Bismillah
•
•
•
Kalau cinta cuma dipendam, ati-ati jadi fosil.
-Mencoba Melupakan-
•
•
•Sepulang dari cafe, aku duduk di teras rumah sambil membaca pesan di grub whatsapp yang diisi oleh aku, Yuri, dan Vika. Nama grubnya YuViKa diambil dari nama kami.
Yang dibahas di grub tidak terlalu banyak, hanya membahas tentang nasi goreng pedas yang tadi aku pesan, mereka sakit perut dan harus bolak balik ke kamar mandi. Berbeda dengan aku yang sudah kebal makan makanan yang pedas, bahkan perkataan pedas sekalipun.
Raka keluar dari dalam rumah, memakai kaos oblong warna putih dan celena pendek dibawah lutut. Tangannya memutar kran air diluar lalu menyirami mobilnya dengan slang.
Aku kembali fokus pada ponselku. Yuri memberi pesan bahwa sepupunya dari Pati yang kemarin baru saja datang memutuskan untuk pulang tanpa sebab yang jelas. Namun setelah Yuri bertanya pada Tante Hayati––ibu Yuri––ternyata sepupunya itu pulang karena ayahnya sedang sakit.
Aku berniat untuk masuk dan membersihkan diri, badanku sudah lengket dengan keringat siang ini. Mataku menangkap Raka yang kini sudah basah kuyup seperti orang kehujanan, nyatanya kini sedag panas.
"Raka, kok basah semua sih?" Tanyaku sedikit keras karena jarak diantara kami agak jauh.
"Gaapa Rik, sekalian mandi" Jawabnya lalu tertawa. Aku menggeleng melihat tinggahnya.
***
Aku memesan seblak untuk sore ini. Hari ini aku sedang ingin makan pedas, tidak peduli meski nanti malam harus sakit perut atau bagaimana, ditambah nyeri datang bulan pun aku tidak masalah. Yang penting aku bisa makan pedas hari ini.
"Kak Muel mau gak?" Tawarku sebelum memesan seblak lewat aplikasi ojek online.
"Terserah" Jawabnya. Karena aku adiknya yang selalu peka dengan apa yang dia ucap, akhirnya aku memesankan untuknya.
Selalu ingat, ketika kita menawarkan sesuatu pada seseorang dan dia malah menjawab terserah, sudah pasti jawaban sebenarnya adalah 'iya' peka saja, aku juga seperti itu biasanya.
"Ibu juga?" Tanyaku pada ibu yang sedang memasang kancing pada kemeja Kak Samuel.
"Enggak, gak suka" Kalau ibuku ini gak berteleh-teleh. Kalau bilang iya ya iya, kalau enggak ya enggak.
"Ayah juga?" Tanyaku masih pada ibu, ayah masih menjaga toko didepan.
"Enggak usah, ibu sama ayah beliin yang lain aja" Jawab ibu.
"Raka mau?" Tanyaku pada Raka, dia menoleh sekilas lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Oke, seblaknya tiga, yang dua biasa yang satu super pedas. Terus bubur ayam untuk ibu dan ayah, minumnya es jus apel semua" Kataku.
"Kok apel? Ibu sukanya alpukat" Protes ibu membuat aku mengubah pesanan.
"Aku juga, aku sukanya jus mangga" Kak Samuel ikut memprotes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencoba Melupakan [Sudah Terbit]
Espiritual[Spiritual-Romance] [SUDAH TERBIT] -Bebagian part sudah dihapus.- Haruskah aku tetap berjuang? Ketika dia yang kucinta menjaga hati yang lain. Haruskah aku tetap bersabar? Ketika hati ini sering kali dibuat sakit. Haruskah aku tetap mencinta...