Bismillah
•
•
•
Senyum itu mahal, apalagi ketika senyum itu terbit langsung dari bibirmu.
-Mencoba Melupakan-
•
•
•Kali ini aku tengah menemani Yuri menunggu ijab qobul dibacakan oleh Firman. Ijab qobul dilaksanakan di ruang tamu dan di sana sudah banyak sekali saudara Yuri datang dari berbagai kota.
Yuri mengenggam tanganku dan tangan Vika erat, bahkan tangannya kini berkeringat dan gemetar. Riasan tipis yang aku dan Vika poles kini terlewati dengan keringat. Untungnya hari ini hanya akad, dan resepsi akan diadakan di Surabaya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Yuri Arisanti binti...." Aku tidak mendengarnya lagi karena Yuri tiba-tiba mengeratkan genggaman membuat konsentrasiku hilang.
"Sah" Dan ketika ucapan itu terdengar, Yuri membolakan mata. Menatapku dan Vika secara bergantian.
"Alhamdulillah, sudah sah Yur" Ucapku. Pipi Yuri memerah, gadis itu tersenyum lalu memeluk kami berdua. Beberapa kali terdengar isakan, akupun ikut menangis bahagia.
"Aku bakal nunggu ijab qobul kalian" Kata Yuri dan aku jawab dengan anggukan.
Seseorang mengetuk pintu. Yuri menatapku bingung. Aku bangkit dan menggandeng tangan Yuri untuk ikut keluar bersama kami. Aku membuka pintu, mendapati Firman dengan tangannya yang siap untuk mengambil alih tangan Yuri dari gandenganku.
"Ayo Yur" Ujarku. Dengan gemetar Yuri meraih tangan Firman.
"Yuri di jaga ya Fir, kalau enggak... Kamu aku makan" Ujarku membuat pipi Yuri yang sedari tadi merah semakin merah.
"Siap, gue bakal jaga istri gue kok, tenang aja" Jawab Firman mandapat cubitan kecil di lengannya dari Yuri.
Di ruang tamu, Yuri dan Firman menandatangani surat nikah. Dan setelah itu Yuri menyalami tangan Firman lalu dibalas Firman yang mengecup kening Yuri sekilas. Setelah itu silau lampu kamera beberapa kali terpancar, mengambil gambar bahagia.
Setelah akad selesai. Kami mulai istirahat sejenak sebelum nanti sore berangkat menuju Surabaya. Keluarga Yuri telah menyewa dua gerbong kereta api khusus untuk keluarga Yuri, termasuk aku dan Vika.
Yuri dan Firman sedang berada di kamar, entahlah, aku tidak ingin berpikir yang macam-macam. Tadi subuh aku dan Vika sudah merapikan pakaian, dan koper sudah kami siapkan di ruang keluarga, begitupula dengan yang lain.
Saat ini aku tengah duduk diteras rumah bersama Vika, dan seorang perempuan, saudara Yuri dari Sidoarjo. Namanya mbak Linda, dia memiliki dua orang putra, satunya berumur tujuh tahun dan satunya tujuh bulan.
Aku menggendong putranya yang berusia tujuh bulan. Kalian tahu siapa namanya? Namanya adalah Raka, aku sendiri terkejut ketika mengatahui siapa namanya.
"Raka" Ucapku sambil menimang bayi mungil itu dalam pelukan.
"Udah siap nikah nih, udah cocok" Kata Mbak Linda membuat aku tersenyum, pipiku memanas karena malu.
"Rika" Panggilan gak jelas dari Mas Brian membuat aku sekilas menoleh kesebelahku, mendapati dia sudah duduk di sebelahku sambil tangannya yang memegang tangan sang bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencoba Melupakan [Sudah Terbit]
Spiritual[Spiritual-Romance] [SUDAH TERBIT] -Bebagian part sudah dihapus.- Haruskah aku tetap berjuang? Ketika dia yang kucinta menjaga hati yang lain. Haruskah aku tetap bersabar? Ketika hati ini sering kali dibuat sakit. Haruskah aku tetap mencinta...