Bab 9 Hidup Baru

5.4K 144 4
                                    

"Jarang berkomunikasi, tapi saling mendoakan adalah bentuk kasih sayang sebenarnya"

~youthideal~

🌟🌟🌟

“Kalian hati-hati ya,  sering-sering main ke rumah.” Ucap Mama
“Iya-iya Ma, Griya pasti sering main ke sini kok. Griya juga bakal sering main ke rumah Umi-Abi.” Jawab Griya sambil menyalimi punggung tangan 2 pasang orang yang ia sayangi.

“kita pamit ya Papa-Mama, Umi-Abi” kata Dion menghampiri Griya yang sedang bersama orang tua serta mertuanya itu setelah memasukkan semua barang-barang kedalam bagasi.

Setelah acara cipika-cipiki dan wejangan-wejangan panjang-lebar yang diperuntukan pada sepasang suami-istri ini, mereka pun mengucap salam lalu segera masuk ke mobil.

Mobil yang dikemudikan Dion sudah melewati gerbang dan melaju dengan kecepatan sedang.

Griya POV

Tidak ada perbincangan diantara kami selama perjalanan menuju rumah baru yang katanya sudah dipersiapkan oleh pak Dion.

Rasa canggung terus menyelimuti kami, aku juga enggan memulai pembicaraan dan memilih menatap keluar jendela hingga mobil yang kami tumpangi memasuki pekarangan sebuah rumah yang terlihat begitu mewah dengan taman bunga dan sebuah ayunan dihalaman depannya.

“Nih kunci rumahnya. Kamu buka pintunya, saya mau ambil barang-barang dibagasi dulu!” perintah pak Dion dan memberikan kunci rumah padaku.

Akupun menuruti apa kata pak Dion, terlihat pak Dion sedang berkutat membawa koper-koper dan barang bawaan. Aku mengedarkan pandangan ke setiap sudut rumah.

Wow. Mewah batinku mengagumi rumah mewah berlantai 2 tersebut.

Aku mengekori pak Dion menuju lantai atas ke kamar kami ku rasa. Saat masuk, nuansa kamar ini berbeda dengan nuansa rumah ini.

Dengan tembok berwarna biru muda sedangkan rumah ini lebih elegan dengan warna cream. Aku mengedearkan pandangan keseluruh sudut kamar ini dan pandanganku terpaku pada sebuah foto pernikahan kami disisi kanan ranjang, tercetak dengan bingkai ukuran besar membuatku menarik sedikit sudut bibirku.

“Sebaiknya kamu ganti baju!” ucap pak Dion membuatku berbalik kearahnya.

Aku terbelalak saat melihat pak Dion hanya memakai celana santai selutut tanpa kaos sambil menggosok rambutnya yang basah, aku segera berbalik membelakanginya sambil terus menutup mataku. 

Astagfirulah, ya Allah mata Griya udah gak suci lagi. Ya amun, gue barusan liat apaan, ucapku dalam hati terus beristigfar.

Bulu kudukku meremang, kurasa pak Dion mendekat kearahku. Aku berniat mengambil 1000 langkah namun malah tersandung kakiku sendiri membuatku hampir terjatuh kalau saja pak Dion tidak menangkapku.

Beberapa detik kami sama-sama terpaku namun aku segera tersadar dan sedikit mendorong pak Dion dan segera menundukkan kepala menenangkan degup jantungku yang berdetak melewati batas wajar.

Antara terkejut karena hampir jatuh atau karena melihat pak Dion dengan jarak yang sangat dekat. “Astagfirullah, pak! Bapak apaan sih, kenapa gak baju. Gak punya baju apa? Pake kaos kek apa kek. Ya Allah.......” ucapku langsung berbalik dengan kedua tangan menutup wajahku.

“Panas! AC nya mati lupa gak disevice. Lagipula saya sudah resmi jadi suami kamu, lantas kenapa kamu harus nutup mata kamu lihat saya gak pake kaos?” kata pak Dion dengan santainya beserta wajah datarnya yang membuatku bertambah kesal seketika.

You Are My HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang