Sepasang suami-istri yang sudah mempunyai dua anak itu tampaknya masih betah tidur dengan saling memeluk satu sama lain. Enggan bangun meskipun sinar matahari telah masuk ke dalam kamar mereka melalui celah jendela. Mereka masih tidur dengan damai sebelum suara buah hati mereka mengusik tidurnya.
Tok tok tok
"BUNDA AYAH BANGUN!!" teriak anak sulungnya sambil menggedor pintu kamar dengan keras.
Airin membuka matanya perlahan, mencoba melepas pelukan suaminya. Tetapi bukannya terlepas, Alvin semakin mengeratkan pelukannya.
"Mau kemana?" tanpa membuka matanya Alvin bertanya dengan suara khas bangun tidur.
"BUNDA CEPAT!"
"Lihat putramu, tidak lama lagi pintunya akan rusak karena dia memukulnya dengan keras." Airin masih mencoba melepas pelukannya.
"Jangan bergerak Rin, kau membangunkannya."
"Alvin lepas, aku harus menyiapkan sarapan juga."
"Aku masih ingin kau di sini." Airin dengan cepat mengecup bibir Alvin.
"Sekarang lepaskan aku."
"Baiklah kau memang sangat peka sayang." Alvin membuka matanya dan mengecup singkat bibir Airin dengan sedikit melumatnya.
"BUNDA!!!"
"Ck, anak itu benar-benar." Alvin mendengus kesal, sementara Airin terkekeh.
"Iya sebentar sayang." Airin berteriak menyahuti sang anak. Ia beranjak dan membuka pintu.
"Ada apa sayang, kenapa berteriak?"
"Bunda, Aivi mengompol."
"Benarkah?" Airin sedikit terkejut, memang Aivi punya kebiasaan mengompol tapi itu sudah hilang sejak dua tahun yang lalu.
"Iya Bunda, lihat pakaian Alva basah." Airin melirik pakaian Alva, dan benar saja celana sebelah kanan Alva basah.
"Dimana Aivi?"
"Dikamar sedang menangis."
"Ada apa ini?" Alvin yang penasaran pun bertanya.
"Aivi mengompol Ayah."
"Kalau begitu Bunda ke kamar kalian dulu. Alva mandi dulu ya dengan Ayah." Alva mengangguk.
"Baiklah jagoan Ayah, ayo kita mandi." Alvin menggendong anaknya dengan gemas. Airin tersenyum melihatnya lantas ia pergi menuju kamar sang anak.
Saat masuk ke dalam kamar, Airin melihat anak bungsunya menangis sambil memeluk kedua lututnya.
Airin berjalan mendekat ke arah Aivi. Gadis kecil itu menyadari kehadiran sang Bunda membuatnya semakin menangis.
"Bunda... Hiks...." Airin menggendong Aivi yang masih menangis.
"Ssttt, tidak apa-apa sayang." Airin mencoba menenangkan Aivi.
"Maaf hiks Aivi mengompol hiks."
"Tidak apa-apa sayang, Aivi sudah mandi?" Aivi menggeleng.
"Sekarang mandi dulu ya?"
"Hmm." ucap Aivi sambil mengangguk. Airin menurunkan Aivi dari gendongannya, gadis kecil itu berlari menuju kamar mandi. Airin tertawa melihat cara Aivi saat berlari, benar-benar menggemaskan. Airin segera mengganti spray tempat tidur anaknya.
Setelah lima belas menit Aivi keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono berwarna pink kesukaannya.
"Wah anak Bunda sudah mandi." Aivi tersenyum memperlihatkan gigi rapihnya.
Airin segera menghampirinya dan membantu memakaikan pakaian.
"Sudah, sekarang Aivi kebawah dulu. Bunda mau mandi dulu."
"Iya Bunda." Aivi berlari menuju ruang keluarga yang sudah ada Ayah dan juga Kak Alva.
"Hei Putri Ayah sudah mandi, sini sayang." Aivi berjalan menuju sang Ayah yang sedang menonton televisi bersama Kakaknya.
"Ayah..." cicit Aivi pelan dipangkuan Alvin
"Ada apa sayang?"
"Aivi mengompol tadi." melihat sang anak yang menunduk, Alvin mengecup pipinya.
"Tidak apa-apa sayang, pasti Aivi bermimpi ya?" dan benar saja Aivi mengangguk.
"Aivi bermimpi berenang bersama Kakak, lalu Aivi ingin pipis. Aivi sudah tidak tahan akhirnya Aivi pipis saja. Aivi kira pipis di kolam renang, tapi ternyata Aivi mengompol Ayah, maaf..." Alvin mendekap Putrinya.
"Lain kali kalau ingin tidur pipis dulu ya sayang."
"Iya Ayah." Aivi melepas pelukan Ayahnya kemudian mendekati sang Kakak.
"Kak."
"Hmm?" Alva berdeham tanpa mengalihkan pandangan dari televisi.
"Aivi minta maaf, kerena Aivi celana Kakak basah." Alva menatap adiknya yang menundukkan kepala.
"Iya Kakak juga minta maaf sempat memarahimu tadi." Aivi tersenyum dan memeluk Kakaknya erat.
"Aivi sayang Kakak."
"Kakak juga sayang Aivi, adik Kakak yang paling cantik." kemudian keduanya tertawa.
Alvin tersenyum penuh haru melihat kedua anaknya yang akur seperti ini. Tiba-tiba seseorang memegang bahunya. Alvin menoleh dan mendapati istrinya dengan wajah yang bingung.
"Ada apa dengan mereka?" bisiknya. Alvin hanya tersenyum sambil mengendikkan bahu. Tak lama kemudian Alvin mendekat ke arah kedua anaknya.
"Ekhem, jadi kalian mau berenang tidak?" keduanya sontak melepaskan pelukan mereka.
"Benarkah Ayah?" tanya Aivi dengan mata berbinar.
"Tentu saja, bukankah Aivi ingin berenang hmm?" Aivi mengangguk semangat.
"Kalau begitu cepat ganti baju, kita akan berangkat setelah ini."
"Yeay, Kak ayo kita ganti baju." Aivi menarik tangan Kakaknya.
"Vin, mereka belum sarapan. Aku baru saja akan memasak." ucap Airin.
"Kita sarapan di luar. Kamu tahu, Aivi mengompol karena bermimpi sedang berenang. Jadi apa salahnya kita mengajak mereka berenang. Lihat betapa senangnya mereka, terutama Aivi."
"Kamu memang pengertian."
"Aku sangat menyayangi mereka."
"Oh jadi hanya mereka?" Alvin terkekeh melihat istrinya yang merajuk. Kemudian ia melingkarkan tangannya pada pinggang Airin.
"Tentu saja aku sangat menyayangimu." Alvin mengecup kening Airin lama, lalu melepasnya.
"Sebaiknya kita bersiap-siap." ucap Alvin.
"Hmm."
________________
Jadi pengen renang:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pilihan ✓
Teen Fiction(completed) Airin, gadis cantik yang berhati seperti malaikat ini adalah seorang guru muda yang mengajar di Sekolah Dasar desa sebelah. Bertemu dengan Alvin, lelaki tampan dan shalih idaman semua wanita, anak kepala desa yang mampu memikat hati seor...