SUDAH DITERBITKAN OLEH NOVELINDO PUBLISHING
Seperti arti dari sebuah nama. Tingginya 175 cm, bersinar karena prestasinya dalam bidang basket, suka makan seblak mercon dan mempunyai fans club namun sayangnya tomboy.
Cecilia Bintang menganggap sahabat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jakarta, Agustus 08.02 p.m.
Sepanjang perjalanan, Galaxy Andromeda mengekori Cecilia Bintang. Bahkan laki-laki itu tak sungkan-sungkan untuk duduk bersama seperti saat berangkat. Bedanya, kali ini Bintang tahu dan tidak keberatan. Gadis itu bahkan juga tahu ketika dia jatuh tertidur, Galaxy kembali meletakkan kepalanya di pundak. Usapan tangan besar dan hangat milik adik kelas itu segera menyusul. Tidak dapat dipingkiri, sangat nyaman memang. Namun itu tidak lama karena setelahnya Galaxy ikut menyandarkan kepalanya sendiri di kepala Bintang sembari memeriksa isi kameranya yang penuh dengan gadis itu.
Galaxy mencermati satu per satu foto-foto tersebut : Bintang yang sedang berkacak pinggang di depan Yola, berlatar belakang bunga warna-warni entah apa namanya. Bintang yang sedang memeluk diri sendiri sebab kedinginan sambil menunduk. Bintang yang sedang menoleh sambil membenarkan rambutnya agar pundaknya tertutup. Potret Bintang yang menggandeng tangannya dari arah belakang di Taman Labirin. Bintang yang berwajah serius ketika mereka mencoba menyusuri jalan keluar tempat itu. Kemudian potret Bintang dari belakang yang mengenakan kaus cokelat terang milik Galaxy. Kibaran surai hitam lurus gadis itu tampak memesona kendatipun sedikit berantakan. Lalu Bintang yang tersenyum lebar sambil menepis kameranya di Dotto Train dan masih banyak lagi.
Lekuk pada bibir Galaxy yang tipis tidak pernah pudar sewaktu melihatnya. Kemudian tanpa sengaja foto itu bergeser menjadi foto Aira. Lekukan itu pun perlahan menjelma menjadi sebuah garis lurus. Ditariknya napas dalam-dalam dan dia keluarkan secara perlahan. Dari foto tersebut, dia memindah pandangannya pada sosok di sebelahnya.
Embusan napas yang tercipta dari ruas paru-paru mengalir keluar melalui hidung dan mulut laki-laki itu lagi. Bersamaan dengan gerakan tak nyaman yang Bintang tunjukkan, tanpa memutus pandangannya ke arah kamera yang masih menampilkan foto Aira, tangan kanannya secara otomatis terulur untuk menyentuh puncak kepala gadis itu.