eight

441 15 0
                                        


Bel sudah berbunyi di segala penjuru sekolah membuat para siswa-siswi beranjak keluar kelas dan pulang kerumahnya masing-masing, berbeda dengan Rissa yang kini hanya duduk manis menatap wajah lelaki yang tengah mendribble bola ke ring.

Tatapan mata Rissa seolah terkunci dari mata hitam pekat Rafa yang tidak sengaja menatapnya. Gadis itu tersenyum hangat ke arah lelaki yang menyisir rambutnya yang basah dengan jari tangannya.

Terpaan sinar matahari membuat mata coklat milik Rissa seakan menyala, senyum manis yang kini kembali membuat jantung Rafa menjadi tak karuan.

"Cantik. Batin Rafa dan kembali mendribble bola ke ring.

Rissa menatap handphonenya yang terus berdering dengan nama yang sama. Gadis itu memutar matanya, mendengus dan akhirnya mengangkat panggilan itu.

"Hallo. Ucap dari sebrang sana dengan nada tegas.

"Ada apa. Tanya Rissa to the point.

"Kamu dimana. Tanya Bisma papa dari Rissa.

"Sekolah. Jawab Rissa.

"Kamu habisin buat apa uang dari papa kemarin. Tanya Bisma dengan tegas.

"Shoping. Ucap Rissa santai.

"Kamu ini hanya shopping shopping dan shopping mulu yang ada di pikiran kamu trus kamu belajarnya kapan. Tanya Bisma dengan suara mulai meninggi.

"Kalau papa gak ikhlas buat ksih uang ke gue yah nggak usah ngirim lagi gampang kan. Ucap Rissa dengan meninggikan suaranya. Gadis itu tidak perduli dengan siapa dia bicara sekarang.

"Rissa papa ini papa kamu. Suara tegas Bisma memenuhi gendang telinga Risaa.

"Yah gue tau tapi papa macam apa yang selalu mentingin pekerjaannya, mama juga, orang tua macam apa sih kalian. Ucap Rissa dengan sendu menahan air mata yang akan tumpah.

"Rissa kita kerja juga buat kamu. Ucapan bisma melembut tapi tidak biasa membuat gadis itu berhenti menangis, dirinya sudah terlalu kecewa dengan sikap orangtuanya.

"Gue gak butuh uang kalian, gue cuma butuh waktu bersama kalian, tapi gue gak ada gunanya bicara Ama orang yang gak pernah punya kasih sayang ama anaknya sendiri. Ucap Rissa bersamaan dengan memutuskan panggilan.

Apa uang paling penting dari dirinya, ia tau orang tuanya kerja buat dia juga tapi haruskah mereka selalu meninggalkan Rissa sendiri dan hanya kembali sebulan dua atau tiga kali.

Semenjak kejadian setahun yang lalu membuat hidup Rissa seakan mati. Sosok yang menjaganya, sosok yang mengajarkannya menjadi sosok gadis yang kuat, sosok yang selalu mengisi hari-harinya, kini sudah hilang dari pandanganya.

Rissa menutup wajahnya yang kini tengah menangis, ia tidak tau kenapa dia menjadi lemah seperti ini.

Sebuah pelukan hangat memeluk tubuhnya seakan memberi kekuatan lewat ini, gadis itu membalas pelukan dari lelaki bertubuh kekar yang tengah mengenakan pakaian basketnya.

"Hei, kamu kenapa. Tanya Rafa masih tetap memeluk tubuh gadis itu.

"Nangis aja gakpapa keluarin semuanya. Ucap Rafa membuat Rissa semakin mengeratkan pelukannya.

Rafa mengelus lembut rambut Rissa entah kenapa rasanya sesak melihat sosok Rissa menangis seperti ini.

Rissa melonggarkan pelukannya dan menatap mata hitam milik Rafa yang kini mengunci tatapannya.

"Kenapa. Tanya Rafa setelah hanya hening dan mendapat gelengan dari Rissa. Dirinya mengerti bagaimana mana perasaan Rissa sekarang tapi akankah dirinya benar.

###

Rissa baru saja keluar dari kamar mandi miliknya. Setelah membersihkan dirinya gadis itu membaringkan tubuhnya di kasur empuk miliknya.

Bunyi handphone Rissa berdering di kamar yang sepi ini.

Rissa mendudukkan tubuhnya mengangkat panggilan dari temannya.

"Hallo. Suara seseorang terdengar di telinganya.

"Hmm ada apa. Tanya Rissa pada suara di seberang sana.

"Lu gak ke club malam ini. Tanya gadis yang sudah sedikit serak, mungkin gadis itu sudah minum.

"Gak ada mood. Jawab Rissa membuat gadis di sebrang sana mendengus tetapi tetap menganggukan.

"Ok night babe. Ucap gadis itu dan panggilan terputus.

Rissa membaringkan tubuhnya kembali menutup mata berusaha masuk ke dalam alam mimpinya, tapi ponselnya kembali berdering menandakan panggilan masuk.

Rissa memutar bola matanya meraih handphonenya dan mengangkatnya tanpa melihat siapa.

"Apa lagi si Nia gue kan udah bilang nggak mau pergi, gue ngantuk mau tidur dan lo gagalin usaha gue buat masuk ke alam mimpi gue. Ucap Rissa panjang lebar sambil menutup matanya tanpa tau siapa.

Kekehan kecil terdengar dari sebrang sana membuat rissa mendengus mendengarnya, tapi tunggu suara itu bukan suara Nia tapi siapa.

"Maaf yah aku ganggu tidurnya putri cantik. Ucap suara di seberang sana membuat mata Rissa kembali membulat.

"Rafa Lo--. Ucap Rissa terpotong dengan ucapan Rafa.

"Iyaa maaf yah aku cuma mau bilang aku kangen. Ucap rafa.

Jantung Rissa berdegup tidak seperti biasanya, desiran hangat mengalir ke hatinya.

"Alay Lo. Ucap Rissa pelan.

"Sama Lo doang. Ucap Rafa.

"Masa sih, sama mantan-mantan Lo gimana. Ucap Rissa membuat Rafa tertawa.

"Jadi ceritanya cemburu. Ucap Rafa sontak membuat Rissa terbelalak.

"Pede banget. Ucap Rissa.

"Iya deh yang sedang cemburu. Ucap Rafa menggoda.

"Serah. Ucap Rissa.

"I love you. Ucap Rafa pelan tapi seperti teriakan di telinga Rissa.

"Gak ada balasan nih. Tanya Rafa ketika tidak mendapat jawaban dari Rissa.

"Gak ah. Ucap Rissa pelan.

"Ihh kok gitu. Ucap Rafa membuat Rissa menahan tawanya.

"Najis. Ucap Rissa lagi.

"Sudah deh kamu tidur lagi aja good night. Ucap Rafa dengan lembut.

"Ya night to and I love you too. Ucap Rissa pelan di akhir katanya.

Rafa hanya tersenyum hangat ya meski Rissa tidak biasa melihat senyum itu. Hatinya menghangat mendengar suara itu, menatap sorot matanya entah mengapa mendatangkan desiran hangat di hatinya.

Apakah perasaan keduanya benar adanya ataukah hanya kebahagiaan yang semu dan mendatangkan luka yang cukup dalam.

------
.....Happy Reading.....
App lagi gengs, di tunggu vote dan comentnya.

Little Light By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang