15. MNG

2K 300 25
                                    

Kunjungan yang Wijaya dan aku lakukan tidak berakhir terlalu buruk. Aku, maupun Wijaya, tak perlu mengarang cerita apalagi hingga menekan Pak Jajang dan istrinya untuk menyerahkan komputer yang telah mereka miliki selama bertahun-tahun. Mereka menyerahkannya dengan senang hati, tentu saja sambil memberitahuku bahwa komputer itu sudah tak dapat beroperasi.

Meskipun aku tak begitu sering berurusan dengan masalah komputer, aku tahu benar bahwa komponen-komponen yang membuat komputer menyala tak hanya satu atau dua. Sama seperti organ tubuh yang harus bekerja sama agar manusia dapat beraktivitas, komputer memiliki banyak komponen, dan salah satunya adalah Hard disk yang akan Wijaya ambil karena aku sendiri—selama hidup—tak pernah melihat bentuk fisik hard disk internal. Setidaknya secara langsung, bukan dari internet.

Pak Jajang dan Ibu Ai memperhatikan kami—Wijaya lebih tepatnya. Ketika tubuh Wijaya hampir terlempar, kami bertiga bersiaga, berusaha menahan tubuhnya agar tak terjatuh—padahal dia sudah berjongkok. Namun, keseimbangan Wijaya lebih baik dari yang kita duga. Ia kembali menyeimbangkan tubuh sembari mengangkat kotak hitam berisi piringan yang kuduga adalah hard disk yang memang kami cari. Wijaya kembali menutup CPU dengan casing yang sebelumnya sengaja dibukakan. Namun, ketika ia akan kembali merapikan kabel, Pak Jajang menolaknya. Toh sudah rusak ini, katanya.

Kotak hitam itu tak Wijaya sakukan, hanya ditenteng ringan seperti dompet kecil dengan kabel yang menjuntai. Aku mundur, membiarkan Wijaya berjalan lebih leluasa keluar dari sudut kamar. Sedangkan Ibu Ai, atas kesadarannya sendiri, mengikuti gerakanku, keluar dari kamar Yusup untuk membuka ruang yang lebih luas.

"Semoga mereka bisa melihat isinya." Wijaya menggoyang-goyangkan kotak hitam itu. Aku tak mendengar apapun dari dalamnya, tetapi ketaktahuanku mengenai perangkat-perangkat komputer tak dapat membuatku memastikan bahwa benda itu,yang sedang Wijaya genggam, apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.

"Semoga."

Aku berbalik, mendapati Pak Jajang, yang menyakukan kedua lengannya, tengah bersandar pada dinding. Tak begitu terlihat, karena kemiringannya yang tak tajam, tapi aku yakin benar. Lelaki tua itu tak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi alisnya yang menggantung memberikan kesan penuh harap. Matanya mengerjap beberapa kali, tetapi mulutnya terkunci dengan rapat.

Akhirnya, lelaki itu bangkit, mengembuskan napas agak kencang, berdiri, seraya mengucapkan, "Tolong temukan Yusup" dengan penuh lirih, seolah menunjukkan bahwa Pak Jajang ... memang benar-benar menginginkan anaknya kembali dan menaruh harap padaku, membantah penyelesaian kasus tujuh tahun lalu dan mengungkapkan kesalahan yang pernah dibuat.

Aku hampir terbuai. Namun, sekali lagi kupikirkan matang-matang. Di dunia ini, tak ada banyak orang yang dapat kupercaya. Setidaknya, hanya ada tiga untuk saat ini. Wijaya, Luthfi, walaupun lelaki itu brengsek, dan tentu saja diriku. Aku pernah percaya pada orang lain, dan perasaanku itu terbukti salah.

Selain itu, aku masih belum memastikan apakah Pak Jajang benar-benar terlibat dengan PK atau tidak. Aku tak dapat menurunkan penahanan diriku, setidaknya sampai aku benar-benar yakin bahwa aku dapat memercayai Pak Jajang atau tidak. Dan itu artinya aku benar-benar berharap jika harddisk dari komputer tabung yang tersimpan di dalam kamar ini dapat memberikan sesuatu.

===

Aku mangkir dari pekerjaan semata-mata untuk mengawasi aktivitas Ganira. Anak itu, semakin lama kuperhatikan, semakin memperlihatkan pola aktivitasnya yang sangat biasa, monoton, dan hampir sama di setiap waktu.

Aku tidak tahu bagaimana aktivitasnya di pagi hari. Namun, setiap pulang sekolah, Ganira akan menunjukkan perilaku yang sama—menghindari segala interaksi sosial, menyeberang jalan dengan kaki kiri terlebih dahulu, naik angkutan kota, kemudian berhenti di depan komplek perumahan—tempat yang sama untukku memarkirkan mobil agar anak itu tak menyadari kehadiranku—dan akan berjalan menyusuri bagian kanan jalan. Bahkan, jika angkutan kota itu berhenti di bagian kiri, Ganira akan menyeberang terlebih dahulu.

Detektif Roy : Keparat-keparat Metropolitan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang