22

644 85 4
                                    

Di Fronte
.
.
.
.
.


Busan, 10:06 KST

Jaehyun menatap tajam tamunya yang tidak lain adalah Taeyong, "Apa kamu tidak mau membiarkan aku masuk?." Taeyong berbicara sesantai mungkin untuk mencairkan suasana, tapi tetap saja tidak ada pengaruhnya kepada Jaehyun.

"Jaehyun, tenang lah sedikit aku kesini bukan untuk membunuhmu atau Young K sepupunya Tuan muda Hyunjin. Aku kesini hanya ingin berbicara sedikit dengan kalian berdua".

Jaehyun yang awalnya marah seketika terkejut bagaimana bisa Taeyong tahu namanya dan juga Young K, "darimana kau tahu nama ku dan nama bang Brian?".

"Aku banyak memiliki informan, data lengkap kalian pun aku tahu. Jadi tidak perlu terkejut seperti itu, santai saja." Jaehyun benar-benar tidak habis pikir dengan orang bernama Lee Taeyong ini.

"Tadi kau bilang ada mau dibicarakan, apa itu?." Taeyong menatap Jaehyun serius dan mengeluarkan sedikit senyum, "Akan aku beritahu apa itu, jika kamu membiarkan aku masuk".

Jaehyun berdecik kesal mendengar kata-kata Taeyong, "Bagaimana apa aku boleh masuk?." Jaehyun menggigit bibir bawahnya karena kesal, "Ah~, baiklah kau boleh masuk. Tapi jika aku merasakan sesuatu yang aneh, aku tidak akan segan-segan menendang mu keluar".

Jaehyun dan Taeyong masuk ke dalam rumah Hyunjin, mereka berdua berjalan ke ruang tengah. Young K yang dari dapur menoleh kearah Jaehyun dan melihat Taeyong di belakangnya, tanpa aba-aba Young K langsung menghampiri Taeyong dan menarik kerah bajunya dan membuat Taeyong sedikit menjinjit.

"Mau apa lagi lu kesini?." Jaehyun yang melihat Young K hanya bisa diam disebelahnya, "Tenanglah, aku kesini hanya ingin membuat perjanjian dengan kalian." Taeyong berusaha bernegosiasi dengan Young K namun hasilnya nihil.

"Buat apa?, perjanjian?. Untuk apa perjanjian itu?. Hah!." Young K yang semakin termakan oleh emosinya tidak dapat berpikir lurus. Kerah baju Taeyong semakin dieratkan yang membuat Taeyong sesak napas.

"Aku.... bersumpah.... hanya ingin..... membuat perjanjian.... untuk menolong Tuan muda Hyunjin." Young K yang mendengar nama Hyunjin mulai melonggarkan tarikkannya, "Apa yang lu bilang barusan?".

"Saya... uhuk... kesini hanya mau bekerja sama dengan kalian tidak lebih." Taeyong mulai mengatur napasnya sedangka Jaehyun dan Young K masih terdiam tidak percaya dengan apa yang Taeyong katakan.

"Jika benar itu yang sebenarnya kamu mau, mari kita bahas sekarang".

~Di Fronte~


Busan, 10:27 KST

Jeongin bangun dari tidurnya dan segera mendudukkan dirinya, "Aduh, tadi kepala Jeongin sakit banget ada apa sih." Jeongin memegang kepalanya yang masih pusing dan menoleh kearah tempat tidurnya. "Hah?!, itu kan.... Aku."

Jeongin melihat dirinya yang lain sedang tertidur tepat disampingnya, Jeongin melihatnya dan mendekatkan jarak mereka. Mata anak itu sebam, dan juga banyak memar di sekujur tubuhnya. "Kamu ini siap-

Brak...

Jeongin menoleh cepat kearah pintu kamarnya, dia melihat seorang wanita dengan membawa sebuah rotan ditangannya. "Sudah jam segini belum juga bangun kamu. Cepat bangun Jeongin, sebelum aku memotong tangan dan kaki mu".

