13 : Secarik Kertas

3K 122 3
                                    

Bismillah



Kalau aku bisa mengetahui apa yang akan terjadi, aku berjanji tidak akan membuatmu seperti ini.
-Mencoba Melupakan


Aku menghapus air mataku dengan kasar, mencoba untuk menyetabilkan detak jantung dan embusan nafas. Apalagi aku masih sesegukan karena menangis.

Mengangkat telphon dari Yuri. Saat panggil terhubung, aku mendengar nada bicaranya saat salam benar-benar seperti orang bahagia. Padahal hari ini dia sedang dipertemukan dengan lelaki yang akan dijodohkan dengannya.

Sebisa mungkin aku mencoba untuk menjawab salamnya dan setiap kalimatnya dengan suara yang biasa saja, maksudku, suara yang tidak menampakkan setelah menangis.

"Aku seneng banget Rika, kalau tahu ini dari dulu juga aku mau-mau aja dijodohin, malah aku yang minta kalau begini caranya" Katanya.

Aku hanya berdehem dan tersenyum tipis. Yuri selalu bisa merubah mood burukku menjadi baik meski hanya dengan hal-hal kecil. Ya, seperti sekarang ini.

"Kamu tahu siapa cowoknya?" Tanyanya memintaku menebak.

"Gatau".

"Firman Febriyansyah" Katanya masih dengan nada bahagia, bahkan lebih bahagia lagi dari sebelumnya. Kini dia berteriak kegirangan.

"Alhamdulillah, seneng dong sekarang" Aku ikut tersenyum.

Bahagia, rasa sakit yang aku rasa barusan seakan musnah, berganti dengan kebahagiaan. Yuri sahabatku, dia bahagia, aku pasti ikut merasakannya. Jika dia terluka, maka aku juga bisa merasakannya. Waktu tiga tahun itu sepertinya sudah cukup membuat ikatan batin.

"Aku seneng banget Rik, dia ngelamar aku tadi, dia bilang bakal ngajak aku nikah tiga bulan lagi" Jelasnya menggebuh.

"MasyaAllah, Alhamdulillah Yur, dia mau ngajak serius" Aku memberi jeda. "Padahal dulu kalian gantung ya".

"Enak aja, tapi bener juga sih, aku digantung sama Firman" Jawabnya lalu tertawa diakhir kalimat.

"Sekarang senang kan? Makanya kok dulu suka lagu gantung" Tanyaku menggoda. Meski dia tidak ada dihadapanku, bisa aku pastikan bahwa pipinya memerah sekarang.

"Seneng banget, do'a-kan yang terbaik buat aku ya Rik" Katanya.

"In Syaa Allah, aku selalu berdo'a yang terbaik buat kamu, buat Vika, dan buat orang-orang yang aku sayang" Jawabku.

"Kalau gitu aku tutup dulu ya telphonnya, mau kasih tahu Vika".

"Iya".

"Tapi Rik, aku mintanya akad nikah di selenggarakan di kampung halamanku, tepatnya di Kota Pati".

"Lah terus, aku gak bisa hadir dong".

"Bisa, kamu sama Vika pokoknya wajib ikut ke Pati, harus".

"Alhamdulillah, In Syaa Allah aku ikut, makasih ya zeyeng" Kataku sambil terkekeh.

"Iya iya cinta, aku tutup ya, Assalamuaikum".

"Waalaikumsalam".

Mencoba Melupakan [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang