Istri Januar tampak gelisah. Mulutnya komat-kamit, tapi suaranya tertahan di dalam kerongkongan, membuat suara berdeham yang aneh keluar dari mulutnya. Ketika kutajamkan pandanganku, mengangkat sebelah alis, kemudian mengetukkan masing-masing jari di antara kedua tangan, istri Januar segera menarik kepalanya, menghindari ketaknyamanan yang pasti sedang melandanya.
"Saya tidak percaya," komentarnya, tepat setelah rekaman yang kusimpan sedari dulu itu berhenti berputar.
"Saya juga," balasku, berbicara tak kalah cepatnya dengan perempuan itu. "Tetapi Januar sendiri yang bilang."
"Kalian pasti memaksa suami saya untuk berbicara seperti itu, kan?" Perempuan itu melotot. Ternyata, sikap yang sama belum pudar semenjak beberapa waktu lalu, ketika ia menyerangku yang menyerang keluarganya. Namun, aku mengerti tindakannya yang defensif.
"Tentu," tukasku, masih dengan cara berbicara yang sama. "Kami memang memaksa, tetapi memaksanya untuk membicarakan kejadian yang sesungguhnya, tak ada paksaan sama sekali untuk berbohong. Jika tidak, Januar tak akan pernah mengaku."
Perempuan itu menatapku tak percaya.
"Anda bisa mendengar suara saya dan suara Januar di rekaman itu, Bu. Anda bisa menilai sendiri bagaimana Januar dengan bangganya mengatakan bahwa ia membunuh korban, silakan dengarkan sekali lagi jika Anda tak percaya."
Istri Januar melumat kedua bibirnya. Napasnya menderu, tanda pikirannya sedang berseteru. Namun, ia tetap tak menerima tawaranku. Jadi, di dalam ruanganku ini, perempuan itu hanya diam mematung, tak ada komentar tambahan apapun lagi, membuatku melanjutkan pembicaraan untuk menghindari kekosongan.
"Saya hanya ingin meminta sedikit bantuan," Kuhentikan ketukan jari, membuatnya terdiam dan mendingin karena pendingin ruangan yang menyala. "Suami Anda mungkin tak hanya akan dijatuhi hukuman atas dasar pembunuhan, tapi juga penculikan dan pembunuhan untuk kasus yang lain."
Tentu, perempuan itu tetap diam tak berkomentar.
"Hanya saja, kami belum bisa menemui korban dan melacak keberadaannya. Jadi, di sini saya meminta Anda untuk membantu membujuk Januar memberitahu di mana lokasi anak itu berada, sekaligus memberitahu siapa saja orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan itu."
Perempuan itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Kini, matanya yang melotot berubah menjadi sipit, mempertanyakan pernyataanku.
"Kenapa saya harus membantu Anda?" tanyanya.
"Saya akan berusaha meringankan hukuman suami Anda." Tentu, aku tidak benar-benar bermaksud akan melakukan hal itu. Walaupun aku tak ingin berbohong, aku tak memiliki pilihan lain selain memanipulasi keadaan, membuat perempuan itu menuruti keinginanku. Aku bukan malaikat, sialan. Memangnya kaupikir aku bisa melepaskan Januar begitu saja setelah semua tindakannya terungkap? Aku bukan tokoh utama sinetron religi yang bisa menerima semua tindakan brengsek orang-orang di sekitarnya dengan sabar.
Perempuan itu menggeram, matanya menilik ke sana dan ke mari. Kemudian, ia bertanya, "Mengapa Anda mau meringankan hukuman yang akan dijatuhi pada suami saya—jika memang dia bersalah—seandainya saya membantu Anda?"
Sungguh, pemikiran yang kritis. Aku menyukainya, bagaimana perempuan itu tidak dengan mudah percaya akan seluruh omonganku, membuatku harus berpikir ulang dan berusaha meyakinkannya dengan susunan kalimat yang lain. Hanya, saja, sekarang bukanlah saat yang tepat bagiku untuk memuji pertanyaannya itu.
"Bukti rencana penculikan ... pembunuhan, sebenarnya, itu pasti akan memberatkan Januar, tak mungkin ia hindari. Januar tidak dapat lepas dari tuduhan. Bahkan, mungkin berlapis, salah satunya pembunuhan, dan satunya lagi adalah pembunuhan berencana." Aku menarik napas, sekadar memberi jeda agar tak kekurangan oksigen akibat terlalu banyak bicara. "Jika Januar mau bekerja sama, saya bisa mengusulkan permintaan keringanan. Setidaknya, dia membantu mengungkapkan kebenaran kasus yang telah terjadi tempo waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Roy : Keparat-keparat Metropolitan [SELESAI]
Mystery / ThrillerAKP ... ah, Komisaris Roy kini harus berhadapan dengan musuh yang mendeklarasikan perang dengannya. Namun, tindakan yang dilakukan Komisaris Roy malah membuatnya kembali menyelidiki kasus tujuh tahun lalu yang melibatkan seorang anak biasa. Atau...