Chapter 9

816 107 8
                                    

Setelah Alvin mengatakan kepada Ayahnya bahwa ia ingin menikahi Airin, Ayahnya pun langsung setuju. Di hari minggu keluarga Alvin benar-benar datang untuk melamar Airin yang di sambut baik oleh keluarganya. Mereka sepakat akan menikahkan Airin dan Alvin bulan depan.

Satu bulan kemudian Airin dan Alvin menikah, kini mereka berdua telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sekarang Alvin dan Airin dalam perjalanan menuju rumah barunya yang telah Alvin beli untuk ia tinggali bersama Airin dan anak-anaknya kelak.

Saat sampai di rumah baru mereka, Airin berdecak kagum. Bagaimana tidak, rumah berlantai dua itu sangat megah dan elegan.

"Alvin apa ini tidak berlebihan, kamu pasti menghabiskan banyak uang untuk ini." ucap Airin. Alvin menangkup kedua pipi Airin.

"Dengar, aku bekerja keras juga untukmu dan anak-anak kita nanti. Jadi nikmati saja hmm." Airin mengangguk kemudian dengan lembut Alvin mencium kening Airin.

"Ayo kita masuk." Alvin merangkul pinggang Airin untuk masuk ke dalam rumah baru mereka.

"Dimana kamar kita? Aku akan membersihkannya terlebih dahulu." ucap Airin.

"Akan ku antar. Kamar kita ada di lantai dua."

Seharian mereka habiskan untuk membersihkan rumah dan memindahkan barang-barang. Setelah semua selesai, Alvin mendudukkan diri di sofa ruang tamu. Sementara Airin membuat minuman untuk Alvin di dapur.

"Kau pasti kelelahan, ini aku buatkan minuman." Airin datang membawa segelas es sirup, kemudian duduk di samping Alvin.

"Terimakasih sayang." dengan cepat Alvin menghabiskan minuman yang dibuat oleh istrinya.

"Cepatlah mandi setelah itu kita sholat Maghrib bersama."

"Baiklah." Alvin mengecup kening Airin sekilas lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena Airin sudah mandi, jadi ia yang akan menyiapkan alat sholat untuk Alvin dan juga dirinya. Tak lama kemudian Alvin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya melilit bagian bawahnya.

Airin langsung membalikkan badannya, ia masih malu jika melihat tubuh seorang laki-laki meskipun itu suaminya sendiri.

"Ada apa dengan mu."

"Em aku akan keluar." ucap Airin masih dengan posisi membelakangi Alvin.

"Kamu malu? Aku ini suamimu Airin, kenapa malu begitu." Alvin mendekat ke arah Airin.

"Tunggu, aku sudah mengambil wudhu jadi ku harap kamu mengerti." Alvin mengurungkan niatnya untuk menggoda Airin.

"Baiklah, aku akan ganti di dalam kamar mandi saja, sekalian berwudhu." Alvin mengambil baju dan celana panjangnya, bergegas memasuki kamar mandi.

Setelah menunaikan sholat Maghrib berjamaah. Kini Airin sedang memasak di dapur untuk makan malam. Saat sedang sibuk dengan aktivitas memasaknya, tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang, tanpa melihat pun Airin bisa menebak siapa pelakunya. Siapa lagi, kalau bukan Alvin.

Alvin melingkarkan tangannya di perut Airin dan meletakkan dagunya di bahu Airin.

"Aku sedang memasak Vin, jangan menggangguku."

"Aku hanya ingin memelukmu, apa tidak boleh?"

"Tapi aku sedang memasak." Alvin semakin mempererat pelukannya. Airin meletakkan pisaunya dan berbalik menghadap Alvin tanpa melepas tangan Alvin yang memeluknya. Kedua tangannya menangkup pipi Alvin mengusapnya perlahan.

"Aku sedang memasak sayang, kamu tunggu di meja makan saja, hmm." ucap Airin selembut mungkin agar Alvin mau melepas pelukannya. Alvin menggeleng.

"Tidak mau." Airin berfikir keras, cara apa yang dapat ia lakukan agar Alvin tidak mengganggunya. Dan Airin menemukan cara, dengan perlahan Airin mendekatkan wajahnya dengan Alvin.

Chup

Alvin mematung di tempat, Airin telah menciumnya tepat di bibirnya. Walaupun hanya sekilas, tetapi tetap saja itu adalah first kissnya. Airin terkekeh melihat Alvin yang terdiam.

"Hei, jangan melamun." ucap Airin sekaligus membuyarkan lamunan Alvin. Sedetik kemudian Alvin tersenyum.

"Baiklah karena kamu sudah menciumku aku akan menurut. Aku akan tunggu di ruang tamu saja sambil melihat televisi." Alvin melepas pelukannya dan mengecup pipi Airin sekilas lalu pergi begitu saja. Airin hanya menggeleng melihat tingkah laku suaminya, dan ia kembali teringat akan perbuatannya tadi.

"Aku tidak percaya bisa melakukan hal itu." ucap Airin sambil terkekeh.

Setelah tiga puluh menit berkutat di dapur, Airin sudah menyelesaikan acara memasaknya, kemudian ia menata rapi masakannya di atas meja makan.

"Sayang makanannya sudah selesai." teriak Airin.

"Iya sayang sebentar." Alvin menyahutinya dari ruang tamu. Kemudian ia berjalan menuju dapur.

"Wah.... Kamu yang memasak ini semua sayang." ucap Alvin melihat beberapa hidangan yang tersedia di meja makan. Tetapi ada satu makanan yang menarik perhatiannya.

"Tentu saja."

"Kari ayam, ini makanan favorit ku. Dari mana kamu tau?"

"Aku tahu semua tentangmu Vin."

"Aku memang tidak salah pilih." saat Alvin hendak mengambil piring, Airin menghentikannya.

"Kenapa?" tanya Alvin heran.

"Kita sholat dulu, baru makan." Alvin menepuk dahinya, astaga kari ayam ini membuatnya melupakan kewajibannya, haruskah ia menyalahkan kari ayam ini.

"Maafkan aku."
"Kamu tau?" tanya Alvin. Airin menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu membuatku semakin mencintai mu." Airin menundukkan kepalanya malu.

"Sudah berhenti bicara, cepat ambil wudhu." demi menyembunyikan rasa malunya, Airin dengan cepat pergi untuk berwudhu. Bisa mati lama-lama mendengar gombalan Alvin.

Setelah sholat Isya, kini waktunya Alvin menyantap masakan sang istri yang menggiurkan ini– Oke, itu sangat berlebihan, tetapi Alvin benar-benar ingin memakan semua makanan yang ada di meja makan.

Alvin mengambil sepiring nasi di tambah dengan kari ayam yang dari tadi sudah ia inginkan. Setelah berdoa ia langsung menyantap kari ayam itu.

Airin yang melihat itu tersenyum, ia senang melihat Alvin yang menyukai masakannya.

"Ini enak sekali sayang."

"Benarkah?"

"Hmm.... benar-benar lezat."
"Boleh aku tambah?"

"Tentu saja semua ini untukmu." Airin membantu Alvin untuk mengambilkan nasi dan lauk.

"Tidak-tidak kamu juga harus makan."

"Iya aku akan makan." Mereka makan dengan tenang. Makan malam itu berjalan dengan harmonis bagi pengantin baru yang akan memulai kehidupan barunya. Alvin juga mengemban tanggung jawab yang lebih besar sekarang.

"Tuntunlah hamba dalam melaksanakan tanggung jawab ini Ya Allah...."



______________

TBC

Mereka udah nikah gais,
Siapa yang nggak sabar lihat mereka punya debay.....

Makin lama, makin romantis aja nih si Alvin. Airin juga udah berani dia sekarang.

Sebuah Pilihan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang