Paginya, kaki Arka tidak juga semakin baik. Bahkan, semalaman ini, Arka tidak dapat tertidur. Meskipun Bunda menemani Arka di sisinya, rasa sakit itu lebih menyiksanya.
Perlahan, Ayah mendudukkan Arka di kursi belakang mobil. Keputusannya bulat sudah. Hari ini juga, ia akan membawa Arka ke rumah sakit untuk memeriksakan lebam yang ada di kaki Arka. Meski putranya itu terus-terusan menolak dan berkata bahwa dirinya baik-baik saja, Ayah tidak percaya. Insting seorang ayah yang membuatnya mengetahui bahwa ada sesuatu terjadi pada Arka.
Pada akhirnya, Arka hanya bisa diam. Keputusan Ayah tidak dapat diganggu gugat. Sementara itu, Bunda, yang sedari tadi memeluk Arka di kursi belakang, juga mengikuti keputusan Ayah.
"Hari ini Arka ada ulangan," ucap Arka.
"Kamu bisa ikut ulangan susulan." Ayah berucap. Tetap saja, sifat Ayah yang keras membuat Arka tidak dapat semudah itu menghancurkannya.
"Arka nggak mau ikut ulangan susulan!" Arka berucap, agak berteriak. Membuat Bunda yang berada di sebelahnya makin mendekapnya dengan erat.
Bukannya apa, Arka hanya tidak ingin ke rumah sakit. Baginya, tempat itu terlalu menyeramkan. Ada hawa kesedihan yang mendalam di sana. Lagipula, kakinya hanya lebam sedikit. Kemungkinan, tidak butuh waktu lama, kakinya akan sembuh sendiri.
"Tolong sekali ini jangan membantah, Arka!"
Nada suara Ayah yang meninggi membuat Arka benar-benar bungkam. Pada akhirnya, ia hanya diam dan memejamkan matanya. Kepalanya terasa pening.
"Iya, maaf," gumam Arka lirih.
Ayah lantas menghela napas panjang. "Maafin Ayah, ya," ucapnya, berusaha menetralisir emosinya, "Ayah mungkin terlalu keras. Tapi, ini semua buat kamu, Nak."
~l a s t t i m e~
Rumah sakit pada pagi hari ini sudah cukup ramai. Arka duduk di kursi bersama dengan Bunda. Ayah sendiri sedang mendaftarkan dirinya di bagian administrasi.
"Bun, kalau nggak ada masalah berarti di kaki Arka gimana?" Arka bertanya, memecah keheningan di antara dirinya dan Bunda.
Bunda yang awalnya sibuk menjawab pesan di akun online shop-nya itu lantas menoleh. "Bagus, dong. Kita ke sini juga buat memastikan. Kalau nggak ada apa-apa, ya alhamdulillah. Bunda nggak perlu khawatir lagi," jawab Bunda, "Tinggal Bunda ngehukum kamu karena dari kemaren ceroboh terus."
Arka bergidik ngeri. Ketika kedua netranya menangkap sosok Ayah yang berjalan menghampiri, dirinya sontak bangkit. "Udah, Yah?"
"Udah, tinggal tunggu kamu dipanggil," jawab Ayah. Ia duduk di bangku, membuat posisi Arka kini berada di antara Bunda dan Ayah.
"Yah, kok Arka takut?"
"Loh, kok kamu takut?" Ayah membalas. Ia merangkul tubuh Arka. "Kenapa kamu takut?"
"Takut kalau hasilnya bakal yang aneh-aneh," jawab Arka sejujur mungkin, "atau mungkin, aku lebih takut kalau nggak ada apa-apa. Ke spesialis cuma buat buang-buang uang. 'Kan sayang."
"Nggak apa-apa, Ayah sama Bunda kaya, kok." Ayah mencetus santai. Membuat Arka tanpa sadar ikut tersenyum. Ia bisa merasa lebih tenang.
Sementara itu, Bunda melirikkan netranya. Senyum yang Arka tunjukkan ternyata menular, membuat Bunda mau tidak mau ikut menyunggingkan sudut bibirnya. Meski masih disibukkan dengan aktivitasnya, nyatanya Bunda ikut menyimak percakapan Arka dengan sang ayah.
Hangat.
Setidaknya, begitu yang Bunda rasakan.
Sampai kabar buruk itu menghancurkan kehangatan tersebut.
~l a s t t i m e~
About this week
World Breastfeeding Week atau Pekan ASI Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 1 sampai 7 Agustus. Hal ini merupakan cara WHO dan UNICEF mendukung ibu menyusui di seluruh dunia. Peringatan hari ASI yang telah digelar sejak 2016 ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ASI untuk pertumbuhan si kecil.
~l a s t t i m e~
A/n
Pasti tahu kan arahnya ke mana wkwkwk.
Moga aja pada masih betah nungguin yak wkwkwk
Btw, pada mati lampu ga si? Sinyal juga ilang. Aku di Bekasi sampai nyari sinyal ke Jakarta, nggak nemu juga dong wkwkwk
Enjooooy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Time
Teen FictionIni kisah tentang Melvino Zayyan Arkana, cowok berusia lima belas tahun yang didiagnosis menderita penyakit berbahaya tepat di hari ulang tahunnya. Bagi Arka, dunianya hancur saat itu. Mungkin saja, kematian bukanlah hal yang menyakitkan, dibanding...