...•oOo•...
Sekarang Ega menatap seorang gadis yang sedang tiduran disofa ruangannya sembari membolak-balik majalah di tangannya. Sudah sejak pagi ruangan Ega sudah dipenuhi dengan suara sahabatnya ini, Zizi.
Pasalnya tadi pagi ketika sedang menyiapkan sarapan, ia mendapat panggilan telepon dari sekretarisnya yang memberitahu bahwa Zizi sudah berdiri didepan butiknya. Sontak membuat Ega cepat-cepat menyelesaikan acara sarapannya dan bergegas melaju ketempat kejadian.
Dan sekarang Ega masih setia memandangi sahabatnya itu, ia tak bisa mengerti dengan sikap sahabatnya yang satu ini. Sangat sulit ditebak. Bahkan sampai sekarang sahabatnya itu tak jua memberitahu maksudnya datang kemari, dan Ega tak berniat menanyakan hal itu. Bukan tak pengertian, namun hal tersebut adalah hal sia-sia, sebab Zizi juga tak akan memberitahunya, Kecuali ia bersedia memberitahu.
"lo, gak ada niatan kemana gitu Ga?"
"ha? Em, engga" Ega tersadar setelah sahabatnya itu membuka suara dengan tetap fokus pada majalahnya.
"engga"
"alah gak asik. Liburan yuk, kemana gitu" Ega terdiam mendengarkan.
Lalu ia teringat akan kota Surabaya. Akan lebih menyenangkan jika ke kota tersebut ditemani Zizi. Mungkin, Zizi bisa membantunya, sedikit.
"Oe Ga. Malah bengong!"
"Zi, Ke Surabaya yuk"
"ha? Surabaya? ngapain?beli rujak cingur?"
"di seberang jalan ada Zi, gak perlu lah ngoyo ke Surabaya karna cuma mau rujak cingur. ya kita liburanlah. Kaya yang lo bilang tadi"
"hm.. Surabaya ya. Kenapa gak sekalian ke Bali aja?" Zizi terlihat menimang tawaran Ega.
"ada perlu sih sebenernya, hehe"
"Kebiasaan pebisnis nih. kalo gak ada perlu gak kemana-mana. okelah, gue bakal ngehubungi temen gue yang ada disana, gue bakal nanya-nanya tempat recommended"
"oke sip. Tapi, Gue gak tau kapan tepatnya kita kesana, tapi gue usahain secepatnya. Terus, kuliah lo gimana?" Ega menyetujui rencana Zizi. Tidak salah jika ia mengajak Zizi ke Surabaya. Wanita itu selalu bisa diandalkan jika bersangkutan dengan travelling. Namun ia hampir melupakan status gadis berambut panjang gelombang tersebut.
"udah aman kok, ini udah jam makan siang belum sih?" Zizi bertanya kepada Ega.
"udah kok, kenapa?"
"ya ayo kita makan. Laper gue dari pagi belum makan nasi"
"eh nanti deh bentar lagi. Tunggu Naina dateng dulu" sambung Zizi.
"Naina? Lo nyuruh dia kesini juga?" Ega mengerutkan dahinya.
"iya dong. Kangen gue lunch bareng kalian. Kebetulan hari ini Naina libur jadi dia gue suruh kesini juga"
Ega termangu dengan ucapan Zizi, memang benar akhir-akhir ini mereka, lebih tepatnya Naina, Zizi, Ega dan Binta sudah jarang kumpul bersama. Mereka lebih disibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing, terkecuali Zizi.
Ega merindukan mereka, Sahabatnya.
"okedeh, nanti gue aja yang ba-"
"Hallo.. Excuse me" kepala Naina menyembul dari balik pintu.
"-yar. Hai Nai" sapa Ega dan menyuruh gadis yang memakai rok biru muda yang panjangnya dibawah lutut itu masuk ke ruangan.
"lagi ngobrolin apa?" Naina berjalan menuju sofa yang ditempati Zizi.
"ini Nai. Si Ega bilang dia mau traktir kita makan siang" sahut Zizi yang sudah duduk tegap di sofa.
"wah asik dong"
"asiklah. Kan gratisan!!" jawab Zizi dengan antusias. Sedangkan Naina dan Ega tertawa mendengar ucapan Zizi.
"ini si Binta gak ada?" tanya Naina.
"si Binta mah susah di nego. Paling mentok ya kita-kita inilah yang suruh ke kantor dia"
"gadis workaholic memang beda" ujar Naina.
"untung gue engga separah dia" sahut Ega dan diangguki oleh kedua sahabatnya.
Memang bukan sebuah rahasia umum lagi diantara mereka mengenai karakter Binta. Mereka cukup pengertian dengan hobi baru sahabat mereka yang agak tidak lazim dikalangan kaum hawa. Hobi dengan tumpukan kertas dan dokumen-dokumen memang bukan hal yang wajar dilakukan kaum hawa kan?
Merekapun berjalan meninggalkan ruangan yang bernuansa abu-abu tersebut untuk pergi makan siang. Mereka memutuskan untuk tetap berjalan kaki menuju restoran yang hanya berjarak 50 meter dari butik milik Ega, setelah sebelumnya berdebat kecil dengan Naina yang menolak berjalan kaki karena cuaca yang panas.
"udahlah Na, jalan bentar aja kok. Gak perlu bawa mobil" ujar Zizi
"ini panas banget zi" jawab Naina yang masih berdiri didepan butik.
"hadeh, Gak bakal langsung kebakar kulit lo cuma gara-gara jalan 50 meter" ucap Zizi lagi. Naina merenggut mendengarnya.
"Nah kan. Dari dulu udah gue bilang, pake hijab, kan banyak manfaatnya Na. Gak perlu takut gosong juga"sahut Ega.
"udahlah Na, terserah lo. Kalo mau bawa mobil ya silahkan.. Gue sama Ega jalan kaki aja" ucap Zizi finally, Kemudian menarik pergelangan Ega.
Melihat dirinya ditinggal oleh dua sahabatnya, dengan berat hati akhirnya ia mengikuti mereka yang mana sebelumnya ia meminjam payung yang dibawa oleh salah satu karyawan butik. Ia tak heran jika karyawan tersebut pergi bekerja membawa payung, karena akhir-akhir ini cuaca sulit ditebak. Bisa jadi ketika siang hari panas, sore atau malamnya hujan deras. Begitu pula sebaliknya.
...•oOo•...
Mei'19
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Tak Diinginkan ✔
Romansa"Ma, ada apa memanggilku?" suara bariton terdengar membuat Ega mendongakkan kepalanya. "Bawa istrimu ke kamar" "Ayo" Azet mengulurkan tangannya kepada Ega. Setelah uluran tangannya diterima, Azet hendak berjalan sampai akhirnya sang Mama kembali...