Chapter 16 (Arsya tau)

713 16 0
                                    

Sudah 3 hari Bunga dirawat dirumah sakit. Tak ada tanda tanda bahwa Bunga telah bangun dari tidurnya. Semakin hari Arsya semakin curiga bila ada yang ditutupi darinya. Tak mungkin bila Bunga hanya pingsan biasa kenapa sampai berhari hari tak bangun juga. Arsya pun berusaha menepiskan fikiran negatif yang terjadi pada Bunga.

10.00
"Pagi sayang" sapa Arsya pada Bunga. Yang disapa masih saja tertidur nyenyak tanpa mau menjawab sapaan Arsya. Arsya menarik kursi disamping brankar dan ia duduk tepat disamping kiri Bunga. Tangan kekarnya mengambil telapak tangan Bunga yang dingin dan menggenggamnya.

"Sayang kamu bangun dong. Kamu ga kangen sama aku? Setiap hari aku nunggu kamu bangun. Aku janji setelah kamu bangun aku akan jelasin semua yang terjadi kemaren" ucapnya parau. Air mata Arsya jatuh membasahi punggung tangan Bunga. Arsya tak kuat melihat orang yang berarti dihidupnya terbaring lemah. Apalagi tanpa ia tahu penyebabnya.

Cklekkk(Bunyi Pintu Terbuka)

"Assalamualaikum" ucap seseorang yang ternyata adalah Jeny bundanya Bunga. Arsya menoleh dan tersenyum. Ia menghampiri Jeny dan mencium tangannya.

"Bunda kok gabilang kesini?" Tanya Arsya setelah Jeny duduk disofa yang tak jauh dari brankar Bunga.
"Iya Bunda memang sengaja. Bunda tau pasti kamu semalaman nginap disini kan?" Bunda balik bertanya. Arsya tersenyum kecil dan mengangguk.

"Sebaiknya kamu pulang dulu. Bersih bersih badan kamu. Kasian pasti kamu belum tidur" Titah Jeny. Arsya menggeleng.

"Aku gamau Bunda. Aku mau aku jd orang pertama yang Bunga liat saat dia sadar. Lagi pula td aku abis solat duha aku bersih bersih dulu dikamar mandi Bunda" ucap Arsya. Jeny hanya bisa menghela nafas dan tersenyum. Jeny menarik Arsya kedalam pelukannya. Ia sangat beruntung Tuhan telah memberikannya sosok laki laki yang sangat mencintai anak perempuannya dengan tulus. Ia jadi berfikir bagaimana nanti bila Arsya tau kalo sebenarnya Bunga bukan pingsan biasa. Bahwa Bunga bukan sekedar kecapean atau sakit biasa. Ia takut Arsya sulit menerima dan membuatnya menjadi beban.

"Makasih ya Arsya. Kamu sangat mencintai anak Bunda. Kamu tulus sayang sama anak Bunda" ucap Jeny. Ia menghapus sedikit air matanya yang jatuh.
"Iya bunda sama sama. Udh bunda jangan nangis nanti cantiknya bunda ilang lagi" ucap Arsya disertai gombalan. Guna mencairkan suasana. Bagaimana pun ia sudah sangat menyayangi Jeny. Semenjak sang mama pergi meninggalkannya. Ia beruntung dipertemukan dan disayangi oleh Jeny.

Jeny mendengarnya hanya terkekeh dan mencubit pelan pipi Arsya. Saat sedang asyik berbincang dengan Arsya, suara lenguhan terdengar.

Eughhh...
Arsya dan Jeny menoleh kearah brankar Bunga. Terlihat Bunga yang kini sedang mengerjapkan kedua bola matanya agar terbuka sempurna. Arsya langsung berlari dan duduk dikursi samping brankar dan menggenggam lg tangan Bunga. Disusul Jeny yg berdiri disamping Arsya.

"Sayang kamu udh sadar?" Tanya Arsya. Ada secercah kebahagiaan terpancar dari wajah Arsya. Melihat Bunga membuka sempurna kedua bola matanya. Bunga menetralkan cahaya lampu yg masuk ke retinanya. Setelah itu, ia menoleh kearah Arsya dan Jeny. Ia tersenyum ke arah 2 orang yang berarti dihidupnya.

"A.rsya.." ucapnya parau dan agak terbata. Arsya mengangguk dan tersenyum. Sangat manis.
"Iya sayang aku disini. Aku nunggu kamu bangun" ucap Arsya. Ia mencium telapak tangan Bunga secara bertubi tubi.

"Syukurlah kalo kamu sudah sadar sayang" ucap Jeny. Ia bersyukur putrinya kembali membuka mata setelah berhari hari.

