06 : Satu Lembar Satu Nama

3.9K 149 8
                                    

Bismillah



Aku lebih senang melihat foto, sebab ketika orang yang ada dalam foto itu berubah, foto itu akan tetap sama.
-Mencoba Melupakan-


        Mood-ku benar-benar buruk hari ini. Renald dan Syakila benar-benar membuatku malas. Dadaku benar-benar sesak saat melihat Renald menyuapkan bakso untuk Syakila. Aku rasa urat malu mereka sudah terputus, bermesraan didepan umum, apalagi mereka belum halal untuk melakukan hal itu.

        Raka masuk kedalam mobil sambil membawa dua kaleng minuman dingin dari mini market. Dia masih memandangku dengan tatapan bingung. Raka menyerahkan salah satu minuman itu kepadaku.

        "Terimakasih" Kataku sambil menerima minuman itu dari Raka, ternyata ini cincau kaleng.

        "Sama-sama. Kamu kenapa sih?" Raka bertanya. Aku menggeleng sebagai jawaban.

        Kami masih diam setelah minuman kita habis, aku tidak membuangnya sembarangan, di mobil Raka sudah ada tempat sampah, nanti aku membuang sampah-sampah yang sudah menumpuk itu di rumah.

        "Pulang yuk" Ajakku dan langsung dituruti oleh Raka.

        Selama diperjalanan kami hanya diam. Aku tidak bermaksud membuka percakapan atau sekedar basi basi, aku rasa Raka juga begitu. Hingga kami sampai di rumah pukul setengah enam sore.

        Aku meminta Raka segera mandi agar tidak terlambat mengikuti sholat magrib di masjid. Sedang aku lebih memilih untuk membersihkan sendiri kamar yang akan ditempati oleh Raka.

        Saat membuka pintu dan menyalakan lampu. Suasana benar-benar masih sama seperti dua tahun lalu, hanya saja kini tidak ada perabotan sedikitpun kecuali laci yang terletak di pojok kamar.

        Aku berjalan mendekati laci itu, berniat ingin membawanya keluar agar aku bisa leluasa menyapu dan mengepel ruangan ini. Baru saja akan menyentuh laci itu, mataku melihat sebuah notebook warna pink dengan cover barbie disana.

        Seakan terbawa oleh mesin waktu. Ingatanku kembali pada saat aku membeli diary itu di toko buku Togamas tiga tahun lalu, tepatnya waktu aku berusia enambelas tahun, waktu aku masih duduk di bangku kelas sebelas SMA

        Aku meraih notebook itu, membuka lembar pertama dimana tertempel fotoku yang sedang berselfie, jadi hanya menampakkan wajah saja. Lembar berikutnya ada foto bersama keluargaku, memakai baju warna biru, warna kesukaanku dan ibu.

        Awalnya keluarga kami akan memakai baju warna putih, karena foto ini diambil untuk mengingat Lebaran lima tahun lalu. Tapi karena warna biru adalah warna kesukaanku dan ibu, maka ayah dan Kak Samuel mengalah.

        Lembar berikutnya hanya tulisan Arika, Ibu, Ayah, Kak Muel dengan coretan berbentuk hati. Hingga aku membalik lembar berikutnya, hatiku tiba-tiba terenyuh. Mataku langsung panas, dan setetes bening sudah tak mampu aku tahan, mengalir begitu saja melintasi pipiku dengan mulus.

        Ada nama lengkapku disana, lalu di bawahnya terdapat nama Renald. Arika Desiareka dan Renaldy Pasya. Lalu dibagian paling bawah terdapat fotoku dan foto Renald yang aku cabut dari lembar daftar siswa yang mengikuti Ujian Nasional.

Mencoba Melupakan [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang