20.00 WIB.
Disisi lain, terlihat seorang laki laki tampan sedang menatap kosong kearah kolam renang rumahnya. Pikirannya hanya tertuju pada sang Ibu yang sedang terbaring lemah karena kanker hati yang dideritanya. Sampai sampai seorang gadis cantik berjalan kearahnya dan kini sudah duduk disampingnya pun ia tak menyadarinya.Gadis itu menatap sendu Faris. Dia menepuk pelan pundak gagah milik Faris. Faris pun kaget dan menoleh mendapati gadis cantik itu tersenyum tipis kearahnya.
"Abang kenapa?" Tanya gadis itu yang ternyata adalah adik kandung Faris. Namanya Fira.
"Abang mikirin ibu? Abang kenapa melamun?" Tanya Fira lagi. Faris hanya menampilkan senyum terbaiknya dan mengelus pelan pucuk kepala Fira."Abang gapapa. Kamu kenapa keluar? Disini dingin ra" balasnya lembut.
"Abang jangan khawatirin Fira. Fira udh gede bang"
"Malah sekarang Fira yang harus hibur abang. Fira tau bang Kalo abang lagi mikirin ibu""Apasih kamu sok tau" elak Faris.
"Abang gausah nutupin semua dari Fira bang. Abang kalo sedih dan butuh sandaran abang bisa cerita sama Fira. Kita ini kan saudara bang. Sekarang cuma Abang dan Ibu yang Fira punya semenjak ay.." tak kuat melanjutkan ucapannya, Fira menangis. Bila mengingat memori itu, memori dimana laki laki yang disayangnya dengan tega meninggalkan mereka hanya karena perempuan jalang diluar sana.
Faris langsung memeluk erat adik kesayangannya. Memang benar. Setelah kejadian itu, ibunya divonis terkena kanker hati dan sampai saat ini stadiumnya semakin bertambah. Sang ibu sulit sekali bila disuruh meminum obat. Baginya hidupnya hanya menunggu tinggal mati saja. Baginya hidupnya tak akan lama.
Flashback.
Terlihat seorang pria paruh baya yang berjalan masuk kedalam rumah terbilang mewah sambil menggandeng perempuan muda yang terlihat sedang mengandung.
Pria tersebut berjalan kearah meja makan. Ia duduk dengan angkuhnya diikuti perempuan itu. Seketika Mereka yang duduk dimeja makan memandang kaget siapa perempuan yang dibawa pria itu."Ayah siapa dia?" Tanya Faris yang dulu berumur 17 tahun. Faris melirik sinis dan menatap tajam pada perempuan itu. Tapi, perempuan itu malah acuh dan kembali menatap Faris sebaliknya.
"Dia adalah Sarah. Mama keduamu. Dan kalian berdua akan mempunyai adik baru" ucap Pria yang bernama Baron dengan angkuhnya sambil menoleh tersenyum kearah perempuan itu.
Tranggg....
Faris membanting sendok makan hingga menimbulkan suara yang nyaring."Maksud ayah apa? Tanyanya dengan suara lantang. Ia menatap tajam sang ayah.
"Ya benar dia akan menjadi istriku. Dia sedang mengandung anakku. Dan dia akan tinggal disini bersama kita" Risa ibunya Faris hanya memandang lirih sang suami. Tak menyangka bahwa suaminya tega mengkhianati dia.
"Aku gak sudi yah. Dasar perempuan jalang. Kau tega merusak keluargaku. Perempuan murahan!!! Kau melukai hati ibuku" teriak Faris.
Sarah hanya melirik sinis dan berdiri dengan menghentakka kakinya."Mas aku gasuka disini. Mereka semua jahat. Aku gamau tinggal disini. Sekarang kamu tentukan pilih aku atau istri tuamu itu" tunjuknya pada Risa yang hanya terdiam sendu. Hatinya sakit sekali. Melihat pria yang dicintainya berkhianat secara terang terangan dan mengungkapkan nya tanpa rasa malu.
"Jangan tunjuk ibuku seperti itu. Setidaknya dia perempuan baik tidak sepertimu jalang" kini, giliran Fira yang berbicara. Walau umurnya masih 15 tahun, ia secara terang terangan semakin tak suka terhadap Sarah. Dengan beraninya menunjuk ibu kandungnya seperti itu.
"Sudah sudah. Ayo sayang kita pergi dari sini. Sepertinya, kehadiranku pun tak dihargai dan diharapkan disini" ucap Baron. Ia menarik pelan tangan Sarah.