"Arsya boleh tinggalin aku dulu sama Bunda? Aku mau ngomong sama Bunda" pintanya pada Arsya. Arsya mengangguk menyetujui pinta Bunga.

"Yaudah aku kekantin dulu ya beli minum" pamitnya. Dan berlalu keluar kamar rawat Bunga.
Setelah Arsya keluar, Jeny langsung memeluk putri pertamanya.
"Sayang kamu jangan bikin bunda khawatir lagi ya. Bunda takut sekali kehilangan kamu" ucap Jeny. Ada raut kesedihan dan kekhawatiran diwajah putihnya yg mulai menua. Bunga tersenyum tipis. Airmatanya jatuh mendengar apa yang bundanya katakan.

"Iya bunda maafin Bunga kalau udh bikin semua khawatir. Ini kecerobohan Bunga yang lupa minum obat." Sesalnya sambil menggenggam tangan Jeny.

"Lain kali kamu jangan sampai lupa. Ayah,Bunda dan seluruh keluarga selalu berusaha mencarikanmu donor jantunh syg. Agar kamu bisa hidup normal kembali tanpa obat obatan itu. Ucap Jeny.

Tanpa mereka ketahui, ada Arsya yang memandang mereka lirih. Arsya mendengar percakapan mereka. Arsya mengetahui semuanya. Arsya kini mengerti apa yang terjadi pada Bunga. Air matanya jatuh mendengar kenyataan pahit ini. Jadi selama ini Bunga dan semuanya menyembunyikan ini dari Arsya. Yang Arsya tau Bunga baik baik saja. Ia tetap terdiam diluar ruangan.

"Bunda tapi bunda gabilang apa apa kan ke Arsya? Aku gamau Arsya sampai tau. Aku gamau buat dia sedih. Aku gamau jadi beban dihidupnya. Aku mau Arsya selalu bahagia Bunda" ucap Bunga. Arsya yg mendengarnya dari luar hanya bisa tersenyum lirih. Arsya tak terima bila Bunga merasa dia akan menjadi beban dihidupnya. Justru yang harus Bunga tau adalah karena dirinyalah Arsya bisa hidup bahagia. Karena dirinyalah Arsya bisa sedikit melupakan tentang mamanya.

"Iya sayang Arsya gabakalan ta.."
(Cklekk pintu terbuka)
"Aku udh tau semuanya" ucap Arsya. Jeny dan Bunga menoleh ke arah Arsya. Arsya berjalan menuju brankar Bunga sambil tersenyum lirih. Ia menatap dalam manik mata Bunga. Bunga yang melihatnya hanya menangis. Jeny yang mengerti pun membiar kan Arsya dengan Bunga. Ia sedikit menepuk pelan pundak Arsya seolah berkata "semua akan baik baik saja" dan berlalu keluar dari kamar rawat Bunga.

Arsya terduduk dikursi dan menggenggam lagi tangan Bunga. Bunga hanya memalingkan pandangannya kekanan. Ia tak sanggup liat Arsya.

"Hei sayang liat aku." Ucap Arsya. Ia menarik pelan kepala Bunga untuk menoleh kearahnya. Bunga dan Arsya saling bertatap sendu.

"Kenapa kamu harus tutupin ini dari aku sayang? Ini menyangkut kesehatan kamu loh. Apa aku gaberarti ya buat kamu. Makanya kamu gamau kasih tau aku" ucap Arsya. Bunga yang mendengarnya menggeleng. Seolah tak setuju apa yang Arsya katakan.

"A..kuuu... ga..mau kamu tau karena aku takut jadi beban kamu. Aku takut kamu jadi gamau nerima aku dan ninggalin aku" ucap Bunga. Setelah mengatakan itu, ia menangis. Arsya pun berdiri dan memeluk Bunga. Hingga kepala Bunga tenggelam dalam dada bidang Arsya. 1menit Bunga menangis, setelah di rasa tenang Arsya melepas pelukannya.

"Kata siapa kamu jadi beban aku? Aku gapernah merasa kamu jd beban aku. Kamu itu penyemangat aku. Kamu itu berarti buat aku Bunga" ucap Arsya.

"Sekarang kita hadapi sama sama. Aku yakin kamu pasti sembuh sayang. Aku juga akan bantu cari pendonor jantung buat kamu. Ucap Arsya. Bunga mengangguk. Arsya tersenyum dan mencium dalam dalam kening Bunga.

 Arsya tersenyum dan mencium dalam dalam kening Bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———————————————————————

Alhamdulillah bisa lanjut ceritanya.
Jangan lupa ya vote dan comennya.
Insyaallah bakal dilanjut terus.
Tapi sekarang lg ulangan❤️❤️❤️❤️

Aku Kamu dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang