♚
CHAPTER ONE
'Past, Present and Future.'PERSEFON menutup pintu Core's Heart dengan tergesa-gesa, seharusnya ia sudah pulang dari dua jam lalu, tapi apadaya, teman-temannya datang dan mereka menghabiskan waktu untuk duduk di tengah toko bunganya dengan meminum Earl Grey saat senja tiba.
Perempuan itu memasang boots putihnya dan meraih kedua buket bunga kesukaan ibunya dan berlari menelusuri jalanan kota. Ia menyampingkan tas hijaunya dan terus berjalan sambil menyapa beberapa penjual makanan di sekitar tokonya.
Sedikit aneh rasanya, ia merasa terancam hanya karena melihat tiga anak kecil dengan kaos tingkah kalem, mereka berjalan beriringan di samping tubuhnya. Persefon tidak mau pusing dengan memikirkan mereka, ia terus berjalan, dan ya, dari sini ia sudah bisa melihat rumahnya yang berdiri tegak terdiri dari dua tingkat bangunan.
Bruk!
Salah satu dari mereka terjatuh, dua anak kecilnya hanya terdiam ketika melihat luka di kaki saudaranya mengeluarkan darah. Pikiran Persefon terasa janggal ketika hatinya memaksanya untuk berhenti dan berbalik menuju tiga laki-laki kecil yang membuntutinya pulang.
Akhirnya ia berbalik dengan hati yang memenangkan kendali atas tubuhnya, perempuan itu berlutut di depan mereka. "Kenapa kalian berdua hanya diam saja?" Tanyanya lembut, berusaha setenang mungkin walau rasa takut akan gelapnya malam mulai menggerogoti keberaniannya sekarang.
"Present, sering sekali jatuh! Future dan Past sudah terbiasa melihatnya!" Celetuk laki-laki kecil dengan beret hat hitamnya, ia menatap Persefon yang mencoba membersihkan luka salah satu dari mereka. "Apa kalian tersesat?" Tanya Persefon ketika ia sudah berhasil membalut lukanya dengan kain kasa yang selalu ia bawa.
"Ya dan tidak, mam!" Celetuk anak laki-laki yang lainnya, anak itu menggunakan beret hat putih dan menepuk samping paha kirinya yang mengembung. "Terimakasih, mam." Kalem anak yang terluka, akhirnya Persefon mengetahui bahwa anak pertama yang menggunakan beret hitam bernama Past, abu-abu bernama Present dan yang terakhir adalah Future.
Mungkin orang tua mereka kehabisan akal untuk mencari nama dan memberikan tiga pembagian waktu kepada ketiga anak mereka. Persefon merasakan jantungnya berdebar ketika ia berhasil membantu Past untuk berdiri.
"Uhm, aku harus pulang. Kalian harus saling menolong sesama, hati-hati!" Persefon melambaikan tangannya ketika ketiga anak melambaikan tangan kecil mereka sebagai perpisahan. Persefon menepuk dahinya pelan ketika ia menyadari bulan telah muncul menyinari bumi. Ia mengambil kedua buket bunganya lalu bergegas.
Ia masuk ke dalam rumahnya dan mendapati ibunya berdiri dengan kedua tangan di pinggang, dan apron menggantung di lehernya. "Kore!" Pekik ibunya, Persefon menutup kedua telinganya dengan telapak tangan, tatapan ibunya meneliti, lalu ia mendapati tangan Persefon yang berdarah.
"Apa yang terjadi!" Demeter berlari dan membawa permukaan tangan Persefon lembut, ia menggertakkan gigi kuat ketika mendengar suara anak satu-satunya, tertawa kecil. "Maafkan aku ma, aku harus menemani Artemis dan juga menolong tiga anak manusia yang tersesat. see, Ini bukan darahku." Persefon merasakan tatapan ibunya yang menjadi tajam.
"Persefon, katakan yang sejujurnya!" Suara Demeter meninggi kembali ketika ia mencium bau yang amat dihafalnya di luar kesadarannya. "Itulah yang sebenarnya ma!" Demeter menghapus noda darah di tangannya, "apa yang mama katakan tentang menjauhi mahkluk dewa-dewa Olimpus lainnya?!" Demeter menggeram, perempuan itu menarik Persefon untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Ma! Sumpahku kepada kakek! Aku tidak bertemu dengan immortal lain selain Artemis dan Apollo!" Demeter berhenti di tangga, lalu perempuan dengan rambut keriting merahnya itu menoleh kepadanya, "lalu jelaskan kepadaku, bagaimana kau mendapat bau dari dunia kematian. Persefon?"
Persefon tersentak dari pikirannya.
"Apa yang telah kau lakukan, Kore?"
Bau dari dunia kematian?
press the ⭐️ button and comments.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, Hades
FantasyPria itu berdiri di tempat yang sama seperti terakhir kali ia melihatnya, tubuhnya yang tinggi dan setelan jas yang terlihat berbaur dengan gelapnya malam membuatnya sedikit takut. Ketika ia mencoba mendekati seseorang itu, sepasang iris biru pucat...