Wanita itu menarik Jeongin yang sedang tertidur dan segera memukulinya, "Ampun ma, semalam aku kurang tidur karena banyak tugas sekolah. Lagipula sekarang hari minggu, aku nggak ada jadwal kemana-mana hari ini".

Anak itu terus merintih kesakitan, Jeongin yang melihat itu benar-benar terkejut. "Semua ini apa?." Suara berdenging begitu keras di kedua telinganya dan membawa Jeongin kesuatu tempat. Tempat yang gelap dan menakutkan. "Kali ini aku ada dimana?".

Jeongin berdiri dan menatap sekeliling, Jeongin berjalan mengelilingi ruang gelap itu. "Disini gelap, Jeongin jadi nggak bisa lihat apapun." Jeongin berjalan seraya meraba tapi langkahnya terhenti saat dia merasa menyenggol sesuatu.

Jeongin duduk di dekat 'sesuatu' yang ia senggol tadi, "Hey, kamu ini apa?." Tidak ada jawaban, Jeongin yang penarasan memutuskan menyentuhnya. Tapi saat Jeongin menyentuh itu sekujur tubuh Jeongin mengeluarkan cahaya dan membuat Jeongin semakin binggung.

Krek... Brak

Jeongin kembali menoleh ke asal suara itu, kali ini bukan wanita yang tadi melainkan seorang pria dengan membawa sebuah pisau di tangannya, "Wah, enak ya. Di suruh berpikir malah tidur".

Pria itu berjalan melewati Jeongin dan menarik 'sesuatu' di belakangnya, "Berdiri kamu anak bodoh." Jeongin kembali terkejut ternyata yang tadi dia senggol adalah dirinya yang lain.

Jeongin melihat banyak sekali luka gores di sekujur tubuhnya, luka itu banyak mengeluarkan darah. Pria itu menariknya dengan satu tangan dan mulai merobek kulit anak itu dengan pisaunya.

Jeongin yang melihat itu tidak bisa menahan air matanya, dia melihat dengan jelas penyiksaan yang sangat kejam di depannya untuk kedua kalinya. "Hentikan!!!!!!!!".

Jeongin berteriak sekeras-kerasnya tapi tidak ada yang mendengar, Pria itu menyiksa anak itu dengan begitu keji.

Bruk

"Hah~, kamu ini memang anak tidak berguna." Pria itu menjatuhkan tubuh anak itu dan meninggalkannya begitu saja. Jeongin melihat itu segera mendekat kearah anak itu. "Kamu... kamu siapa?".

Mata mereka saling bertemu, "kamu bisa lihat aku?." Anak itu tersenyum lemas ke arah Jeongin, "Kamu kok..... bisa mirip denganku?." Jeongin diam sesaat, air matanya kembali jatuh saat melihat dirinya yang dulu penuh penderitaan didepan matanya.

"Aku... aku ini kamu, tapi aku udah meninggal." Anak itu menatap Jeongin lekat. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, "Hah~, Jadi aku bakal meninggal ya sebentar lagi." Anak itu tersenyum dan mencoba meraih tangan Jeongin, Jeongin yang melihat itu segera menyentuh tangan anak itu.

Tangan kecil mereka saling bersentuhan, "Kamu kesini pasti karena ada sesuatu kan?." Jeongin menganggukkan kepalanya, "kamu pasti kehilangan ingatan kan?." Jeongin kembali menganggukkan kepalanya karena tebakkan anak itu sekali lagi benar.

"Karena itu, kamu mau kan cerita ke aku bagaimana aku hidup dulu sampai meninggal?." Anak itu tersenyum manis dan membuat Jeongin senang, "Iya, aku akan menceritakan semuanya. Tapi sebagai gantinya kamu mau kan cerita apa saja yang aku lakukan saat menjadi arwah dan bertemu siapa saja?." Jeongin menganggukkan kepalanya.

Mereka pun mulai menceritakan banyak hal, bahkan Jeongin menceritakan saat dia bertemu Hyunjin. Seorang pemuda yang gampang terpancing emosinya tapi sebenarnya baik. Dia, memang hanya dia Hwang Hyunjin.

TBC

Di Fronte (HyunJeong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang