Chapter 14

898 93 3
                                    

Selama tiga bulan ini Airin sudah bisa melupakan tentang kegugurannya. Ia sudah melakukan aktivitas seperti biasa. Tetapi setelah Alvin pergi bekerja Airin pasti akan sendiri di rumah. Oleh karena itu terkadang ia akan berkunjung ke rumah mertuanya.

Tapi sekarang Airin hanya melihat acara televisi di ruang keluarga seorang diri setelah suaminya pergi bekerja setengah jam yang lalu. Kemudian Airin mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Halo, assalamualaikum."

Terdengar suara balasan dari lawan bicaranya.

"Waalaikumsalam."

"Ada apa sayang?"

"Tidak ada, hanya ingin mendengar suara kamu." sebenarnya Airin juga tidak tahu kenapa dia menelfon Alvin, padahal suaminya baru saja berangkat setengah jam yang lalu.

"Tumben?"

Airin mendengar Alvin terkekeh di seberang sana.

"Entahlah aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja aku kangen."

"Haha.... Kamu aneh deh."

"Ih kamu kok gitu sih Vin. Kamu nggak kangen sama aku?"

"Iya sayang aku kangen banget. Tapi sekarang aku harus kerja sayang."

"Hmm... yasudah aku tutup telfonnya."

"Jangan marah nanti aku pulang cepat, oke?"

"Hmm, Assalamualaikum" tanpa menunggu jawaban dari Alvin, Airin langsung mematikan telfonnya. Ia kesal, entah kenapa Airin ingin bertemu dengan Alvin. Rasanya ingin selalu di dekatnya, padahal baru setengah jam Alvin pergi, Airin tiba-tiba merasa rindu dengan laki-laki itu. Airin memutuskan untuk tidur di kamarnya saja.

🍁🍁🍁🍁

Pukul sembilan malam Alvin baru pulang dari kerjanya karena ada makan malam dengan semua pegawai kantor. Sebenarnya Alvin menolak, tetapi atasannya itu memaksa agar semua pegawai ikut makan malam bersama. Sekarang Alvin merasa bersalah kepada istrinya, pasti ia belum makan karena menunggunya pulang. Alvin juga merutuki ponselnya yang mati disaat ingin mengabari Airin.

Alvin membuka pintu perlahan, lampu di rumahnya masih menyala. Apa Airin belum tidur. Alvin berjalan ke arah dapur dan benar saja, Airin hanya duduk sambil melamun tanpa berniat menyentuh makanan yang sudah tertata rapi di atas meja makan. Alvin jadi semakin merasa bersalah. Perlahan Alvin memeluk bahu Airin dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Airin.

"Kenapa pulang, masih ingat rumah?" ucap Airin ketus. Alvin semakin mengeratkan rengkuhannya.

"Maaf, tadi ada makan malam bersama para pegawai kantor." ucap Alvin, sedang Airin masih diam.

"Aku tidak bisa menolak, atasanku memaksa. Ponselku mati aku tidak bisa mengabarimu, maafkan aku."

"Kau yakin hanya makan malam?" Alvin mengerutkan dahi.

"Apa maksudmu?" Airin melepas rengkuhan Alvin, kemudian berdiri menghadap suaminya.

"Apa kamu sudah bosan denganku, karena aku belum bisa memberikan keturunan." Alvin semakin bingung.

Sebuah Pilihan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang