11

830 116 3
                                    

Di Fronte
.
.
.
.
.

Busan, 09:15 KST

Hyunjin turun dari kasurnya dan langsung berjalan kearah jendela kamarnya, dia melihat beberapa orang di luar rumah sedang menjalankan aktivitas seperti biasa. Walaupun sekarang bulan Desember.

Hyuniin keluar kamar untuk membuat sarapan dan juga coklat panas, Hyunjin berjalan ke kulkas untuk mengambil beberapa bahan makanan, "Ok, bahan buat sarapannya udah. Sekarang dimana coklat bubuknya?".

Mata Hyunjin menjelajahi seisi kulkas, sampai dia berhenti karena melihat satu bungkus permen macha di hadapannya. Hyunjin ambil permen itu dan berjalan kearah meja makan.

"Ini, permen punya siapa?." Hyunjin diam sejenak dan mengingat-ingat saat dia belanja kemarin.

Flashback on

Hyunjin sudah sampai di minimarket XX dia langsung berkeliling minimarket sambil membawa troli belanja. Hyunjin berkeliling dari tempat sayur, daging, bumbu, dan terakhir ke tempat makanan ringan.

Hyunjin tidak hentinya menoleh ke kiri dan ke kanan, "Beliin apa ya ke si jeongin?." Hyunjin keluar dari tempat snack dan masuk ketempat permen, di sana Hyunjin melihat permen macha dan permen strawberry susu di tengah rak.

"Beli permen strawberry, atau yang macha?." Hyunjin berpikir sebentar dan pada akhirnya da memasukkan 2 bungkus permen macha ke dalam troli belanjanya.

Di minimarket Hyunjin menjadi pusat perhatian, bagaimana tidak menjadi pusat perhatian. Dia pemuda tampan yang berbelanja sendiri, kebanyakkan anak laki-laki tidak mau berbelanja kecuali dia bersama ibunya.

Beberapa bisik dari pengunjung minimarket terdengar ditelinga Hyunjin, "Lihat dia bukannya dia anak yang baru pindah beberapa bulan lalu. Aigo.... dia sangat tampan dan juga mandiri." Hyunjin yang mendengar itu hanya membalasnya dengan senyuman. Dan berjalan pulang dengan 2 kantong tas belanja yang terhitung cukup besar.

Flashback off

"Oh iya ini buat si behel, tapi kok dari tadi gue belom liat dia. Kemana lagi tuh bocah behel." Hyunjin yang awalnya mau buat sarapan akhirnya jadi mencari Jeongin.

Hyunjin mencari dari ruang tengah, kamar mandi, sampai teras tempat favorit Jeongin tapi hasilnya nihil. Jeongin tidak ada dimana pun kecuali satu tempat yang Hyunjin belum periksa. Kamar terkunci di lantai 2.

"Apa mungkin Jeongin ada disitu?".

~Di Fronte~

Busan, 10:05 KST

Jeongin sedang tertidur di sebuah kamar. Jeongin tidur dengan gelisah bahkan disempat mengigau, "Ampun mah, Jeongin minta ampun".

Kilas-kilas kejadian kelam terbesit di mimpinya, ada sesosok wanita berjalan ke arah dengan membawa kayu rota dan juga sebuah cutter di tangannya.

"Kamu mau melawan mama?, kamu udah lupa sama ini hah?!."

Jeongin memandangi wanita yang dia sebut 'mama' itu, air matanya berlinang dia takut dengan sosok yang ada dihadapannya. "Ampun, aku takut".

"Hehehe kamu takut apa?, kemarikan tangan kamu. Kamu harus dapat hukuman".

"Ampun, ma. Hisk... hisk..... ".

"Hehehe".

"MAMA!!!." Jeongin bangun dari tidurnya, air matanya jatuh. Dia terduduk di kasurnya dan menangis dengan kencang, Hyunjin yang ada di dekat kamar itu segera bergegas menuju kamar itu.

"Jeong, lu di dalem kan?. Jawab gue kalo ada. YANG JEONGIN!!." Tidak ada jawaban dari dalam kecuali suara tangisan Jeongin yang menjadi-jadi. Hyunjin berusaha membuka pintunya tapi terkunci.

'Sial'

Hyunjin terus menggerutu kesal, kenapa di saat dia ingin melindungin Jeongin ada saja penghalangnya. Hyunjin yang sudah termakan emosi sudah tidak bisa berpikir lurus, Hyunjin terus berusaha mendobrak pintu dihadapannya.

"Gue nggak boleh menyerah, ayo Hwang Hyunjin." Kali ini dia mengambil jarak dan bersiap untuk mendobrak pintu. Hyunjin mengambil napas dan menbuangnya seraya berlari dan menendang pintu didepannya.

Brak

"JEONGIN." Hyunjin berhasil masuk ke dalam, walaupun kakinya mengalami luka di pergelangan kakinya. Jeongin yang mendengar itu segera menoleh ke arah pintu.

"Ka.... Kak Hyunjin..... hisk..... hisk.... ." Hyunjin yang melihat air mata Jeongin terus mengalir segera menghampiri Jeongin dengan menahan rasa sakit di pergelangan kaki kanannya.

"Diem, jangan nangis. Jangan nunjukin sisi lemah lu ke gue. " Hyunjin duduk di samping Jeongin dengan rasa marah, dan Jeongin melihat Hyunjin dan segera menundukkan kepalanya. "Maaf kak, Jeongin emang payah..... hisk..... ".

Hyunjin mendekat ke Jeongin dan memeluk Jeongin dari belakang meskipun itu tidak terlalu efektif. "Lu mau sampe kapan nangis kayak gitu?".

Jeongin masih menangis, Hyunjin mulai lelah dengan tangisan Jeongin. Hyuniin memutuskan untuk memandang jeongin dan pindah tempat duduk ke depan Jeongin," Akh, gue kesel. Jeongin denger gue, kalo lu mau nangis dulu nangis aja sekarang. Tapi kalo lu nangis lagi gue nggak akan tinggal diem. Ngerti lu, Yang Jeongin?".

Jeongin hanya menganggukkan kepalanya, Hyunjin hanya memperhatikkan Jeongin. Dia membiarkan Jeongin menangis dulu, sampai akhirnya mereka berdua tertidur di kamar itu.

TBC

Di Fronte (HyunJeong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang