Part 32 | Surprise

5.6K 1.2K 206
                                    

selamat berbuka puasa
__________________________

“Bodoh!”

Itu komentar pertama Ari. Kedua, “Alaaah, palingan lo ketagihan!” Yang mana berhasil membungkam mulut Jisoo. Saat dia ingin membela, Ari langsung memotong cepat, “Makanya jangan kayak Jablay!” sadis sekali teman satu ini.

Jablay; jarang dibelai.

Jisoo merenggut kesal. Niatan baik bercerita, lantas mengapa hanya dia kena hujatan? Harusnya manusia bernama Lee Taeyong dihujat, kan, dia yang memulai bukan Jisoo.

“Jangan mau kamu dimanfaatin dia,” kata Ari. “Mentang-mentang orang kaya ganteng.” Menurut Ari, kebanyakan pria kaya ganteng itu penyebar penyakit hati.

“Jangan-jangan kamu suka Taeyong.”

“Suka iya, cinta belum,” timpalnya mendengus singkat. Definisi suka dan cinta itu berbeda, jangan samain dua kata tersebut.

“Gak usah cinta sama dia. Laki-laki bloon gitu. Skip, skip, skip!” ujar Ari mulai panas. Bukannya dia benci sama Taeyong, menurut Ari, pemuda seperti Taeyong itu penganut bucin, dan dia benci penganut bucin. Bucin itu penyakit. Ari tak mau Jisoo terjangkit virus bucin, cukup dia yang pernah mengalami perbucinan.

Menjadi bucin sekali disakiti, selamanya akan tersakiti, dan itu membekas selamanya. Emang kalian mau memendam sakit hati seumur hidup?

“Jis, seriusan, nih. Kamu jangan sampai cinta sama dia.”

“Enggak Ar, enggak!” timpalnya menyakinkan temannya ini yang tampak khawatir. “Kamu tau sendiri, terakhir aku jatuh cinta sama Minho. Suka orang mah banyak,” sayangnya sang mantan lusa akan menikah.

Ari pun begitu, terakhir jatuh cinta sama laki-laki brengsek, setelah kadas dia mulai kapok jatuh cinta. Hm, urusan asmara mereka sebagai teman tidaklah jauh berbeda, tapi untuk kasus Jisoo-Minho yang brengsek mah Jisoo bukan laki-lakinya.

Giliran dapat laki-laki baik disia-siain, giliran dapat laki-laki brengsek di perjuangin. Dasar, perempuan!

“Ingat pesanku. Jangan sampai cinta sama dia.”

“Iya, Ar, iya.” Iya, nggak tahu kalau nanti.

...

Semenjak kejadian kemarin, Jisoo bersikap seperti biasa. Kadang perempuan akan bersikap aneh ketika bertemu pria yang menciumnya. Entah merasa canggung, mendadak bloon, bingung—blah blah blah—jangan harap Jisoo begitu. Dia tangguh! Hanya karena sekali ciuman bukan berarti dia tunduk. Seperti kata Ari, “Jangan pernah lemah di depan lelaki!”

Taeyong pun sadar akan hal itu. Sikapnya juga tak jauh berbeda dengan Jisoo. Mereka sama-sama menunjukan sikap seperti biasa. Soal kemarin anggap saja awal dari segalanya.

“Kim!”

“Ya?” Ia mendongak dan bertemu sepasang netra milik Taeyong. Bibirnya menarik senyum profesional kemudian. “Kenapa Boss?”

“Kamu ada passport?”

“Ada. Kenapa Boss?”

“Masih berlaku?”

Dahinya mengernyit sedang berpikir, mengingat masa aktif passportnya. “Sepertinya masih. Kenapa Boss?”

“Bagus!” serunya, memberitahu, “Lusa saya ke New York. Kamu ikut saya.”

“Lusa? New York?”

Taeyong membenarkan. “Ada proyek yang perlu saya lihat.” Jisoo mengangguk mengerti. New York nama negara itu terus terngiang di kepalanya. Astaga, dia tak bisa menahan rasa bahagia yang luar biasa membuncah dalam dirinya setelah Taeyong kembali ke ruangannya. Jisoo memekik bahagia.

[2] Ugly Kim | taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang