Chapter 10

865 106 10
                                    

Satu tahun berlalu........

Rumah tangga Alvin dan Airin semakin harmonis, seperti saat ini Alvin mengantar Airin ke sekolah tempat ia mengajar. Setelah menikah Airin masih mengajar di sekolah dasar, meskipun Alvin sudah melarangnya untuk bekerja. Namun Airin masih bersikeras untuk berkerja dengan alasan ia merasa bosan jika di rumah setiap hari.

"Nanti kamu pulang jam berapa?" tanya Alvin sambil membukakan pintu mobil untuk Airin.

"Sepertinya sore, karena ada rapat dengan komite sekolah nanti."

"Baiklah nanti aku akan menjemputmu, kebetulan aku pulang cepat nanti." Airin mengangguk. Alvin mencium kening Airin.

"Aku berangkat dulu." pamitnya pada Airin.

"Hati-hati, jangan sampai telat makan."

"Hmm... Yasudah aku pergi, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Setelah mobil Alvin pergi dari sekolah, Airin segera masuk ke ruang guru dan duduk di sebelah Luna yang tengah mengandung. Setelah Airin menikah, satu bulan kemudian Luna juga menikah. Dan sekarang tengah mengandung anak pertamanya, usia kandungannya sudah lima bulan.

"Perutmu makin besar saja Lun." ucap Airin.

"Hehe, aku tidak sabar menantikannya."

"Pasti kamu senang sekali, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang Ibu." ucap Airin dengan penuh antusias. Luna menghela nafas, ia tahu sebenarnya Airin sangat menginginkan seorang anak, tetapi sampai sekarang belum juga di beri oleh sang maha kuasa.

"Kamu juga akan merasakan nanti." ucap Luna.

"Hmm... Mungkin belum waktunya." Airin tersenyum kecil.

"Mintalah waktu pada suamimu untuk ya kau taulah." ucap Luna berusaha membuat Airin tertawa. Dan berhasil, Airin tertawa karena perkataannya.

"Ya! Apa maksudmu, bahkan kami rajin melakukannya haha."

"Apa? Benarkah?" tawa Airin semakin keras.

"Tentu saja tidak haha."

"Kau membuatku terkejut." Luna ikut tersenyum melihat Airin yang tertawa lepas.

"Kau wanita tangguh Rin."

🌻🌻🌻🌻

Airin kembali melihat jam tangannya, pukul 5 sore. Sudah setengah jam Airin menunggu suaminya. Ia tidak bisa menghubungi suaminya lantaran baterai ponselnya habis.

"Bu Airin." Merasa terpanggil, Airin menoleh dan mendapati Dion, guru baru di sekolah ini.

"Pak Dion."

"Loh Bu Airin belum pulang?"

"Saya menunggu suami saya."

"Bukannya anda sudah pulang dari setengah jam yang lalu." Airin mengangguk.

"Kemana suami anda?"

"Mungkin dalam perjalanan."

"Saya bisa mengantar, jika anda tidak keberatan." tawar Dion.

"Ah tidak perlu, saya menunggu suami saya saja." tidak lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan mereka. Airin yang tahu itu mobil suaminya, dengan segera ia pamit pada Dion lalu masuk ke dalam mobil.

Sebuah Pilihan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang