PAGE 04

3.3K 507 2
                                    



CHAPTER TWO
'Goddess and Disguise.'

SEBUAH tongkat mengkilap hitam menghantam jalanan becek dengan begitu tegasnya. "Bow down, Hypnos, son of Nyx." Suara itu mengalun tenang penuh peringatan pada seorang pria pirang yang tersentak dari lamunan siangnya. "My Lord, The dark one." Hypnos membungkuk dan mengelus salah satu sayap kecil lembut keemasan bersih yang tumbuh di sisi kanan wajahnya. Rasa gatal menyerang bagian tubuh kesukaannya ketika ia merasakan suatu hal besar akan terjadi.

"Aku butuh bantuanmu," Hades menyeringai, Hypnos mengangguk dan bangkit, menekuk satu kakinya. Hades memberikan sentuhan kepada kepala Hypnos, kedua mata Hypnos berubah menjadi pucat dan bersinar. "Demeter, tuanku?" Hades mengangguk dengan tegas, "aku ingin kakakku jauh dari anaknya sementara, setidaknya hingga aku berhasil membawanya." Hypnos mengernyit, kedua mata Hypnos kembali seperti sediakala "Nya?" Ketika ia mengatakannya, penguasa kegelapan sudah menghilang. Pergi dari goa gelap tanpa penerangan milik dewa mimpi.

Hypnos mendesah dengan pelan, "Apapun untukmu, My Lord."

***

Ini adalah kedua kalinya bagi Persefon menghadapi jalan yang begitu menakutkan. Ia melihat sebuah bayangan mengikuti tubuhnya.

Tubuhnya menggigil,  giginya saling menekan karena ia sangat membenci suasana yang mencekam seperti ini. Matanya terbelakak kaget di saat pria yang sama seperti terakhir kali ia bertemu berdiri di tengah, masih dengan bunga yang ia beli dari Core's di bawah kedua kakinya.

Persefon mengeratkan mantel bulunya dan berjalan dengan tenang menuju Eros,  yang disebut dengan nama lain dewa cinta.

Ada sebuah busur emas yang terlihat berkilau terkena cahaya dari lampu jalan yang remang. Sebuah anak panah ungu di tangan yang lain,  tapi ada yang terlihat sangat ganjal.  Kedua mata pria itu ditutupi dengan sebuah kain berwarna serupa dengan warna anak panahnya. 

Merah hati.

Ada sepasang sayap sedang menghiasi bagian belakang tubuhnya. "Eros?" panggil Persefon pelan. Pria itu menggerakan sedikit kepalanya,  sehingga Persefon dapat melihat hidung panjang lancipnya.

"Halo Persefon." senyum tipis menghiasi wajahnya,  rambut Ikal Eros melambai pelan ketika angin malam meniupnya beberapa kali.

'Oh Persefon, dia adalah pria dengan sayap jahatnya, Eros. Dewa cinta, dengan satu panah merahnya. Kau bisa tergila-gila, dan gila, sangat gila hingga kau lupa untuk bernafas.'

Persefon menelan ludahnya paksa. Ia meringis ketika Eros berjalan dengan pelan ke arahnya,  "Sedang bertugas?" Persefon meringis ketika pria tampan itu mengambil, lalu memasang anak panah ungu ke busurnya. Ia tampak siap untuk membidik apapun secara tertutup.

"Tepat. Nah,  karena kau sudah tahu cara kerjanya. Bagaimana langsung kita selesaikan di sini?" Eros menegapkan tubuhnya dan mengarahkan panahnya menuju Persefon.

Perempuan itu sayangnya mengeluarkan kemampuannya untuk memasang tembok yang terbuat dari tanaman merambat yang lengket dan kuat.

"Bukankah Artemis menjelaskan cara mainnya, sweetheart?"

Sebuah anak panah mendarat di tengah dadanya. "Kau akan berterima kasih, Kore. Artemis,  perempuan itu seharusnya bersabar sedikit lagi untuk mendapatkan Orion." Eros membuka ikatan kain yang melilit kepalanya kencang.

"Yang kuberikan bukanlah panah merah, kau akan segera mengerti kenapa.  Kusarankan kau harus lebih berhati-hati lain kali di jalanan sepi."

Tidak ada rasa sesak yang membuatnya gila, atau bersedih, yang ia rasakan adalah debaran pelan untuk seseorang yang belum pernah ia temui.

Persefon jatuh dalam kegelapan ketika ia merasa seseorang membawa tubuhnya pulang. Eros tersenyum ketika teman dekatnya bersedia untuk mengantarkan Persefon pulang selama ia harus berdebat dengan dewa paling mengesalkan selain eksistensi Zeus.

"Hades. My Lord."

"Aku tidak pernah memintamu memberikannya panah ungu untuk membuat dia jatuh cinta padaku." Hades,  pria berusia bumi itu membawa sebuah helm hitam dengan ujung runcing, didekapannya.

Eros menekuk satu kakinya,  "Bukankah anda tahu cara kerja saya My Lord?" Eros mengernyit ketika ia menyadari aura Hades mempekat dan menyekik tubuhnya perlahan dengan bau kematian.

"Meminta pertolonganmu adalah hal yang salah." Hades menggeram. "Selamat berjuang, My Lord."

(unedited)

Sincerely, HadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang