Chapter 4

708 115 9
                                    

Malam hari tiba, setelah sholat Maghrib Alvin menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur'an. Setelah selesai Alvin menuju ruang tamu untuk menonton televisi. Tak lama kemudian Nisa datang bergabung dengannya.

"Paman, nanti Bu Rin kesini?" Alvin yang fokus melihat layar televisi kini menoleh ke arah Nisa.

"Iya sayang."

"Yey." ucap Nisa kegirangan.
"Tapi kok belum datang?"

"Seben-" baru saja Alvin akan menjawab, tetapi bunyi bel rumah langsung membuat Alvin mengukir kurva dibibirnya.

"Tuh datang." ucap Alvin. Dengan segera dirinya bangun lalu membuka pintu. Dan benar saja dugaannya, Airin lah yang datang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."
"Mari masuk." Alvin mempersilahkan Airin masuk ke dalam rumah.

Saat di ruang tamu, Airin sudah di sambut oleh Nisa.

"Bu Rin."

"Hallo sayang."

"Aku akan ke dapur sebentar, kau bisa mulai untuk mengajari Nisa."

"Baiklah." setelahnya, Alvin berjalan menuju dapur, saat di dapur ternyata ada sang Ibu yang tengah memasak untuk makan malam.

"Siapa yang datang Vin?" tanya Reni, Ibu Alvin.

"Guru les privat Nisa." Reni hanya mengangguk.

"Bu tolong buatkan minuman untuknya ya Bu."

"Iya, nanti Ibu antar ke depan."

"Hehe makasih Bu."

Alvin kembali menemani Nisa yang tengah mengerjakan soal dituntun oleh Airin. Tak lama kemudian Ibunya datang sambil membawa minuman dan setoples cemilan.

"Loh ini gurunya?" tanya Reni sambil meletakkan minuman dan cemilan itu di atas meja.

"Iya Bu, kenapa?" ucap Alvin. Sementara Airin bangun dan mencium tangan Reni.

"Nama saya Airin Bu."

"Kok masih muda, kayak seumuran sama kamu Alvin." Airin terkekeh mendengar ucapan dari Reni.

"Saya satu tahun di atas Alvin Bu, dan saya juga guru baru di sekolah Nisa." Sebenarnya Airin lulus kuliah tahun lalu, akan tetapi kedua orangtuanya baru mengizinkan dirinya bekerja tahun ini. Dan kenapa Airin bisa tahu jika dirinya satu tahun diatas Alvin. Karena Alvin sendiri pernah bercerita jika dirinya baru lulus kuliah beberapa Minggu yang lalu.

"Tapi kok kelihatan lebih tua Alvin ya?" Alvin lantas tak terima dan berkata.

"Jadi maksud Ibu wajah Alvin tua, begitu?" Nisa yang sedari tadi hanya melihat, kini ia tertawa terbahak-bahak.

"Nenek benar Paman, memang wajah Paman terlihat tua, ahahaha." ingin sekali Alvin membuang keponakannya itu ke kandang singa, biar di makan sekalian. Namun Alvin hanya bisa mengusap dada sambil berkata dalam hati.
"Astagfirullah, sabar Alvin."

"Sebenarnya Ibu tidak bermaksud begitu, tapi memang kenyataan mau bagaimana lagi, benarkan Nisa?" Nisa mengangguk sambil berusaha menghentikan tawanya.

"Ibu memang beda, anak sendiri dinistain."

"Yasudah Ibu kedapur lagi, oh iya nak Airin diminum ya, cemilannya juga di makan."

"Baik Bu." Saat Reni sudah melenggang pergi, kini Nisa melanjutkan belajarnya.

Setelah satu jam, adzan pun berkumandang menandakan waktunya sholat Isya, kebetulan semua keluarga Alvin ada di rumah. Mereka menunaikan sholat Isya berjamaah di rumah, tidak lupa Alvin juga mengajak Airin untuk sholat berjamaah. Setelah sholat, Airin ingin pamit pulang, namun di tahan oleh Reni, sekalian makan malam bersama katanya. Mau tidak mau Airin menuruti kata Ibu Alvin. Dan di sini lah Airin, membantu Reni dan Dewi di dapur menyiapkan makanan.

Sebuah Pilihan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang