SUDAH DITERBITKAN OLEH NOVELINDO PUBLISHING
Seperti arti dari sebuah nama. Tingginya 175 cm, bersinar karena prestasinya dalam bidang basket, suka makan seblak mercon dan mempunyai fans club namun sayangnya tomboy.
Cecilia Bintang menganggap sahabat...
Lebih baik usaha keras mencari ilmu dan merangkak membangun prestasi untuk mendapat beasiswa daripada harus berdiam diri meratapi nasib
~Cecilia Bintang~
______________________________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jakarta, 5 Agustus 05.00 a.m.
Seperti rutinitas pagi biasanya. Bintang akan bangun pukul lima, lalu menguap lebar sambil berusaha duduk, merentangkan tangan sembari tersenyum menatap poster Kevin Durran—pemain basket idolanya—yang memenuhi dinding kamar tepat depan kasur. Kemudian peregangan otot dan lari-lari kecil di tempat seperti pemanasan, sebelum akhirnya mandi, melempar cucian kotor ke keranjang mirip menembak bola ke ring, sarapan dan menunggu jemputan Barja sambil mendalami materi hari ini.
Selain berprestasi dalam bidang basket, gadis tomboy itu juga berprestasi dalam bidang pelajaran. Alasannya cukup mulia. Sebagai anak yatim, dia tidak ingin membebani mamanya dalam urusan biaya sekolah. Bagi Bintang, lebih baik usaha keras mencari ilmu dan merangkak membangun prestasi untuk mendapat beasiswa daripada harus berdiam diri meratapi nasib.
Oleh sebab itu dia tidak hanya mendapat beasiswa dari basket, tapi juga dari pelajaran.
Kata mamanya, perempuan harus pintar dan mandiri. Gunanya untuk mendidik anak-anaknya nanti dan mampu mengurus semua tanpa bantuan orang lain termasuk mencari materi.
Kala Bintang baru saja merenungkan wejangan ibu negara alias mamanya, teriakan kakak perempuannya merayap ke telingan gadis tomboy tersebut. “Taaang ... jemputan lo dateng tuh!”
Sejujurnya, Bintang masih teringat kejadian kemarin siang namun mencoba bersikap normal. Malah ikut tertawa dan mengatakan itu sebagai candaan supaya Barja tidak menghindar dan tidak merasa tak enak hati atau tidak nyaman berada didekatnya.
Bintang tidak ingin kehilangan sahabat sebaik Barja. Laki-laki yang setiap hari menjemputnya ke sekolah dan mengantarnya pulang mirip ojek online tapi bayaran paling mahal hanya dua mangkok seblak mercon mang Uung. Orang yang kadang melakukan hal-hal konyol bersamanya. Juga paling mengenal dirinya.