-Happy Reading-
Sulit bagi rissa untuk melanjutkan langkahnya, matanya entah mengapa tiba-tiba memanas, tubuhnya mendadak kaku, pandangannya tak luput dari orang yang berada di depannya.
"Apakabar Carissa . Suara orang itu terdengar dingin membuat air mata yang sudah di tahan jatuh begitu saja.
"Dasar cengeng, aku pikir, kamu sudah bertemu dengan dia dan mungkin juga sudah ada bayangan di otak kamu apa rencana kami. Suara wanita itu yah wanita yang sangat di bencinya kembali terngiang seperti radio rusak di telinganya.
Wanita itu terkekeh melihat wajah menyedihkan Rissa, entah apa yang membuat dia kembali dan mengapa.
"Kita bersenang-senang dulu sebelum sampai pada konfiliknya gimana. Ujar wanita itu sambil melangakah pergi dengan kekehan di bibirnya.
Diam, rissa terdiam, mulutnya tertutup rapat, matanya sembab karena ulah dari air mata yang di bencinya.
Rissa terjatuh, jatuh yang kedua kalinya merasakan kehampaan dengan sesak menjalar di rongga jantungnya seakan menginginkan dirinya mati dalam keadaan.
Gadis itu menenggelamkan wajahnya di lipatan lututnya di bawah langit gelap tidak ada cahaya di atas sana sama seperti dirinya, bahkan bintang pun tidak sudi menampakan dirinya untuk dilihat oleh gadis malang ini.
Mengapa, satu kata yang ada di benak Rissa. Kesalahan apa yang sudah dia perbuat sampai takdirpun tidak mengingnkan dirinya mencapai kebahagiaan.
Rissa mendonggak menatap langit malam yang mendung sepertinya langit merasakan apa yang dia rasakan sehingga awan ingin menangisi kemalangan dirinya.
"Kenapa Tuhan
"Kenapa
" kenapa engkau membiarkan takdir mempermainkanku.
Lelah, yah rissa lelah, lelah dengan keadaan yang mengurung dirinya dalam suatu keadaan.
Rintikan hujan turun membasahi permukaan kota seakan tidak perduli dengan situasi di bawah sana.
Rissa menatap tetes demi tetes air hujan yang kini membasahi pakaiannya merasakan sensasi dingin yang di bawa hujan kepadanya.
Rissa menghapus air mata yang kesekian kalinya menetes menunjukkan luka yang menganga di rongga dadanya.
"I want to be happy but fate doesn't want me to be happy, so am I wrong to blame fate?
###
Mentari pagi menyambut rissa dari tidurnya. Matanya menjelajahi keadaan ruangan yang tak asing menurutnya, keningnya berkerut bingung, perasaan semalam dirinya berada di sebrang jalanan dekat rumahnya, menangisi takdir dan saat ingin melangkah menuju rumahnya tapi entah apa yang membuatnya jatuh di tengah jalanan basah dalam keheningan malam lalu setelah itu gelap.
Rissa menatap pintu coklat yang perlahan terbuka memperlihatkan tubuh tinggi berdiri tegap menatap kearahnya dengan tatapan datar.
"Kenapa hujan-hujanan, hm?. Ujar lelaki itu dingin dan harus mendapatkan jawaban.
Rissa membatu menatap lurus ke bola mata hitam itu, apa yang harus rissa katakan pada lelaki di depannya ini.
"A-anu, k-ke-kehujanan iya kehujanan, hehe. Ujar rissa gagak dibarengi kekehan bodohnya.
"Jangan bohong rissa. Ucapan dingin itu membuat rissa tertunduk diam, merutuki kebodohannya udah tau lelaki ini sangat susah untuk di bohongi.
"Maaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Light By You
Ficción GeneralRafael Pradipta?, anak dari perusahaan yang terkenal, kaya, playboy, bolak-balik masuk club, dan jangan lupakan sikap dingin yang ada pada dirinya. Lalu bagaimana bisa seorang gadis dingin dan jutek kepada orang lain bisa masuk ke dalam ruang es mil...