Alice-Alex [End]

2.8K 78 3
                                    


Selamat membaca:))
Sorry typo:(

Tak perduli jika kau miskin atau kaya. Aku hanya ingin hidup bersamamu dengan keadaan yang sederhana, tapi mampu membuat bahagia yang tiada tara:)

****

2
Alice tersentak kaget saat masuk kedalam kamarnya yang kini seperti gua yang gelap gulita. Tak ada pencahayaan. Setaunya, tadi ia sempat menyalakan lampu belajar untuk memberi sedikit penerangan. Tapi kenapa ruangan ini justru jadi gelap?

Alice memicingkan matanya curiga jika ada sesuatu yang tak beres. Ia ingin masuk, tapi takut gelap.

Gadis itu meneguk salivanya susah payah lalu memberanikan diri masuk kedalam ruangan itu dengan kaki terseok-seok. Kenapa ia jadi setakut ini? Padahalkan ketakutannya itu sudah jarang terjadi karna sudah ia atasi sendiri. Tapi kenapa jadi seperti ini?

"Hahh.." Helaan nafas kecil berhasil lolos dari bibir mungil Alice. Ia menatap kamarnya dengan tatapan nanar lalu melangkah masuk dengan tegas.

Gadis itu terus merutuki Abdi yang masih berada di dalam kamar mandi entah ada urusan apa. Ia takut. Apalagi ini sudah jam setengah 12. Masa iya ia biasa saja?

Ia berjalan dengan pelan kearah saklar lampu kamar lalu menyalakan lampu tersebut.

"Surprise!". Teriak heboh dari orang-orang yang berada didalam kamar gadis itu.

Alice tersentak kaget bukan main. Lalu menatap wajah orang-orang didepannya ini dengan tatapan biasa saja."Kalian ngapain sih?".

Semua mata disana menatap gadis itu cengo. Hingga satu pukulan dikepalanya membuat gadis itu meringis lalu menatap pada orang yang memukulnya tadi dengan tatapan tajam.

"Reaksi lo biasa banget bege! Gue telen juga lo lama-lama! Kita udah cape-cape nyiapin semuanya dari tadi, dan lo cuma biasa aja kayak gini? Tai bertubi-tubi!". Hardik Melody kesal setengah mati membuat Alice tergelak tawa.

"Becanda, maesaroh! Makasih banyak. Gue pikir kalian gak inget kalo gue ultah. Jangankan kalian, gue sendiri aja gak inget kalo gue lagi ultah". Jawab Alice membuat semuanya bernafas lega. Setidaknya usaha mereka tidak percuma saja.

Alex maju menatap lekat mata gadisnya, ralat akan menjadi miliknya sepenuhnya. Iya, dia berniat melamar gadis ini untuk menjadikan teman hidup.

"Jam 12 tepat malam ini, umur kamu jadi nambah satu tahun. Happy birth day my dear, semoga kamu jadi yang lebih baik, sehat selalu, bahagia, tambah sayang sama aku dan keluarga. Jangan putus asa sama impian kamu dan impian kita".

Alice tersenyum hangat menunggu Alex menyelesaikan ucapannya."Harapan aku sekarang cuma satu, will you marry me? Kalo kamu terima, ambil satu cincin didalam kotak ini. Tapi kalo kamu gak terima, gak papa aku bisa paham sama pemikiran kamu". Tambah Alex seraya menyodorkan gadis itu satu kotak merah yang berisi dua buah cincin disana.

Alice menutup matanya sejenak lalu membukanya kembali. Ia menatap Abang dan Ayahnya yang juga menatapnya. Kemudian beralih menatap semua yang berada disana, mulai dari Melody, Nares, Abin, Abay, Agil, Nathaly, Cally, Citraa, Ferro, Raissa, Rangga, dan Bams disana yang juga menatap penuh harap.

Ia kembali menatap Rajab meminta persetujuan. Setelah ia lihat Ayahnya itu mengangguk mantap sebuah ukiran senyum bahagia tercetak pas di bibirnya.

"Yes, i will!". Ujarnya dengan tegas tanpa ragu. Semua mengucap alhamdulilah mendengar tuturan cewek itu.

Alex memeluk Alice dengan kencang seperti menjadi orang yan paling bahagia didunia."Thank's". Lirihnya dengan setetes air mata membuat Alice terkekeh pelan."Kamu cowok, gak boleh nangis". Alice beralih menghapus air mata itu dengan lembut. Lalu melepaskan pelukannya berlari memeluk tubuh sang Ayah.

"Selamat ulang tahun yah sayang". Ucap Ayahnya dengan hangat."Maaf, kalo ulang tahun kamu kali ini Ayah gak bisa bikin yang meriah, karna Ayah harus banting tulang nyari uang buat kamu sama Abang. Jadi anak yang baik-baik yah, banggain Ayah sama Abang". Alice mengangguk sambil menangis sesegukan. Jika Selma ada disini pasti kebahagiaannya melebihi batas normal.

Ia melepas pelukannya lalu menatap cemberut pada Abdi. Abdi terkekeh geli paham dengan maksud tatapan itu."Lo sengaja yah bikin gue uring-uringan jalan sama lo, karna mereka lagi nyiapin sesuatu".

"Yaiyalah! Kan gak mungkin mereka nyiapinnya terus lo juga ada dirumah. Gak asik geblek!". Alice tertawa renyah."Selamat ulang tahun adek Abang yang gemes, udah besar, jaga diri sendiri udah bisa kan? Kalo ada masalah jangan sungkan-sungkan buat cerita ke gue. Gue selalu ada kok  buat lo".

Alice mengangguk lalu menatap kedua temannya."Seorang Alice bisa nangis juga? Hebat! Selamat ulang tahun yah". Ujar Melody membuat Alice terkekeh geli.

"Selamat ulang tahun, kambing". Alice merengut kesal dengan ucapan dari Agil tapi setelahnya ia tersenyum senang.

"Happy birth day ajalah, gue males ngomong lebar-lebar". Sambung Abin mengundang tawa dari semuanya.

"Maafin gue yah, selamat ulang tahun Al." Kata Citra dengan tulus dibalas anggukan dari Alice."Happy birth day, jangan pernah lupa sama gue. Maaf udah pernah kasar sama lo". Timpal Nathaly, selaku pacar Agil. Alice hanya terkekeh pelan."Selow ae". Balasnya singkat.

"Udah tambah tua, jangan bandel-bandel karna udah jadi calon orang! Jangan suka nyebari upil lo dimana-mana lagi yah! Entar Alex batal nikahin lo!". Ujar Nares membuat Alice melotot tak terima karna dikatai penyebar upil meskipun itu memang benar.

"Gue temen Alex. Happy birth day". Timpal Abay disertai anggukan mantap dari Alice."Selamat ulang tahun, sayangkuhh!". Ujar Ferro membuat Alex menatap tajam kearah temannya itu."Mau mati sekarang lo?!". Ferro terkekeh pelan."Possessiv amat lo! Gue juga udah punya Raissa, masa mau ganjen lagi sama orang!". Balas Ferro tak kalah sengit.

Alice menatap tak percaya pada Raissa dan yang ditatapa hanya tertawa lebar."Serius lo, Sa?". Raissa mengangguk mantap."Iya dong. Emang cuma lo doang yang bisa punya pawang! Btw Happy birth day!".

"Happy birth day, jadi yang terbaik yah. Banggain keluarga lo dan teman-teman lo terutama gue". Ujar Cally cengengesan membuat Alice tertawa. Berteman dengan Cally ada senangnya juga baginya."Masih ingat gue? Selamat ulang tahun". Sahut Rangga."Selamat ultah. Cape mulut gue ngomong!". Timpal Bams membuat Alice tergelak.

Ia lalu menatap Alex penuh rasa bahagia yang tak terbendung."Jangan nakal-nakal". Alice hanya tertawa.

Ini seperti kado ulang tahun paling istimewa dalam sejarah hidupnya. Dapat hidup bahagia bersama orang yang ia cintai,membanggakan Ayah dan Kakak lelakinya.

Benar-benar seperti hari istimewa baginya.

End.

*****



Terima kasih:))
Huhu:( otak blenk jadi gak tau mau bikin endingnya yang kayak gimana:( maklumin yah soalnya masih pemula, entar-entar juga nanti bakal jadi bagus:)

Author gak tau yah kalo endingnya bagus apa enggak:v silahkan dinikamti.

Minal aidin walfaidzin buat semuanya:)) terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca cerita absurd ini:))

Nanti extra partnya bakalan nyusul yah, kalo otaknya udah jalan lagi:v sekali lagi makasih.

See you!😊

Alice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang