2 hari setelah Bunga sadar, ia diperbolehkan pulang oleh dokter. Arsya yang berada disampingnya sudah menunggu dengan tangan membawa tas jinjing milik Bunga.
"Udah selesai sayang?" Tanya Arsya. Bunga tersenyum manis dan mengangguk. Ia berjalan ke arah Arsya dan menarik pelan lengan Arsya.
"Ayo sayang. Aku gasabar mau ketemu orang rumah" balasnya. Arsya tersenyum senang melihat Bunga yang sudah kembali sehat. Setidaknya bibir pucat pasi itu sudah tak terlihat lagi.
Arsya dan Bunga berjalan beriringan sambil kedua tangan itu bertautan menggenggam.
Skip.
12.25
Kurang lebih 45 menit, mobil Arsya telah terparkir rapi dipekarangan rumah Bunga. Arsya dan Bunga turun dari mobil. Mereka berjalan beriringan sampai didepan pintu rumah berearna putih tulang."Assalamualaikum" ucap Arsya dan Bunga berbarengan. Mereka tersenyum bahagia sekali. Tak lama, muncul Jeny sang bunda yang menyambut kedatangan mereka dengan tersenyum.
"Wah syukurlah kalian udh sampe. Ayo masuk. Bunda buatin kue caramel kesukaan kamu loh" ucap Jeny. Ia berbalik dan berjalan masuk diikuti Bunga dan Arsya.
Diruang tamu ternyata terlihat Bramantyo yang sudah berdiri menyambut kedatangan Bunga.
"Alhamdulillah princess ayah sudah kembali kerumah" ucap Bramantyo. Ia segera menarik Bunga ke dalam pelukannya. Mencium sekilas kening anak gadisnya. Setelah itu, Arsya,Bunga, dan Bramantyo duduk diruang tamu. Menunggu Jeny yang sedang mengambil kue Caramel untuk Bunga."Gimana sayang? Kamu beneran udh sehat kan?" Tanya Bramantyo. Bunga yang tadinya sedang bersandar didada bidang Arsya,kini menoleh ke arah ayahnya.
"Iya ayah aku udh sehat. Kan ada Arsya yg selalu jaga aku" balasnya. Arsya hanya tertawa mendengar celotehan Bunga. Dia bahagia melihat Bunga bahagia.
"Assalamualaikum" terdengar suara dari arah pintu depan. Ternyata itu adalah Citra. Citra yang melihat Bunga langsung berlari dan memeluk kakak tercintanya.
"Kakakkkk Alhamdulillah kakak udh sehat" ucapnya tersenyum senang. Bunga juga senang melihat adik kesayangannya sudah kembali kerumah. Karena kata sang ayah, Citra selama 2 hari dari kemaren ia ada tugas sekolah keluar kota.
"Iya kaka udh sehat. Kamu dari mana aja sih. Kakak kan kangen sama kamu" ucap Bunga setelah mereka berdua duduk diantara Arsya dan Bramantyo.
"Ekhmmm yah kayaknya kalo mereka udh berdua, kita jadi kacang nih." Ucap Arsya. Bramantyo yang mengerti pun tertawa mendengarnya.
"Iya nih yuk kamu temenin ayah aja ditaman belakang kita main catur" balas Bramantyo. Mereka berdua pergi ketaman belakang untuk bermain catur.
Setelah mereka berdua pergi, Jeny datang membawa kue Caramel kesukaan Bunga. Ia terkaget melihat Citra sudah pulang.
"Sayang ini kuenya..loh kamu udh pulang ?" Ucapnya dan terkejut melihat Citra disamping Bunga. Citra pun menyalami tangan Jeny setelah Jeny memberikan Kue Caramelnya ke Bunga.
"Iya bunn baru aja aku sampe" balasnya. Citra melirik kearah Bunga yang asyik memakan kue Caramel buatan Bundanya. Dengan jailnya ia mengambil paksa kue Caramel ditangan Bunga.
"Ihhh adek aku lg asyik makan kue buatan Bunda" dumel Bunga. Citra hanya terkekeh melihat kakaknya cemberut. Jeny yang berada disamping Bunga hanya tersenyum melihat kelakuan 2 anak gadisnya bila sudah bertemu.
"Awhhh" rintih Bunga memegangi dadanya. Jeny dan Citra langsung khawatir melihatnya.
"Kamu gapapa sayang?" Tanya Jeny. Bunga terlihat menggeleng."Gapapa Bun agak sedikit nyeri aja" balasnya. Jeny terlihat menghela nafas panjang.
"Kalau kamu kesakitan atau apapun itu langsung kasih tau Bunda ya sayang. Bunda gamau kamu kenapa napa apalagi sampe dirawat" ucap Jeny sendu. Ia sangat takut kehilangan Bunga. Citra beralih duduk disamping Jeny dan memeluknya dari samping. Menenangkan sang Bunda. Bunga pun ikut memeluk Bundanya dari samping. Hingga kini Jeny berada ditengah tengah mereka berdua.14.00
Tak terasa 1 jam lebih Arsya berada dirumah Bunga. Ia melirik jam yang bertengger ditangan kanannya. Pukul 2 siang. Ia berniat berpamitan pada Bramantyo dan Jeny. Kini, Arsya sedang menunggu Bunga tertidur dikamarnya setelah meminum obat. Dirasa Bunga sudah menjemput alam mimpinya, Arsya mencium sekilas kening Bunga dan berlalu keluar kamar. Menutup pintu kamar perlahan lahan agar Bunga tak bangun.Saat menuruni tangga, terlihat Bramantyo dan Jeny yg sedang mengobrol ditemani setoples kacang kulit buatan Jeny. Arsya yg melihatnya hanya tersenyum kecil. Entah mengapa tiba tiba ia mengingat mamanya. Andai saja pertengkaran dan perpisahan itu tak terjadi. Mungkin saja Dewo bisa berbahagia sampai sekarang bersama mamanya.
"Ayah Bunda Arsya pamit pulang ya" ucap Arsya setelah menghampiri Bramantyo dan Jeny. Bramantyo menoleh pada Arsya. Ia tersenyum dan mengangguk.
"Iya nak makasih ya sudah merawat dan menjaga Bunga dengan baik." Balas Bramantyo. Ia menepukpelan pundak Arsya. Arsya pun mencium tangan Bramantyo dan Jeny kemudian hilang diambang pintu depan rumah.
14.45
Begitu memasuki pekarang rumah Arsya, Arsya memberhentikan mobilnya. Ia mengangkat satu alisnya bingung. Menerka nerka mobil siapa yang terparkir disamping mobilnya. Arsya pun turun dari mobil dan masuk kedalam rumah."Assalamualaikum" Arsya masuk kedalam rumah dan betapa terkejutnya ia melihat sang Papah sedang asyik mengobrol bersama seorang perempuan yang tak ia kenal sama sekali. Ternyata, Dewo sadar bahwa putranya telah pulang. Dewo tersenyum sinis dan berkata pada Arsya.
"Sudah pulang rupanya kau" ucap Dewo.
Arsya menatap tajam sang papah. Ia bertanya tanya siapa perempuan yang ada disamping papahnya."Dia siapa pah?" Tanya Arsya menunjuk perempuan paruh baya yang duduk disamping Dewo.
Dewo terlihat berdiri dan menarik pelan tangan Arsya agar berada tepat disampingnya."Kenalin ini namanya tante Farah. Dia yang akan menjadi mama barumu" Dewo dengan lantangnya mengucapkan itu didepan Arsya yang kini terdiam mematung. Mencerna apa yang barusan dikatakan oleh Papahnya.
"Mamah baru?" Batin Arsya.
Arsya menatap tajam Dewo dan juga perempuan yang disebut Farah itu."Sampai kapanpun mamah Arsya cuma 1. Gak ada yang bisa gantiin. Arsya gasetuju kalo papah menikah lagi." Ucapnya dengan nada memekik dan berlalu memasuki kamarnya dilantai 2.
Dewo yang melihat sikap anaknya seperti itu merasa tak enak dengan Farah. Ia menoleh pada Farah yang hanya menundukkan kepalanya. Sepertinya Farah merasa anak dari laki laki yang dicintainya tak bisa menerimanya. Dewo mengelus pelan pergelangan tangan Farah yang terlihat begitu dingin.
"Jangan diambil hati omongan anakku. Bagaimanapun keputusan dia, aku akan tetap menikahimu. Ingat itu." Ucap Dewo.
Farah hanya menatap Dewo sendu. Farah melepaskan genggaman tangan Dewo."Tapi,aku takut mas. Aku takut anakmu juga gabisa menerima Rizka." Lirih Farah.
"Kamu tenang saja. Biarkan aku yang menjelaskan semua padanya. Lambat laun Arsya memang harus tau bahwa dia sebenarnya punya adik. Ucap Dewo.*********************************************************
Hai dilanjut lg ceritanya.
Seperti biasa. Jangan lupa vote and coment Ya❤️❤️