[O] Fake

1K 284 442
                                    

>>>

Kabut pelindung mulai menipis terlihat dari asapnya yang perlahan melebur dengan udara luar. Pasukan jubah hitam tak pantang kembali, sebelum perintah dari sang penguasa terealisasi. Langit kala itu gelap, rembulan yang biasa menerangi kali ini mulai meredup, bahkan alam pun seakan enggan berkoalisi. Hanya berlandaskan insting dan tekad kuat yang setia menemani.

Mereka takkan berhenti, itu adalah janji!

Yeri si gadis pemberani memimpin didepan, beberapa kali suara batuk terdengar bersahutan ketika melintasi kabut. Haechan dan Jinyoung berduet membawa rakit buatan mereka diposisi belakang. Renjun sempat beberapa kali membantu walau pemuda itu jadi lebih memilih membawa ransel Jinyoung dan membuka buku Atlantis disepanjang jalan.

Buku itu memancarkan cahaya, seakan menjadi obor bagi mereka.

Yeji mendekati Yeri, jarinya menunjuk sebuah cahaya terang diujung sana. Yeri sontak mengibas-ibaskan tangan, dan sadarlah mereka sudah keluar dari zona perlindungan. Berbeda seperti sebelumnya, kali ini cahaya temaram, gemerlap istana sedikit memantulkan cahaya sampai keseberang sungai.

Jinyoung dan Haechan berjalan mendahului. Haechan langsung membawa kayu pendek dan menancabkannya ketanah menggunakan batu. Pemuda itu mengikatkan tali (akar) dari rakit pada kayu tersebut supaya tak hanyut terbawa air.

"Yuk naik!" kata Haechan setelah selesai.

"Sedikit informasi, gue gak pernah naik rakit" balas Yeji bergidik ngeri.

Heejin menepuk pundak Yeji pelan. "Gapapa, anggap aja ini karpet terbang biar kaya aladin dan jasmine"

"Gue aladin nya!" serobot Haechan.

Heejin mendelik. "Kalau gitu gue gak mau jadi jasmine nya"

"HAHAHA MAMPUS!" ledek Renjun.

"Ugh sakit bung!" timpal Jinyoung dengan dua tangan didada, bergaya berlebihan.

"DIAM!"

Teriakan Yeri sukses membuat semuanya bungkam. Gadis itu dengan santai menyuruh Haechan memegangi rakit dan duduk manis disana. "Buruan naik!"

"EH BUSET GALAK BENER" gerutu Haechan, walau kemudian jadi meringis ketika Yeri menyentil dahinya keras.

Yeji langsung menciut, tanpa bicara naik keatas rakit walau tubuhnya sudah bergetar bukan main. Heejin hanya menunjukan senyum kikuk pada Yeri dan kemudian naik, Renjun dengan gayanya ala instruktur senam menyuruh Yeri menarik nafas agar tak emosi. Jinyoung diam saja, dia kan tak melakukan kesalahan.

Semuanya naik berurutan pada rakit hingga deretan kayu itu bergoyang diatas air.

Yeri diam-diam terkikik. 'Lucu juga jahilin bocah'.

"Nih!" Yeri memberikan kayu panjang pada Haechan, Jinyoung, dan Renjun membuat tiga pemuda tampan itu menoleh bingung,

"Buat apa?" kata Jinyoung mewakili mereka.

"Dayung lah! Lu pada kan cowok, kita cewek diem"

"Anjir" refleks Haechan.

Heejin terkikik, jadi mengambil alih buku Atlantis ditangan Renjun. Gadis itu membuka salah satu halaman berisi coretan dari tinta hitam.

Tak semuanya mati. Sebagian dari mereka hanya terjebak, liontin itu adalah jawabannya.

"Secret Liontin? Itu benda keempat kan?" tanya Yeri mengingat obrolan mereka dikuil. "Tunggu deh, harusnya mereka yang pegang buku ini. Bukan kita"

ATLANTIS : Rise Of The DemonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang