Selamat membaca:)
Sorry typo:(~Kata cewek selalu benar,~
kini terganti dengan
'Bunda yang selalu benar'****
Alice melambaikan tangannya pada Yaska yang sudah melesat pergi dari rumahnya setelah mengantarkannya pulang.
Tanpa ia sadari, sedari tadi Alex menatap dirinya dari kejauhan dengan tatapan yang sulit diartikan.
Alice melangkah kearah pintu pagar rumahnya ingin membuka pintu tersebut, namun tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang yang bau parfumnya sangat ia tandai.
"Kenapa pulang bareng dia?," Ujar Alex dengan nada tak suka membuat Alice mengernyit.
"Gue sama Yaska udah temenan. Emang kenapa kalo pulang bareng dia? Salah?," Kali ini Alice mencoba bersikap biasa saja untuk menghadapi Alex jika mau hubungannya tak berantakkan.
Alice yang memang merasa sangat lelah kini kembali membuka pintu pagarnya namun lagi-lagi ditahan.
Alice menoleh."Lo gak mau ngomongin sesuatu gitu sama gue?". Ujar Alex membuat Alice bertanya-tanya.
Kemarin-kemarin ia kemana? Alice yang susah payah membujuk cowok itu yang entah alasannya apa tak menegurnya. Cowok yang berubah 180 derajat.
Alice mendengus lalu langsung masuk begitu saja kedalam rumahnya membuat Alex menghela nafas panjang.
Kini situasi berbalik. Alex yang merasa bersalah pada Alice, dan Alice yang juga sudah mulai lelah membujuk Alex.
Alex sadar apa yang telah ia perbuat pada Alice. Marah padanya tanpa alasan yang jelas, dan terlalu memperhatikan Cally hingga lupa pada Alice. Yah, ia memang mementingkan dirinya.
Dan sekarang ia ingin memperbaiki semuanya.
Alice masuk kedalam rumahnya dengan perlahan. Suasana rumah sangat sepi. Ia yakin penghuni rumahnya tengah melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim.
Baru saja ia menginjakkan kakinya ditangga pertama suara dari Selma membuatnya menoleh dengan pelan takut terkena semprot dari wanita itu.
"Dari mana kamu? Tadi udah dibilangin jangan keluar kalo Bunda sama Ayah gak ada, malah ngeyel!," Alice menutup matanya sebentar. Ia sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini.
"Bunda tanya, kamu dari mana?," Tanya Selma untuk kedua kalinya. Ia juga harus ekstra sabar menghadapi sikap putrinya yang sedikit liar ini. Jika ia tidak mau wajahnya menua karna marah terus-terusan.
Alice menundukan kepalanya takut menatap mata dari Bundanya itu."Alice dari rumah temen, Bun."
"Pasti rumah temen cowok kan? Iyakan?," Selma mencoba bersikap garang namun justru kesannya seperti dibuat-buat. Alice tau itu.
"Astgafirullah, Bun. Jangan suudzon sama anak sendiri,"
Refleks Selma pun ikut mengucapkan istigfar yang membuat Alice menahan tawanya. Kenapa ia bisa mempunyai Bunda yang seperti ini?
"Kamu pacaran?,"
Alice membulatkan matanya." Enggak Bun, Alice gak--" Ucapan Alice menggantung begitu saja karna Selma yang terus menyela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice [Completed]
Teen FictionSebagian orang mengatakan, obat dari patah hati adalah jatuh cinta lagi. Tapi apakah sanggup jika orang yang patah hati terlalu dalam dapat jatuh cinta kembali? Mungkin sanggup. Selagi bisa, kenapa tidak? Jangan menjadi orang yang terlalu larut dala...