Bab 23 Berita

4.3K 115 10
                                    

Griya POV

Sudah satu bulan kami tidak mendengar kabar mengenai Dhea, bahkan Dhea sudah lama tidak masuk kampus.

Ada rasa lega yang kami rasakan tapi rasa khawatir dan was-was masih melingkupi hati, takut-takut jika Dhea kembali dengan rencana licik nya untuk mencelakaiku.

Hari ini kami hanya sibuk dirumah karena tidak ada kelas, aku sedang di dapur bersama mas Dion untuk memasak sup.
“Mas ih, kok gitu sih motongnya!”

Bukannya membantu, mas Dion malah merepotkan aku, coba bayangkan, dia memotong wortel menjadi persegi panjang. “Udah sana! Mas tuh bukannya bantuin malah nambah-nambahin kerjaan Griya tau gak? Griya jadi harus potong ulang kan sayurnya!”

“Perasaan saya salah terus dari tadi?” Mas Dion menggaruk belakang kepalanya yang ku yakin tidak gatal. “Ya lagian mas gitu aja gak bisa.”
“Tapi Griy saya gak mau kamu kecapekan, saya gak mau lihat kamu sakit lagi,” wajahnya dia buat sok-sokan khawatir yang membuatku rasanya ingin tertawa.

“Gini deh, sekarang mas duduk aja di meja makan, biar aku cepet selesai. Kalo mas masih sok-sokan mau bantuin aku, mending gak jadi masak aja deh.” Aku mendorong pelan mas Dion menuju meja makan dan menyuruhnya duduk.

Meski awalnya menolak tapi dia tetap menurut, aku pun bisa dengan bebas melanjutkan kegiatanku.

Kami akhirnya menikmati sup ayam yang matang dalam waktu 20 menit setelah perdebatan kami tadi.

Banyak orang yang tidak suka mengobrol saat makan karena dianggap tidak sopan, padahal saat makan adalah saat yang tepat dimana kita bisa saling bercerita satu sama lain.

Yang tidak boleh adalah makan saat mengunyah atau menelan makanan, ya pastinya akan tersedak.

“Hm mas, mas mau nemenin aku belanja gak?” tanyaku sambil membereskan piring bekas sarapan kami.
“Gak ah. Saya males nemenin kamu.” Jawabnya dengan songong membuatku langsung membelalakan mata karena sebal.

“Yaudah deh kalo gak mau nemenin aku. Aku bisa minta kak Elang untuk nemenin aku.” Kali ini mas Dion yang tampak terkejut, aku menahan tawaku saat melihat matanya seperti hampir keluar dari tempatnya.

“Awas saja jika kamu berani melakukan hal itu.” ancamnya.

“Iya iya. Lagian mas sendiri sih, dasar suami posesif!” selesai mencuci piring kotor aku pun beranjak menuju ruang tengah meninggalkan mas Dion yang masih kesal karena cemburu.

Membawa sebotol cimory rasa buah dan menyalakan televisi yang menayangkan Disney anak-anak.

“Kamu ya, selalu buat saya kesal. Pokoknya saya gak mau kamu deket-deket cowok manapun, terserah mau bilang saya posesif atau kekanak-kanakan sekalipun, yang jelas saya gak mau lihat kamu dekat dengan pria manapun.”

Dia menghamnpiriku lalu duduk tepat disampingku, menatapku dengan tatapan penuh kecemburuan. “Saya akui saya cemburu sama teman-teman mu, tapi saya lakukan ini karena saya gak mau milik saya didekati sama orang lain.

Saya-  saya juga takut kamu ninggalin saya karena ketemu pria yang lebih muda dan tampan.” 

Wow, aku tercengang mendengar mas Dion yang bicara panjang lebar untuk pertama kalinya.

Disisi lain rasa haru menyusup membuat mataku terasa panas.
Apa barusan mas Dion mengungkapkan perasaannya?

Kata-katanya terdengar begitu tulus dengan tatapan lembut yang mengunci tatapanku untuk terpaku dengannya.

Satu tetes mengalir dipipiku, dengan perasaan yang membuncah aku memeluk mas Dion dengan erat begitu juga dengan mas Dion yang membalas pelukanku dengan sama eratnya, ku sembunyikan wajahku di dada bidangnya, tempat favoritku setelah menikah, tempat bersandar paling nyaman untukku.

You Are My HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang