SUDAH DITERBITKAN OLEH NOVELINDO PUBLISHING
Seperti arti dari sebuah nama. Tingginya 175 cm, bersinar karena prestasinya dalam bidang basket, suka makan seblak mercon dan mempunyai fans club namun sayangnya tomboy.
Cecilia Bintang menganggap sahabat...
I’m worry about you, not because you’re a pianist or a basketball player, or your another talent—wahtever, I don’t care I’m worry about you, just because you’re Galaxy Andromeda
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jakarta, 28 Agustus 05.01 p.m.
“Duh, gimana nih Ja?!” Bintang mondar-mandir mirip strika di koridor rumah sakit bersama Barja Agritama dan Zhardian yang duduk di depan ruang pemeriksaan, sedang menunggu Galaxy diperiksa dokter bersama dengan pelatih sebagai wali laki-laki itu. Mereka juga masih mengenakan pakaian yang digunakan untuk latihan tadi kerena terburu-buru ke sana.
Begitu mendengar Galaxy kesakitan akibat tidak tepat menangkap bola yang tiba secara dadakan, pelatih kontan bertindak membawa anak didiknya tersebut ke rumah sakit terdekat. Bintang, Barja dan Zhardian memaksa ikut.
“Tang, lo bisa duduk nggak sih? Gue juga bingung.”
“Emangnya lo bingung apa Ja?”
Barja tidak menjawab, lebih tepatnya belum siap. Bagaimana ini? Apa yang harus dia katakan pada Aira nanti? Kenapa mengurus hal kecil seperti menjauhkan Galaxy dari Bintang saja dia tidak becus?
Bukan tidak becus, Barja hanya bergerak secara perlahan. Karena terlalu perlahan, sampai-sampai dia tidak sadar sudah kehabisan waktu dan Galaxy terburu sudah cidera, bahkan dengan cara yang tidak dia duga sebelumnya.
Beruntungnya Bintang tidak benar-benar menuntut jawaban dari Barja karena sibuk dengan kekhawatirannya sendiri.
Untuk beberapa waktu yang singkat, bunyi berderat dari pintu ruang pemeriksaan yang terbuka kontan menyentak Bintang maupun Barja serta Zhardian untuk sama-sama menoleh ke arah sumber suara tersebut. Gadis itu segera menghampiri, Barja dan Zhardian pun ikut berdiri mengikutinya.
Bintang melotot saat melihat pergelangan tangan Galaxy dibebat. “K-Kiddo? Lo nggak apa-apa?” tanyanya menuntut.
Galaxy tersenyum lebar. Walau terasa nyeri, dia merasa senang karena gadis itu ternyata mengkhawatirkannya.