilas lalu kembali menatap ponselku. Sampai akhirnya Mama berseru.
"Astaghfirullahaladzim. Sayang, kamu kenapa? Zet. Ini kenapa?" kulihat wajah Mama mulai panik melihat gadis tadi tak sadarkan diri.
"Loh kok bisa pingsan Ma?"
"Mama gak tau, tiba-tiba dia megangin kepalanya terus pingsan. Coba Mama cek suhu tubuhnya" lalu Mama menempelkan punggung tangannya ke dahi gadis tersebut.
"Ya ampun. Panas banget"
"Zet, ayo bawa Ega kedalam kamar" aku memandang Mama tak percaya.
"Ma, Azet gak bisa"
Bukannya sok suci, aku bahkan sering menggendong pacarku Rayna jika ia sedang manja. Tapi lain hal dengan gadis didepanku saat ini, gadis dengan mata tertutup serta bibir pucat menghiasi wajahnya. Gadis berkhimar ini pasti tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya jika ia dalam keadaan sadar. Dan perlu kalian tahu, aku bukan tipe pria yang suka memanfaatkan kesempitan demi sebuah kesempatan.
"Ini mendesak Zet. Dalam hal mendesak hal seperti itu diperbolehkan. Lagipula gak mungkin mama angkat dia sendirian"
"tunggu temannya dateng aja Ma"
"Kelamaan Azet. Kasian, nanti badan dia tambah sakit tidur disofa begini" Dengan berat hati akupun menuruti Mama, menggendong gadis itu ala bridal style dan kini aku bisa merasakan hangat tubuh gadis didekapanku dan segera membawanya kedalam kamar.
Setelah membaringkan tubuh gadis itu, aku memilih menunggu diluar sedangkan Mama menemani didalam kamar.
Tak selang berapa lama, pintu utama terbuka menampilkan gadis dengan membawa kantong kresek ditangannya.
"Huh, gara-gara antrian panjang jadi lama kan. Harusnya tadi gu-" gadis itu menghentikan ucapannya setelah menyadariku yang duduk disofa.
"Loh, kok?" gadis itu melongo hendak bertanya, namun sebelum itu aku menggerakkan kepalaku kearah kamar dimana aku meletakkan temannya tadi. Seolah mengerti, gadis itu segera berlalu.
Lalu ponselku berdering, disana tertera nama Ratu Rayna. Akupun langsung menggeser tombol hijau.
"Hallo Ray"
"..."
"Gak bisa Ray, lagi ada urusan sama Mama"
"..."
"Gak jadi, batal semua. Mama suruh aku nemenin dia jalan-jalan"
Sama calon mantunya.
"..."
"Lain kali aja ya, pokoknya kamu harus terus semangat buat photoshoot nya"
"..."
"iya iya. Love you too"
15 menit kemudian..
Setelah menunggu, akhirnya gadis yang tadi pingsan keluar dari dalam kamar dipegangi oleh temannya menghampiriku dan Mama.
Gadis itu berbincang dengan Mama hingga akhirnya aku mendengar bahwa gadis itu menerima perjodohan itu.
Shit.
Kulirik tajam gadis yang sedang menunduk itu dan juga Mama yang sudah tersenyum lega.
...•oOo•...
Jangan lupa pencet bintang dibawah👇karena mencet vote itu GRATIS!! GAK BAYAR, NO PUNGLI, komen juga boleh kalo bisa share cerita ini yaa..
Jadilah readers yang bermartabat dengan ikut mengapresiasi karya oranglain. Jangan hanya menjadi penikmat tapi tak mau menghargai si pemberi nikmat.
Mari terapkan simbiosis mutualisme yang sudah dipelajari, oke.
Kalian hebat adalah kalian yang menghargai sesama. Luv ❤
Agustus '19
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Tak Diinginkan ✔
Romance"Ma, ada apa memanggilku?" suara bariton terdengar membuat Ega mendongakkan kepalanya. "Bawa istrimu ke kamar" "Ayo" Azet mengulurkan tangannya kepada Ega. Setelah uluran tangannya diterima, Azet hendak berjalan sampai akhirnya sang Mama kembali...