Baru beberapa langkah, Risa menahannya."Masss" panggil Risa pada Baron. Baron menoleh dan menatap datar perempuan yang selama ini ada disisinya. Hatinya mungkin telah mati dan cintanya tergantikan oleh rasa sukanya yang berlebihan terhadap Sarah.
"Jangan pergi mas. Apa selama ini aku kurang dimatamu? Apa selama ini aku ada salah terhadapmu? Tolong masss jangan seperti ini. Hampir 20 tahun kita bersama, kamu lebih memilih perempuan itu? Kamu tidak ingat. Siapa yang mendukungmu saat kamu terpuruk?" Ucap Risa lirih. Baron diam tak bergeming.
"Udah deh gausah drama!"
"Diam kamu! Ibuku sedang berbicara"
"Ayo masss" ajak Sarah. Baron hanya mengangguk sebelum pergi, ia berucap menyakitkan terhadap Risa."Maaf Risa. Cintaku padamu telah mati. Aku sudah tidak mencintaimu. Aku sudah tidak menginginkanmu. Aku mencintai Sarah yang sedang mengandung anakku. Sebelumnya terimakasih telah menamaniku selama 20 tahun ini. Tapi, untuk melanjutkan lagi aku takbisa. Maaf Risa aku harus pergi. Jaga Faris dan Fira. Kamu tak perlu khawatir. Aku tak akan lepas tanggung jawab pada anakku. Dan tolong jangan ganggu hidupku lagi" ucapan terakhir dari Baron sangat menghancurkan hati Risa. Ia terduduk kembali dengan air mata yang berderai. Fira menghampirinya dan memeluk ibu tercintanya. Berbeda dengan Faris. Ia mengepalkan tangannya kuat. Rahangnya mengeras dan mukanya merah menahan amarah.
"Saya tidak butuh anda tuan. Sebaiknya anda pergi sekarang. Dan satu lagi. Mulai detik ini anda bukanlah ayah saya. Anda bukanlah superhero saya" ucap Faris.
Baron tak menggubris ucapan Faris dan tetap pergi bersama Sarah.
Flashback off
"Udah kamu jangan ingat lagi pria tua itu" ucap Faris pada Fira yang berada dipelukannya. Ia mengelus punggung Fira. Ia sangat menyayangi Fira.
Fira pun melepaskan pelukannya pada Faris. Menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia menggenggam tangan abangnya itu.
"Abang harus janji sama aku ya"
"Janji apa?" Tanya Faris.
" abang harus janji kalo abang ga akan tinggalin aku dan ibu. Sekarang cuma abang satu satunya laki laki yang Fira punya. Abang itu pahlawan Fira bang. Abang itu superhero Fira. Fira gamau kehilangan abang." Ucap Fira lembut. Faris tersenyum mendengar penuturan adiknya. Ia mencium kening Fira tanda sayang."Abang janji abang ga akan pernah tinggalin dua bidadari yang abang sayangin"
"Janji?" Tanya Fira memastikan.
"Abang janji sayang" Fira tersenyum dan memeluk kembali Faris dengan erat.
Tiba tiba, dering telepon Arsya berbunyi."Hallo"
"Oh iya dok ada apa?" Tanya Faris
".........."
"Apa? Iya dok saya segera kesana" Faris terlihat panik setelah menutup telepon yang ternyata dari dokter pribadi yang menangani ibunya. Faris menoleh kearah Fira."Fira.. ibu ibu kejang kejang"
"Apa? Ayo kak kita kerumah sakit. Aku takut ibu kenapa napa" ajak Fira. Faris dan Fira langsung berdiri dan pergi menuju rumah sakit tempat sang ibu dirawat.———
Setelah menempuh kurang lebih 1 setengah jam perjalanan, mobil Fortuner putih milik Faris sudah sampai dirumah sakit. Faris dan Fira langsung berlari kearah ruang Melati no 206.
Sesampainya disana, Faris dan Fira terlihat mondar mandir menunggu sang dokter keluar.
Tak lama dokter yang ditunggupun keluar dari ruang rawat Ibunya."Dokter bagaimana keadaan ibu saya? Tanya Faris pada dokter Harun. Dokter itu menghela nafas panjang.
"Tadi sempat kejang kejang. Tapi alhamdulillahnya sekarang terkendali dan kembali stabil. Doakan saja agar ibu kalian secepatnya bisa kembali sadar" jelas Dokter Harun.Faris dan Fira terlihat lega mendengarnya.
"Terimakasih dokter" ucap Fira ia tersenyum tipis pada dokter Harun."Sama sama. Kalau begitu saya permisi dulu" pamit dokter Harun meninggalkan Faris dan Fira.
—————
Jangan lupa seperti biasa vote and comment❤️❤️❤️