Bab 4 Perhatian

5.4K 156 4
                                    

Setelah Geran berangkat, Dion pun mengambil barang-barangnya untuk segera ia bawa ke kontrakan barunya.

“Makasih karena udah kasih saya nginep dirumah kamu,” ucap Dion saat menemukan Griya sedang menonton tv diruang keluarga.

“Mau saya antar pak,?” tanya Griya teringat pesan abangnya tadi pagi. “Gak usah. Barang saya gak banyak, saya bisa bawa sendiri,” ujar Dion lalu berlalu begitu saja.

Tiga hari berlalu, hari-hari Griya kembali seperti biasa, sepi dan selalu sendiri. Bedanya adalah beberapa kali Dion menjenguknya untuk hanya sekedar menanyakan kabar atau membawakan makanan untuknya.

Kemarin Geran menghubungi Griya karena harus langsung kembali ke Singapura dan tidak bisa kembali kerumah. Sebenarnya Griya sedikit kecewa karena selalu diacuhkan oleh orang tua dan abang nya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

*****

Satu minggu lagi Griya menjalani ujian kelulusannya. Akhir-akhir ini Griya sangat disibukkan dengan jadwal-jadwal mengikuti bimbingan disekolah maupun luar sekolah.

Bahkan sejak awal kelas tiga, dia harus mulai membiasakan diri dengan soal-soal yang sangat sulit ia pahami karena soal dimulai dari materi kelas satu.

“Griya Claria!!” sebuah gebrakan meja membuat Griya terlonjak dari tidurnya.

“iyah...iyah.. mamah!!” teriak Griya gelagapan, kaget dengan gebrakan meja yang dilakukan oleh guru kimianya ini.

“sekarang keluar dari kelas saya! Berdiri dilapangan sampai jam saya selesai!!” perintah Dion dengan suara pelan dan datar namun penuh penekanan. Mampu membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi merinding.

Tanpa berpikir dua kali Griya segera keluar kelas dengan sedikit berlari takut jika guru sekaligus sahabat kakaknya itu memakannya hidup-hidup. “Wah gila ya Pak Dion, kok bisa punya kepribadian yang beda gitu. Ihhh mana panas banget lagi. Awas aja nanti sore sampe dateng kerumah. Sok baik!” dumel Griya bermonolog pada diri sendirinya sendiri, tanpa sadar seorang laki-laki dengan tubuh tegap mendengar semua ucapan Griya.

“Siapa yang kamu maksut punya kepribadian ganda?” suara bariton yang sangat Griya kenali itu membuat Griya kaget dan melompat dari tempatnya.

Tanpa sengaja Griya menginjak tali sepatunya yang lepas dan menabrak sesuatu yang keras disampingnya.

BRRUUKKK.....

“Aduhhh!!!” teriak Griya sambil mengusap-usap keningnya yang sudah memerah.

Saat Griya mendongak guna melihat apa yang ia tabrak, betapa terkejutnya Griya melihat Dion dengan jarak yang begitu dekat, bisa dibilang hanya satu gerakan saja akan membuat wajah keduanya bersentuhan. Ya ampun pak Dion ganteng, batin Griya terpesona.

Bahkan Griya bisa merasakan hangat nafas yang dihembuskan Dion begitu juga dengan Dion. Pada posisi keduanya yang sama-sama terpaku, entah mengapa jantung Dion terasa ingin melompat keluar, berpacu dengan begitu cepat.

Ia berharap Griya tidak merasakan degup jantungnya saat ini. “Griya..!!” teriak seseorang dari kejauhan membuat keduanya melepas pegangan satu sama lain.

Membuat keduanya canggung dan salah tingkah. “em.. ma..maaf pak. Hukuman saya sudah selesai, saya nyusulin Febby dulu pak, permisi.” Ucap Griya gugup, dan segera berlalu pergi meninggalkan Dion yang masih kaku dengan tangan yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Wuihhh, Gri. Abis ngapain lo sama pak kimia ganteng?” tanya Febby dengan semangkuk bakso didepannya. Sedangkan Griya masih berusaha mengembalikkan degup jantungnya yang tidak beraturan.

You Are My HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang