17. Kejujuran

2.4K 180 5
                                    

Saat ini Yena sedang berbaring di kasurnya. Dia sibuk dengan benda kotak pipih berwana merah muda miliknya, dari tadi dia sedang menghubungi seseorang tapi hasilnya nihil karena yang dihubungi nomernya tidak dapat ditelpon. Sudah kesekian kali mencoba akhirnya Yena geram.

"Isshhh kemana sih lu nyet?! Bikin orang khawatir aja. Aarrgghhh!!!" Yena melempar handphonenya ke kasur dan menenggelamkan kepalanya ke bantal karakter kucing putih berpita merah miliknya.

Tak lama dia lempar ponsel itu berbunyi. Yena pun segera bergegas mengambilnya melihat panggilan masuk itu.

"Babang?" Yena segera menekan tombol hijau yang ada dilayarnya.

"Halo bang?"

"Lu dimana? Kok pulang duluan?"

"Eh iya maaf gua balik duluan bang, soalnya tadi sakit perut."

"Sekarang dimana?"

"Dikamar, kenapa?"

"Buka pintunya!"

"Hah? Lu didepan kamar gua bang?"

"BUKA PINTUUU!!!" Yena langsung lari untuk membukakan pintunnya, padahal pintu kamarnya tidak dikunci.

Ceklek

"Pintu ga gua kunci bang astaga ga usah teriak ditelpon." ucap Yena dengan posisi ponsel yang masih menempel di telinganya.

"Matiin teleponnya. Lu kira nelepon ga pake pulsa." June pun sama posisinya dengan Yena.

"Lu yang nelepon gua yang nyuruh matiin. Lagian lu nelepon pake Line anjir bang."

"Gua bilang matiin teleponnya!"

"Matiin sendiri apa susahnya sih bang"

"Mata lu congean atau apa sih! Lu ga liat tangan gua penuh."

Yena melirik ke tangan bang June, ditangan kanannya dia bawa kantong belanjaan yang entah itu isinya apa dan satu lagi ditangan kirinya dia gunain untuk melempar-lempar kunci mobilnya dan ponselnya berada dipundaknya dia gunakan untuk menaruh telpon genggamnya yang iya dekatkan ketelinga kanannya.

"Ga guna anjir tangan kiri lu bang." Yena mematikan teleponnya.

"Nih makan siang buat lu." June menyodorkan kantong belanjaan yang ternyata isinya adalah makan siang untuk Yena. Yena menatap June dengan sedikit rasa seneng.

"Ga usah ke GR an. Buruan ambil sebelum gua berubah pikiran untuk ngasih makanan ini ke tong sampah." Yena mengambil kantong itu dengan wajah sedikit ditekuk karena perkataan June.

"Makasih." Yena menutup pintunya.

"Eh!" June menahan pintunya.

"Ada apa lagi? Ntar gua ganti duitnya."

"Bukan itu. Gua juga mau makan anjir"

Yena melirik kantong ternyata ada dua kotak makanan.

"Ngobrol dong diem-diem bae sih lu bang."

June masuk ke kamar Yena dan mengabaikan perkataan Yena. Mereka berdua menyantap makanannya di atas kasur Yena. Sepi tak ada obrolan, begitulah kegiatan mereka sehari-hari. Walaupun tinggal satu atap tapi mereka jarang berbicara. Terkadang Yena selalu berusaha membuka obrolan duluan diantaranya. Kali ini June mencoba untuk membuka obrolan.

"Yen, lu tau adeknya Jeka kemana?"

¤¤¤

"Chani ga ada disekolah?" tanya Papah melalui telepon.

Overprotective Brother's [Will End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang