Langit cerah berhasil mengiringi pemakaman dengan khidmat. Tak ada isak tangis yang keluar, walaupun renungan mendalam berhasil membuat siapapun mengingat segala tindakan yang pernah dilakukan.
Orang-orang yang mengiringi kepergian itu tak begitu banyak. Bahkan, bisa dibilang sangat sedikit. Bahkan, bisa disebutkan satu persatu: Komisaris Yudha, Riska, Yulda dan Ganira, dan tentu saja Wijaya serta istrinya. Mereka tak saling bertegur sapa, tetapi mereka semua tahu alasan satu sama lain berada di tempat ini.
Sebuah penanda makam dengan nama Roy menjadi pengingat bagi mereka semua bahwa orang itu pernah ada dan hidup di dunia ini.
===
Satu bulan semenjak kematian itu, Wijaya masih menjalani hari seperti biasanya. Bukan seorang polisi super hebat biarpun orang-orang menilai dirinya sebagai seorang yang cemerlang, bukan pula seorang polisi brengsek yang tegabung dalam kelompok kejahatan hanya untuk memuaskan dirinya. Penyelidikan kasus demi kasus ia ketuai, termasuk dengan kasus yang dibuka kembali semenjak tujuh tahun lalu ditutup. Kasus hilangnya Yusup.
Kasus itu telah ditutup kembali dengan kesimpulan yang sedikit berbeda: Yusup bukannya kabur dari rumah, melainkan diculik dan dibunuh. Mayatnya tak pernah ditemukan, persis dengan jasad Roy yang tak pernah ditemukan. Bahkan, pemakaman yang dilakukan sebulan lalu harus dilakukan tanpa jasad.
Wijaya mengamati seisi kota, dan dia bisa tersenyum senang karena tampaknya kota Bandung tak perlu mengikuti kesedihan dirinya. Ia melihat aktivitas orang-orang seperti biasanya, tak tahu bahwa di luar sana ada seseorang yang berjuang mati-matian hanya untuk mengungkapkan kasus kejahatan. Ah, bahkan mungkin tidak hanya mati-matian, tetapi benar-benar mengorbankan nyawanya. Namun, setidaknya Wijaya bisa melihat banyak orang di luar sana yang masih bisa tertawa dengan bahagia.
Wijaya pulang, hampir tengah malam karena laporan kasus yang dibuatnya ternyata memiliki beberapa kesalahan pengetikan dan terpaksa membuatnya kembali memindai dari awal sampai akhir. Sebenarnya, hari ini merupakan hari-hari seperti biasa baginya, tak ada yang istimewa. Namun, ketika ia membuka pintu, sesosok manusia segera ia lihat. Manusia itu bertindak dengan cepat, bahkan sebelum Wijaya sempat berteriak.
"Tidak perlu berteriak dan membangunkan orang-orang, aku ada di sini bukan untuk menghajarmu, membunuhmu, atau meminta uang darimu."
"Anda siapa?"
Manusia itu berdiri, kemudian mengenakan topi yang ditentengnya. Tanpa memperkenalkan diri, manusia itu malah bertanya, "Kau mengenalku. Kita pernah bertemu."
Wijaya memerlukan beberapa waktu sampai akhirnya ia mampu menyadarinya.
"Anda adalah orang yang menembak Pak Roy pada waktu itu."
"Yang pertama, benar. Di bagian kakinya. Yang kedua, bukan aku."
"Apa yang Anda lakukan di rumah saya?"
"Aku yakin kau sudah mendengar rekaman yang kukirimkan."
Wijaya terbelalak. "Jadi Anda yang mengirimkan rekaman itu?"
Rekaman yang manusia itu maksudkan adalah rekaman percakapan antara Roy dan Pak Jajang, bentuk pengakuan Pak Jajang yang menyusun rencana pembunuhan anaknya sendiri, juga teriakan-teriakan Roy yang menyatakan bahwa Yusup telah mati dan itu semua adalah salahnya—salah satu alasan mengapa kasus Yusup ditutup dengan simpulan kematian Yusup. Namun, rekaman itu dikirimkan oleh orang tak dikenal, begitu saja diberikan pada Wijaya. Sebenarnya, Wijaya bisa saja menghiraukan rekaman itu, mengingat segala bentuk barang digital dapat dimanipulasi oleh siapapun. Namun, ia sudah kenal lama dengan Roy, apalagi sebagai rekan kerja, dan dia bisa memastikan bahwa suara di rekaman itu—biarpun terdistorsi dan terdengar berbeda dari suara sebenarnya—adalah suara Roy. Ditambah dengan menghilangnya Roy di saat yang bersamaan, Wijaya tak memiliki pilihan lain selain menganggap bahwa rekaman itu bukanlah rekayasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Roy : Keparat-keparat Metropolitan [SELESAI]
Mistério / SuspenseAKP ... ah, Komisaris Roy kini harus berhadapan dengan musuh yang mendeklarasikan perang dengannya. Namun, tindakan yang dilakukan Komisaris Roy malah membuatnya kembali menyelidiki kasus tujuh tahun lalu yang melibatkan seorang anak biasa. Atau...