[Omicron] FIGHT!

1.8K 417 215
                                    

2000+ words! Daripada baca komen "lanjut kak" aku lebih suka baca komen yang kaya menikmati cerita ini heheeeeee.

Kalau seru, jangan lupa ramein ya!

Atlantis 99l akan segara berakhir lho! Apa kalian siap bertemu dengan para jagoan-jagoan 00l????

Teori 00L akan beda dari masa sebelum revisi! Jadi kalian bisa menebak-nebak alur ceritanya heheeeee

Selamat membaca<3
...

"JIHOON! ARIN!!!"

Chou Tzuyu tercengang ditempatnya. Bahkan kedua tangannya refleks menutup mulutnya sendiri setelah ia mengucapkan astaga dengan ekspresi shock. Tzuyu berlari menghampiri Arin, ia kemudian menggigit bibir bawahnya kuat-kuat dan menggenggam tangan Arin.

"RIN SADAR RIN!" Serunya panik. Tapi sejurus kemudian raut muka Tzuyu berubah bingung, "ini kenapa bisa berdarah-darah kaya gini?!"

Yeri, Lucas, dan Mark tidak bereaksi langsung. Untuk beberapa waktu, hanya keheningan yang menusuk atmosfer disekitar mereka. Ditambah hari semakin malam, hawa dingin yang melingkup semakin memperburuk keadaan.

"RIN!JIHOON!!!"

Yeri yang berada dibelakang Tzuyu langsung menghampiri dan memeluk gadis itu erat, terutama saat Tzuyu meraung-raung sembari meneteskan bulir-bulir air dari matanya yang redup. Berbeda dengan dua pemuda yang kini membalik-balikan tubuh lemas Jihoon dan Arin seraya berpikir keras, bahkan Lucas sampai berkacak pinggang dengan kedua alis menekuk tajam. Ekspresi cemas dan khawatir mereka meluruh perlahan setelah memastikan keadaan keduanya.

"Gak ada bekas luka sama sekali. Terus ini darah dari mana?!"

Tzuyu terhenyak lalu mengerenyit heran. "Ini..." ia menjeda kalimatanya seraya kembali mengamati tubuh Arin dan Jihoon bergantian. Sejurus kemudian gadis itu berjinggit kaget ketika aliran darah yang menggenang disekitar tubuh keduanya perlahan menyusut dan hilang tanpa jejak.

Mark, Lucas, dan Yeri bergidik ngeri.

Tzuyu kehabisan kata-kata.

Lalu tiba-tiba Arin dan Jihoon terbatuk-batuk keras, air keluar dari mulut mereka yang terbuka, dada keduanya naik lalu kemudian bergerak naik-turun secara cepat untuk menghilangkan sesak. 

Bola mata Arin meredup dan saat itu pula tatapannya bertumbukan dengan netra gelap milik Mark ; membuat tubuh pria itu mematung seketika.

Satu detik.

Dua detik.

"Mark?"

Mark lee menekuk dahinya lebih dalam, ia menggeleng dan menutup mulutnya rapat-rapat sebagai bentuk defensif. Tapi jauh di dalam benaknya, sesuatu bercocokan masuk membentuk pemikiran acak yang membuat Mark pening sesaat. Pemikiran itu bergerak keluar menimbulkan ilusi yang berada tepat didepan mata Mark, bayangan teman-temannya perlahan samar lalu tepi pantai yang menjadi tempatnya berpijak kini berganti dengan pemandangan sebuah danau kecil menuju tempat seperti gapura yang memiliki beberapa anak tangga yang menanjak sampai atas.

Mark tak pernah melihat tempat itu sebelumnya, tapi dapat ia yakini gapura itu memiliki aura yang sakral dengan sihir kuat. Ketika ia melongok lebih dalam, terdapat sebuah batu besar dengan permukaan datar dibelakang gapura. Lalu senandung misterius tiba-tiba terdengar, dari suaranya yang acak Mark pastikan itu berasal dari beberapa orang. Alunan gitar klasik bertindak sebagai musik pengiring, lirik yang aneh, nyanyian yang terdengar jelas walau tak teriak. Mark menajamkan pendengarannya, nada yang semula terdengar menyeramkan itu kini membentuk harmoni yang indah.

ATLANTIS : Rise Of The DemonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang