26. Di Antara Arga dan Andra

1.1K 145 2
                                    

Kalian seperti sepucuk surat yang dititipkan tuhan padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian seperti sepucuk surat yang dititipkan tuhan padaku.~Kinandita.

Sebelum baca follow dan vote dulu ya, terimakasih

Happy reading.

*******

Kinan tersenyum lebar ketika breaking news di televisi telah selesai. Ia sangat bahagia mendengar kabar berita tersebut. Lepas sudah satu beban di pikirannya. Arga yang setia berdiri di sampingnya juga ikut merasakan hal yang sama. Orang yang membunuhnya telah ditangkap. Tinggal beberapa hal lagi yang perlu diselesaikan Arga. Sekali lagi Arga membutuhkan Kinan.

"Mati lo mampus! Rasain lo dipenjara! Nggak jadi kan lo bunuh gue!" Andra berteriak heboh sambil menunjuk-nunjuk layar televisi yang kini telah berganti acara.

Kinan dan Arga melongo melihatnya.

"Kamu kenapa?" tanya Kinan.

Andra terdiam. Ia menghentikan gerakan menunjuk-nunjuk televisi. Kali ini ia benar-benar malu. "Bukan urusan lo Indigo!"

Rosa mendeham. "Aduh, kerongkongan Mama perih."

Andra tersadar atas bicaranya yang kurang sopan. Sekali lagi Andra merasa malu. Seandainya Rosa tahu bahwa ia dan Kinan itu tidak berteman, Andra tak perlu susah-susah menjaga image di depan Rosa. Sejak awal Rosa pun pasti tidak akan pernah memaksanya untuk menolong Kinan.

"Aduh, maaf Non, Bibi kelamaan, nih minuman yang sehat buat Non, yang banyak gula nggak baik Non, nanti diabetes." Bibi Ima tertawa kecil, ia memberikan segelas air lemon hangat pada Kinan yang dibelinya di luar rumah sakit.

Kinan menoleh dan tersenyum. "Nggak pa-pa kok, Bi. Oh iya, Bi. Kinan mau keliling-keliling rumah sakit. Kinan bosan di sini terus. Temanin Kinan ya, Bi?"

"Ayok!" Wajah Bibi Ima terlihat semangat.

Kinan dan Bibi Ima segera ke luar dari ruangan rawat Kinan setelah Kinan duduk di kursi roda yang diberikan perawat. Kinan belum terlalu kuat untuk berjalan jadi ia harus menggunakan kursi roda. Bibi Ima dengan penuh kasih sayang menjaga Kinan.

Rosa hanya menghela napas panjang, tanda ia harus merelakan. Ia yakin anaknya itu pasti suatu saat nanti akan dekat lagi dengannya.

Kinan dan Bibi Ima berhenti di depan pos satpam untuk menanyakan apa saja yang ada di area rumah sakit ini, karena Bibi Ima tidak mau tersesat nantinya di rumah sakit yang terbilang cukup luas itu. Namun, saat bertanya Bibi Ima kehilang fokus, ia tak sengaja melepaskan tangannya dari kursi roda Kinan.

Awalnya baik-baik saja, sampai seorang anak kecil berlari dari arah belakang Kinan, dan menyenggol kursi roda Kiann. Kursi roda yang didudukinya pun berjalan cepat menuruni permukaan yang menurun. Kinan memanggil-manggil Bibi Ima, tapi Bibi Ima tak mendengar suaranya.

Haunted Spirit [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang