Agil Attack

1.4K 64 2
                                    


Selamat membaca:))
Sorry typo:(


****

Alice dan Alex berjalan beriringan saat melewati koridor. Sesekali mereka tertawa bahagia seperti orang yang pacaran.

Sesampainya mereka di kantin, mereka pun memilih duduk di kursi paling pojok. Sedangkan para sahabat Alice duduk di bagian tengah.

Tadi, mereka juga sempat mengajak Alice, namun ditolak gadis dengan alasan karna ingin menemain Alex makan kali ini. Dan mereka juga paham dengan posisi Alice.

"Pesen apa?". Tanya Alex membuat Alice mengernyit berpikir.

"Samain aja kek punya lo," Alex mengangguk paham lalu pergi memesan di penjual kantin.

Selang beberapa waktu, Alex tiba dengan dua mangkok mie ayam di atas nampan dan dua es jeruk.

Alice bertepuk tangan kegirangan sedangkan Alex hanya geleng-geleng kepala.

Alex melirik Alice sebentar yang sedang mengunyah makanannya membuatnya tersenyum tipis.

Cantik

Alex makin berpikir, apakah perasaan Alice  padanya sama seperti perasaannya? Jika iya, Alex tak akan segan-segan untuk menembak cewek ini sekarang juga.

Tapi ia terlalu takut untuk melakukan hal itu. Takut jika nanti yang ia harapkan tak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Sesulit inikah ingin mengatakan cinta? Tapi sebelum-sebelumnya ia tak pernah takut untuk mengutarakan perasaannya pada seorang cewek. Kenap sekarang jadi sangat sulit?

Alex menghela nafasnya. Ia butuh saran dari seseorang agar ia tak salah dalam mengambil langkah.

Hingga satu ide terlintas dipikirannya. Alex tersenyum senang."Al, lo pernah gak sih kalo mau nyatain perasaan ke orang yang lo suka, susahnya minta ampun?".

Alice tersedak oleh mie ayamnya buru-buru mengambil es jeruk miliknya dan meneguknya hingga setengah.

"Apaan sih? Gue kan cewek, mana mungkin gue yang nyatain duluan?". Alex menepuk jidatnya hampir melupakan fakta yang satu itu. Kenapa ia jadi terlihat bodoh didepan Alice begini?

"Oh. Kalo gue minta pendapat lo, boleh gak?," Lagi-lagi, Alice di buat mengernyit. Entah ada apa dengan cowok ini ia pun tak tau. Alex juga jika akan bertanya, tak pernah minta izin untuk bertanya, kenapa jadi tiba-tiba seperti ini?

"Boleh, kenapa?". Alex menghela nafas panjang lalu menatap mie ayamnya dengan tatapan kosong.

"Gue lagi suka sama seseorang, tapi kayaknya dia gak punya perasaan yang sama kayak gue. Dia juga orangnya gan pekaan, kalo soal dongkol sih iya! Habisnya udah di kode berapa kali jangan deket sama cowok lain, dia tetep ngeyel! Gue mau ngomong langsung, cuma takut malu." Alice melongo mendengar penuturan dari Alex. Cowok ini tak seperti biasanya saat berurusan dengan cinta. Kenapa jadi serumit ini?

Alice berusaha untuk tidak tersenyum. Pasalnya, Alex juga sering memintanya untuk menjauhi semua cowok selain dirinya. Tapi apa benar jika orang dimaksud itu dirinya? Ia juga tak boleh terlalu percaya diri, pasti jika endingnya tidak sesuai dengan ekspetasi, ujungnya akan sakit.

"Gini, mau dia punya perasaan yang sama kek, gak kek, kalo lo emang sayang, pasti lo bakal terima apapun yang akan terjadi kedepannya. Ungkapin aja terus terang, siapa tau dia juga lagi nungguin lo buat nembak? Gak ada yang tau kan? Coba percaya diri, tapi jangan terlalu over takutnya lo bakal sakit hati. Seperti yang lo bilang waktu itu sama gue, sayang sama obsesi beda jauh! Jadi kalo emang lo sayang sama dia, pasti lo bakal relain dia sama orang lain. Beda tuh sama obsesi, kalo obsesi dia bakal lakuin apa aja demi dapetin  orang yang dia mau, dan gak jarang juga bakal ngelukain pihak lain. Cally, contohnya". Jelas Alice panjang leba membuat Alex beberapa kali berdecak kagum. Cewek seperti orang yang sempurna dimatanya.

Alice [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang