17 : Kamu dan Kota Pati

2.7K 122 3
                                    

Bismillah



Perjalananku bukan untuk melupakanmu, tapi untuk membuka lembaran yang baru.
-Mencoba Melupakan-


        Sudah dua bulan berlalu, itu tandanya, bulan ini Yuri akan segera menikah, kalau tidak salah sembilan hari lagi. Tidak pernah aku sangka bahwa sahabatku itu akan menikah sekarang, di usianya yang ke-20 tahun.

        Dia pernah bilang padaku, kalau tidak salah satu minggu lalu. Dia berkata bahwa Aku kira kamu duluan yang nikah Rik, biasanya ukhti-ukthi kan jodohnya cepet. Gak ada yang tahu kapan jodoh akan tiba. Akupun tak yakin siapa dulu yang akan menjemputku, jodoh atau maut.

        Mereka sama-sama sudah di atur, kalau jodoh mungkin bisa nanti, tapi kalau maut? Itu sudah pasti.

        Hari aku akan bertanda tangan kontrak. Yaps, sebelum novelku terbit, tentu aku akan tanda tangan kontrak dengan penerbit. Alhamdulillah novelku ini akan beredar di gramedia, dan rencananya aku tidak akan membuka PO, aku lebih memilih agar novelku langsung tersedia di gramedia.

        "Terimakasih, sedang bekerja sama dengan anda" Katanya.

        Aku menangkup kedua tangan didepan dada sebagai ganti dari jabat tangan. Setelah semua selesai, pihak penerbit pamit untuk pulang.

        Aku berjalan keluar, duduk di teras seperti biasa, menatap bintang, menikmati semilir angin, dan merangkul diri sendiri agar lebih hangat.

        Raka, dia keluar dari rumahnya dan berjalan masuk kehalaman rumahku. Menyapa ayah yang sedang melayani pembeli, lalu duduk disebelahku.

        "Aku duduk sini ya Rik" Katanya, aku hanya membalas dengan anggukan.

        "Aku kadang kasihan sama kamu" Katanya membuatku menoleh bingung.

        "Kasihan kenapa?" Tanyaku mengerutkan alis.

        "Jomblo".

        "Emang yang ngomong udah nikah hah?" Sindirku tak mau kalah.

        "Haha, tapi ya Rik, aku mau tanya". 

        "Apa?".

        "Kalau kamu di jodohin, gimana?" Tanyanya membuatku tersenyum.

        Entah mengapa bayang-bayang Renald langsung terlintas didepan mata, mungkin hanya dalam ingatan, namun semua terlihat nyata. Senyumnya, tatapannya, tawanya. Oh Allah, mengapa aku malah mengingatnya.

        "Selama agamanya baik, orangnya baik, nerima aku apa adanya, mau menemani hijrahku. Kenapa tidak?" Jawabku.

        "Novel kapan terbit?" Tanyanya seakan mengalihkan arah pembicaraan.

        "In Syaa Allah habis lebaran, bulan depan" Jawabku.

        "Aku pengen jadi orang pertama yang membaca novel itu, boleh?" Tanyanya.

        "Sayangnya pihak penerbit lebih dulu membaca" Jawabku sambil terkekeh. Dia hanya tersenyum sambil menggeleng kepala pelan.

Mencoba Melupakan [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang