"Bunda....." gadis kecil berusia empat tahun itu berjalan menuju sang Bunda yang sedang memasak di dapur.
"Adek, sudah bangun sayang, kakak mana?" Airin berjongkok mensejajarkan tingginya dengan si bungsu, Aivi.
"Kakak masih tidur." Aivi menjawab dengan suara khas bangun tidur sambil sesekali mengusap kedua matanya.
"Aivi, duduk di meja makan ya sayang. Bunda mau masak dulu." sang anak mengangguk kemudian berjalan ke arah meja makan dan segera mendudukkan dirinya di salah satu kursi sambil melihat Bunda memasak.
"Bunda... Ayah mana?"
"Tidur di kamar sayang."
"Adek mau ke kamar Bunda, bangunin Ayah."
"Hati-hati sayang."
Dengan berlari kecil Aivi menuju kamar kedua orangtuanya, setelah pintunya dibuka terpampang lah sang Ayah yang masih tidur dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
Aivi mendekat menepuk pipi Ayahnya.
"Ayah.... ayo bangun jangan tidur terus....." Aivi sedikit mengguncang bahu Alvin. Tetap saja laki-laki itu tidak bergerak barang sedikitpun.
"AYAH......" teriakan nyaring Aivi akhirnya membuat Alvin membuka matanya perlahan dan menoleh ke arah anaknya di samping ranjang.
"Eh anak Ayah." Alvin bangun dari tidurnya kemudian menggendong Aivi sambil mencium pipi gembulnya berkali-kali.
"Ayah jangan cium-cium. Ayah bau belum mandi." bukannya berhenti, Alvin malah gencar mengerjai si kecil yang semakin merengek.
"Bunda.... Ayah nakal." Alvin terkekeh mendengar Aivi yang mengadu pada Airin.
Alvin mendekat ke arah dapur.
"Vin jangan menggodanya, aku sedang memasak untuk sarapan. Jadi jangan menambah pekerjaanku." ucap Airin memperingati tanpa menoleh sedikitpun pada Alvin maupun Aivi.
"Adek bangunin Kakak dulu ya." ucap Alvin pada putrinya yang di balas anggukan oleh Aivi. Alvin segera menurunkan Aivi dari gendongannya.
Setelah Aivi masuk ke dalam kamar, Alvin memeluk istrinya dari belakang.
"Sebentar saja." sebelum istrinya melayangkan protes dengan cepat ia berkata kemudian Alvin mengecup pipi istrinya.
"Aku sedang memasak Vin."
"Kamu selalu saja begitu, aku kan hanya ingin memelukmu." Alvin menggerucutkan bibirnya. Saat akan melepas pelukannya, Airin menahan kedua tangannya dan berbalik menghadap Alvin.
"Nanti kalau sudah selesai, sekarang aku harus menyiapkan sarapan untuk kalian bertiga." Airin mengecup bibir Alvin.
"Sudah jangan ditekuk begitu wajahnya. Lebih baik kamu bawa dua manusia kecil itu ke sini." sekarang giliran Alvin mengecup bibir Airin.
"Baiklah." Alvin berjalan menuju kamar anaknya.
Alvin bisa melihat anak perempuannya yang berusaha membangunkan Alva, anak laki-lakinya yang lahir lima menit sebelum Aivi.
Alvin mendekat ke arah Aivi.
"Belum bangun?" Aivi menggeleng. Memang Alva paling susah di bangunkan. Alvin segera melancarkan aksinya dengan menciumi putranya, dan berhasil. Alva terbangun karena perbuatan sang Ayah.
"Ck, Ayah kenapa menciumiku." ucap Alva sambil mengusap wajahnya.
"Kau susah sekali dibangunkan, ya sudah Ayah cium biar bangun."
"Kakak ayo sarapan." ajak Aivi pada kembarannya. Wajah mereka memang mirip hanya saja Alva versi laki-lakinya, dan Aivi versi perempuan.
Setelah mandi dan menggosok gigi, akhirnya mereka menuju ruang makan, di sana sudah ada Airin yang menyiapkan makanan di atas meja. Kedua bocah cilik itu berlari ke arah Airin kemudian memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pilihan ✓
Teen Fiction(completed) Airin, gadis cantik yang berhati seperti malaikat ini adalah seorang guru muda yang mengajar di Sekolah Dasar desa sebelah. Bertemu dengan Alvin, lelaki tampan dan shalih idaman semua wanita, anak kepala desa yang mampu memikat hati seor...