1.0; ibu perempuan kim

1.3K 233 12
                                    

  Pagi itu, seperti biasa, keduanya masih terlihat tidur dalam keadaan saling berpelukan. Masih enggan untuk bangun cepat walau ingat hari ini harus bekerja.

  Namun detik kemudian Do Young membuka matanya terlebih dahulu. Mengerjap pelan sampai akhirnya mulai terbiasa dengan keadaan sekitar. Setelah itu, bangkit terlebih dahulu dan pergi entah ke mana. Atau mungkin kembali ke apartemennya.

  Beberapa menit berlalu, disusul Se Jeong yang juga sudah bangun. Bahkan segera beranjak dari ranjang menuju dapur untuk membuat sarapan.

"Oh.. sudah bangun, Nak?" deg..  suara dan sosok itu!

"I-ibu.. kenapa Ibu ada di sini?" seru Se Jeong yang seketika tak bisa berpikir jernih. Oh.. kapan sang Ibu datang?

"Kau bertanya seperti Ibu tidak pernah ke sini saja. Bukankah sudah biasa Ibu datang, bahkan tanpa memberitahu?" ujar beliau yang saat ini sibuk memasak.

"Bu-bukan seperti itu maksudku.. " matanya sempat melihat sekitar. Siapa tahu kalau Do Young sudah kembali ke apartemennya. Dia berharap demikian.

  Untuk menutupi kegugupannya, Se Jeong pun menghampiri Ibunya dan memeluk beliau dari belakang. Ibunya sempat memekik pelan namun membiarkan sang puteri memeluknya.

"Tapi, Sayang.. " suara wanita paruh baya itu kembali terdengar. "Ibu kira kau di kamar mandi tadi. Soalnya, Ibu mendengar suara air menyala."

  Deg..  su-suara air? Brak..

"Se Jeong-ah.. kita sarapan di-- " dan di saat itu, juga dua pemuda itu seakan melenyap ditelan bumi dalam waktu singkat.

  Sejujurnya, lebih dari satu alasan mengapa Se Jeong takut jika ketahuan oleh Ibunya membawa pria ke apartemen. Bahkan bukan pada malam hari, melainkan pagi hari. Bukankah hal seperti itu lebih membahayakan untuk menimbulkan masalah?

  Ibu Se Jeong bukan tipikal orang yang mudah marah. Pada faktanya. Hanya saja, beliau tidak suka jika puterinya menyembunyikan sesuatu darinya. Hanya itu..

  Tapi jika ada sesuatu yang ditutupi oleh anaknya dan itu berhubungan dengan pria, entah kenapa wanita itu bisa meluapkan amarahnya di saat itu juga.

"I-ibu.. "

"Kita bicara nanti. Bukankah hari ini kau pergi bekerja? Ibu akan menunggumu sampai pulang."

"Ibu.. maafkan aku-- "

"Cepat habiskan sarapanmu dan pergi bekerja. Jangan buat Ibu semakin marah."

  Mendapati ujaran seperti itu, mau tak mau Se Jeong harus menuruti tanpa ada bantahan sedikit pun. Akhirnya dia segera menghabiskan sarapannya dan pamit untuk bekerja.

  Di halte, Se Jeong melihat Do Young berdiri di sana. Mata mereka bertemu namun terputus juga saat Se Jeong menundukkan kepalanya.

"Maafkan aku.. " ujar Do Young penuh sesal. Meraih tangan Se Jeong dan diusapnya pelan.

"Tidak.. " suaranya bergetar. Tak dapat lagi membendung air mata karena sejak tadi rasanya memang ingin menangis saja. "Kurasa memang hari ini tetap akan datang tanpa kita tahu. Ini bukan salahmu."

"Tapi setidaknya aku meminta maaf." entah kenapa, rasanya menyakitkan saat melihat perempuan itu menangis walau tanpa menunjukkan wajahnya. "Kurasa malam ini aku takkan bisa tidur."

"Tidak.. " Se Jeong mengusap air mata itu dan mendongakkan kepalanya. Mata mereka kembali beradu dalam emosi yang sama. "Aku akan datang nanti malam."

"Jangan dipaksa. Aku juga yakin, Ibumu takkan membiarkanmu."

"Do Young.. "

"Aku baik-baik saja. Kembali insomnia setelah dua bulan lamanya, bukan suatu masalah untukku. Percayalah."

to be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

to be continue..

Hayiii.. aku update lagi krna aku seneng kemarin banyak yg baca dan ngevote. Aku pikir kalian bakal ogah**an buat lanjut..

Aku jadi mikir.. apa kalian kangen ya sama ceritaku?? 😅😅 geer bgt aku

maaf yaa kalo ada typos, makasih sudah baca, dan.. ANNYEONG~~

💮정키키  -  감사합니다💮

Insomnia and Trauma [DoJeong Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang