Chapter 13

799 92 6
                                    

Perlahan Airin membuka matanya, ia merasa ada seseorang yang menggenggam tangannya, saat Airin melirik dan benar saja ada suaminya yang tidur di samping ranjang sambil menggenggam tangannya erat.

Airin mengusap rambut Alvin dengan lembut, Alvin yang merasakan pergerakan dari Airin sontak bangun.

"Eh kapan kamu bangun?"

"Baru saja."

"Vin, bagaimana keadaan bayi kita?" tanya Airin lirih. Alvin diam sambil menatap Airin dengan sendu, namun kemudian Alvin mencium punggung tangan istrinya.

"Vin."

"Kita kehilangannya." ucap Alvin pelan. Dapat ia lihat jika Airin mematung, air matanya turun perlahan.

"Aku keguguran?" Alvin mengangguk dan semakin mempererat genggamannya.

"Tidak Vin, aku tidak keguguran, Tidak hiks." Alvin segera memeluk Airin untuk menenangkannya.

"Hiks kenapa Vin, padahal aku sangat menantikannya Vin hiks. Apa aku tidak pantas menjadi seorang ibu, katakan hiks." ucap Airin sambil menangis dalam pelukan Alvin.

"Jangan berkata seperti itu sayang."

"Ini semua salahku Vin hiks, ini salahku. Aku membunuh calon bayi kita Vin hiks." Alvin tidak tahan lagi dengan kata yang Airin ucapkan, ia menangkup kedua pipi Airin.

"Dengar, ini bukan salahmu sayang. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri." Alvin mengecup bibir Airin sekilas lalu kembali memeluknya.

"Hiks tapi aku sangat menantikan kehadirannya Vin hiks."

"Kita bisa buat lagi sayang, kamu ingin buat berapa banyak, hmm?" ucap Alvin menggoda Airin yang langsung mendapat cubitan dari sang istri.

"Aw... Sakit sayang."

"Jangan bercanda di saat seperti ini."

"Kalau begitu jangan menangis, ini takdir dari Allah. Aku yakin Allah akan mengganti dengan yang lebih baik sayang." Airin mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya.

Sebelumnya Alvin sudah memberitahukan kepada semua keluarga bahwa Airin keguguran, orang tua Airin sangat terkejut. Cucu yang di nantikan ternyata telah di ambil kembali oleh sang maha kuasa. Meski begitu, mereka tetap memberi semangat pada Airin agar tidak terlarut dalam kesedihan.

🥀🥀🥀🥀




Akhir-akhir ini Airin lebih banyak diam, setelah pulang dari rumah sakit, Airin sering kali melamun. Ia juga jadi irit bicara, padahal Alvin sudah melakukan berbagai cara agar Airin dapat melupakan kejadian itu.

Sekarang pun Airin hanya diam di atas ranjang menatap kosong foto pernikahannya dengan Alvin. Laki-laki itu masih bekerja sekarang, Airin sendirian di rumah.

Tak lama kemudian Airin mendengar suara mesin mobil, pasti itu suaminya. Airin memutuskan untuk berpura-pura tidur, ia masih belum siap berbicara dengan Alvin setelah apa yang terjadi. Airin tahu sebenarnya Alvin sangat kecewa, hanya saja ia tidak menunjukkannya di depan Airin.

Perlahan pintu terbuka. Alvin masuk ke dalam kamar dan membuka jas kantornya kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah dari kamar mandi, Alvin naik ke atas ranjang bergabung dengan sang istri.

Alvin memeluk Airin dari belakang, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Airin.

"Aku tahu kamu belum tidur." ucapnya pelan. Airin perlahan membuka matanya masih dalam posisi membelakangi Alvin.

"Kenapa kamu menghindariku?" bahu Airin bergetar, bisa Alvin pastikan istrinya ini sedang menangis. Dengan perlahan Alvin membalikkan tubuh Airin hingga mereka berhadapan sekarang. Alvin dapat melihat Airin yang sedang menangis.

"Jangan menangis lagi." Alvin mengusap air mata Airin.

"Apa kamu kecewa?" ucap Airin.

"Mungkin pada awalnya sedikit, tetapi sekarang aku sudah mencoba mengikhlaskan semuanya."

"Maaf, aku tidak bisa menjaga diri."

"Bukan salahmu sayang."

"Padahal aku sudah membayangkan bagaimana keluarga kecil kita nantinya dengan kehadiran malaikat kecil kita, tapi rupanya Allah lebih sayang padanya."

"Sudahlah, kamu harus ikhlas sayang."

"Hmm, tapi aku sedikit tidak rela Vin. Setelah sekian lama akhirnya aku hamil, dan sekarang..."

"Kita bisa buat lagi sayang, kamu mau buat sekarang, hmm?" tanya Alvin sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Dasar mesum." ucap Airin diiringi senyuman kecil, oh jangan lupakan pipinya yang sudah bersemu merah.

"Ayolah sayang, sudah lama bukan kita tidak melakukannya. Apa kamu tidak merindukanku?" Alvin masih mencoba membujuk Airin.

"Tidak, sudah aku mau tidur." Airin membalikkan badannya membelakangi Alvin untuk menutupi rasa malunya.

"Ayolah sayang." Alvin mengguncang bahu Airin pelan.

"Diamlah Vin, aku mengantuk."

"Rupanya kamu suka dipaksa ya, baiklah." Alvin membalikkan tubuh Airin dan dengan cepat menindihnya.

"Yak, apa yang kamu lakukan." Alvin tidak menjawab malah semakin mendekatkan wajahnya pada Airin.

"Kamu hanya perlu meneriakkan namaku malam ini." bisiknya tepat di telinga Airin.

"Alvin!!!!"




_______________

TBC...

Sebuah Pilihan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang