Chapter 8

806 108 2
                                    

"Berhenti!"

Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Terdapat seorang pemuda yang berdiri di depan pintu Masjid sambil terengah. Airin yang melihat itu langsung berdiri dan berlari ke arah pemuda itu.

Mereka saling memandang, Airin tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

"Kamu datang." ucap Airin. Alvin, sang pemuda itu mengusap air mata Airin.

"Bagaimana mungkin tidak." Airin langsung memeluk Alvin dengan erat. Semua orang di dalam Masjid pun terkejut tak terkecuali kedua orang tua Airin dan Reyhan.

"Ada apa ini Jodi?" tanya Ayah Reyhan kepada Jodi, Ayah Airin.

"Aku juga tidak tahu siapa pemuda itu." Jodi lantas melirik sang istri bermaksud untuk meminta penjelasan, namun istrinya menggeleng tanda ia juga tidak tahu.

"Kau mempermalukan putraku Jodi. Ayo kita pergi." Ayah Reyhan menarik istrinya beserta Reyhan yang masih menyaksikan Airin dan Alvin.

"Reyhan!" melihat Ayahnya yang sudah emosi, Reyhan segera pergi menyusul sang Ayah. Sebelumnya ia sempat melirik tajam ke arah Alvin dan Airin.

"Untuk semuanya saya mohon maaf atas kejadian ini, dan untuk pernikahannya telah kami batalkan. Sekali lagi saya mohon maaf." ucap Jodi, semua orang yang ada di Masjid membubarkan diri masing-masing.

Pandangan Jodi beralih pada putrinya yang masih dalam pelukan pemuda yang tidak ia kenal.

"Airin." ucap Jodi. Airin melepas pelukannya dan menghadap sang Ayah.

"Ayah, Airin min-"

"Sekarang pulang dan jelaskan di rumah." Jodi pergi dengan istrinya. Airin kembali menatap Alvin.

"Vin-" Alvin menempatkan jari telunjuknya di bibir Airin.

"Ssttt... kita hadapi bersama, aku akan selalu ada di sisimu." Alvin menangkup kedua pipi Airin.

*****

Saat sampai di rumah Airin, Alvin terus menggenggam tangan Airin untuk menenangkannya. Seharusnya yang takut adalah Alvin bukan? Lantas kenapa malah Airin yang tegang.

"Jangan takut, aku bersamamu." ucap Alvin. Dengan perlahan mereka memasuki rumah Airin dan sudah tunggu oleh kedua orangtua Airin.

"Ayah-" ucapan Airin dipotong begitu saja oleh sang Ayah.

"Siapa kau?" tanya Jodi pada Alvin.

"Nama saya Alvin Paman."

"Apa hubunganmu dengan putriku." Alvin diam, ia bingung menjawab apa.

"Em... Sebenarnya kami tidak memiliki hubungan apapun, tapi saya sangat mencintai putri anda. Dan saya berniat untuk melamar Airin dalam waktu dekat ini jikalau anda merestui."

"Lantas apa kau bisa mencukupi kebutuhan putriku. Ingat, hidup tidak makan cinta, kau mengerti."

"Saya sudah punya tabungan Paman, saya juga memiliki tanah yang sekarang dalam masa pembangunan."

"Apa pekerjaanmu."

"Saya bekerja di sebuah perusahaan, meskipun jabatannya tidak terlalu tinggi, tetapi upah yang saya terima cukup besar."

"Apa kau bisa membahagiakan putriku?" tanya Jodi. Alvin menatap Airin sambil berkata.

"Tentu saja, saya sangat mencintainya. Dan saya akan berusaha membahagiakannya." mata Airin berkaca-kaca mendengar ucapan Alvin.

"Airin." ucap Jodi seakan meminta penjelasan dari Airin. Airin tau dan ia mengangguk.

"Airin juga cinta sama Alvin Yah." ucap Airin malu-malu, jangan lupa pipinya yang sudah merah bak kepiting rebus. Ayahnya terlihat menghembuskan nafas.

Sebuah Pilihan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang