'The Unfinished Business'
ZEUS tertawa lebar ketika Hades kembali menghampirinya dengan aura suram menyelebunginya. "Sudah kukatakan anak Si keras kepala–Ares memang bukan orang yang tepat, ''Dark lord." Thanatos terbang dengan sayap dua meternya ke samping tubuh Hades yang suram. "Aku tidak tahu anak kecil itu berani berbuat kurang ajar seperti itu padaku." Umpat Hades. "Ungu! Sial!" Umpatnya sembarang.
"Purple for an eternal rejection, My Lord?" Thanatos membelakakan matanya kaget dengan ucapan tuannya, pria itu lantas menunduk mengikuti postur tubuh Hades. Pikirannya lelah, jika Persefon tidak segera dimiliki oleh Hades. Maka akan kacau dunia bawah sana, pria itu telah mendiami permukaan cukup lama dan rela untuk tidak menghiraukan para saudari Erinyes yang berteriak terbebani dengan tugas-tugas berlipat mereka.
Zeus menepuk pundak Hades yang membungkuk frustasi, "ambilah saranku, jangan tunda lagi. Biarkan Hypnos beraksi, biarkan Demeter tertidur sementara untuk kau Dark Lord." Hades menatap Zeus dengan tatapan yang sulit dipahami, namun terlihat familiar di benak Zeus. Untuk beribu-ribu tahun yang lama, pria itu berterima kasih padanya. Sang Penguasa.
***
"Kore?" Suara Artemis mengalun.
Persefon beursaha menyesuaikan pikirannya ketika suara panggilan itu semakin mendekat. "Art?" Lafalnya lembut, perempuan dengan surai merah itu tersenyum tipis dan menggerakkan tubuhnya, meregangkan segala otot yang terasa tegang. Perempuan itu bangkit setengah badan, menguap lalu mengucek matanya di depan Artemis yang khawatir.
Artemis menggigit jarinya, ia benci dengan kondisinya yang selalu terdesak seperti ini dalam memberitahukan hal yang penting. "Ada apa Art?" Tanya Persefon setelah ia berhasil memecahkan ekspresi apa yang diberi Artemis untuknya. "Kau dipanah Eros!" Artemis mengusap matanya yang berair, "dan sebagai sahabatmu aku tidak tahu jenis apakah panah itu." Artemis menunduk, membiarkan rambutnya menutupi wajah. Persefon tersentak kaget.
Kejadian malam kemarin memang terlihat mengerikan, lampu jalan hanya menyoroti badan dewa tersebut yang terlihat mematikan. "Aku, aku takut." Persefon memeluk tubuh Artemis dengan erat. "Tapi, hei! Lihatlah, aku tidak apa-apa." Artemis menatap Persefon sama sedihnya. "Aku mempunyai firasat, bagaimana jika kau menginap Kore?" Tambah Artemis.
"Tidak! Tidak Artemis, aku lebih baik tinggal di sini. Lagian pula ibuku tidaklah suka aku pergi terlalu jauh, kau tahu itu bukan?" Persefon murung, ia menatap tanaman kecil yang merambat ke penyangga-penyangga kasurnya yang mewah. Artemis memutar matanya, "ayo kita temui ibumu!" Artemis menarik tangan Persephone.
Namun ketika mereka melintasi lorong, Demeter sedang tertidur di atas kasurnya dengan tenangnya. Artemis mendengus, ia menatap Persefon yang tersenyum penuh kemenangan. "Aku tidak apa-apa! Percayalah!" Artemis menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika ia menemui hilangnya nimfa-nimfa yang biasanya membersihkan rumah.
"Tak masalah, Kore! Aku akan membawamu pergi tanpa izin ibumu!" Artemis menarik Persefon menjauh, Persefon tergopoh-gopoh mengejar langkah Artemis yang lebar dan cepat. Persefon dan Artemis berhasil keluar, namun langkah Artemis kembali terhenti ketika mata ungunya menatap sebuah tubuh yang tak asing di benaknya.
Seorang pria yang telah lama tak pernah muncul ke permukaan bahkan pada sidang penting seperti pengadilan Aphrodite atas hubungan gelapnya dengan Ares. Kedua mata itu beradu, Artemis menyembunyikan Persefon di belakang tubuhnya. Walau usahanya percuma, pria di hadapannya mendekat, langkahnya tegas dan hening mendukung bunyi yang dihasilkan dari peraduan sepatu dan aspal.
"Ada keperluan apa kau kemari?!" Bentak Artemis kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, Hades
FantasyPria itu berdiri di tempat yang sama seperti terakhir kali ia melihatnya, tubuhnya yang tinggi dan setelan jas yang terlihat berbaur dengan gelapnya malam membuatnya sedikit takut. Ketika ia mencoba mendekati seseorang itu, sepasang iris biru pucat...