VOTE KOMEN JAN LUPA!
Happy Reading❣
.
.
.Mingyu perlahan menyentuh knop pintu kamar Hana. Saat ia ingin menekannya, isak tangis didalamnya membuatnya urungkan niat. Alhasil Mingyu hanya bisa meremat tangannya sendiri.
"Kenapa sih? Gue nggak bisa nikmatin waktu bahagia sama orang tua sama kakak gue? Gue salah apa sih sampe Tuhan nggak ngizin in gue sembarang makan malem bersama? Gue capek gini terus," suara itu sebenarnya tergolong pelan tapi gadis itu mengucapkannya dibalik pintu kamarnya. Yang berarti Mingyu dan Hana hanya dibatasi tebal pintu.
Mingyu jelas mendengarnya, perlahan Mingyu berjongkok untuk menyamakan posisi adiknya. Perlahan air mata Mingyu menetes saat Hana kembali berbicara dengan suara yang nyaris menghilang.
"Gue selama ini maklumin mereka, tapi kenapa mereka berasa nggak peduli dan tambah sibuk?"
Mingyu menghela nafasnya berat. Dulu saat masih kecil, Mingyu dengan mudah mengalihkan perhatian Hana jika gadis itu rindu orang tuanya. Tapi kini Hana sudah dewasa. Mengalihkan tidak lagi mempan bagi gadis itu.
Mingyu? Pria itu juga tidak sekuat yang dibayangkan, ia kadang juga menangis jika orang tuanya mengingkari janji mereka sesuka hati. Tapi dirinya berlaku kuat didepan Hana, karena Hana hanya punya dia. Jika Mingyu lemah, siapa yang menjaga Hana?
Cukup dirinya saja yang menderita hidup tanpa sandaran. Asal Hana tidak.
Mingyu akhirnya memilih masuk kekamarnya sendiri. Dirinya tahu, Hana butuh waktu sendiri untuk tenang.
Mingyu berhenti diambang pintunya lalu melirik pintu Hana. "Gue tau Na lo pasti sedih. Tapi gue tau, lo pasti kuat," gumam Mingyu sebelum tenggelam masuk kekamarnya.
❤❤❤
Sekarang Hana menangis tidak jelas didalam kamarnya. Dia tidak mau seperti ini, tapi dia terlalu sedih untuk kuat.
Dia sudah berkali-kali diingkari. Dirinya juga punya titik lelah untuk terus mengerti.
Apa sih yang dipikir oleh orang tuanya sampai-sampai tidak punya waktu sama sekali untuk dirinya? Uang Hana banyak, ia rasanya ingin membeli kebahagiaan jika bisa.
Dddrrrttt dddrrrtt
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Hana menyeka pelan air disudut matanya sebelum melihat siapa yang menelpon.
Mine💋is calling....
Ternyata Wonwoo. Hana menetralkan nafasnya sebelum mengangkat, ia tidak mau Wonwoo khawatir. Pria posesifnya itu bisa kapan saja berbuat nekat jika dirinya sedang bersedih.
Pernah dulu saat dirinya demam biasa dan mengatakan pada Wonwoo. Pria itu langsung datang kerumahnya tanpa pikir panjang. Wonwoo bahkan membawa makanan dan obat. Jadi Hana tidak mau itu terjadi. Dia sedikit tidak mood untuk bertemu siapapun, bahkan Wonwoo sekalipun.
Hana pun segera mengangkatnya saat sesenggukannya sudah mereda.
"Hallo woo. Kenapa?"
"Suara lo beda. Lo nangis?" Bukan menjawab Wonwoo malah balik bertanya. Sialan. Wonwoo masih saja peka.
"Hahah. Gue nggakpapa kok. Itu tadi, gue habis dibuat nangis sama Mingyu. Reseh biasa," kekeh Hana yang sengaja ia buat-buat. Sumpah dirinya sedang tidak mood.
"Ohh. VC yuk. Gue kangen. Mau tidur, tapi inget lo."
"Dihh dasar bucin. Tadi ketemu jugak, masa kangen. Alay," Hana tersenyum kikuk. Kenapa masih saja lemah sih saat dirinya bahkan sedang galau begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] MINE | Jeon Wonwoo
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Pria yang lebih dari sekedar perhatian, hingga membuat si gadis tak mampu berpaling. Protektif adalah caranya melindungi gadis kesayangannya dari bahaya sekitar yang mengintai. Siapa sangka? Pria irit bicara itu dapat bersikap manis disa...