Chapter 20 (Drop)

606 14 0
                                    

Setelah bersenang senang menikmati indahnya angin sore bersama Bunga, Arsya pun kini sudah sampai kembali dirumahnya. Sehabis mengantarkan Bunga, Arsya berniat langsung pamit pulang.

"Assalamualaikum." Ucap Arsya. Ia membuka pintu rumahnya. Sepi seperti tak ada orang. Arsya masuk kedalam dan saat ia ingin mengambil air didapur. Ia melihat Rizka yang kini sedang mencuci piring. Arsya pun hanya acuh dan mengambil air didalam kulkas. Suara bunyi kulkas terbuka membuat Rizka menoleh kaget kearahnya. Ia langsung memberhentikan aktivitasnya dan berdiri mematung di tempat.

Setelah meminum segelas air dingin, Arsya sekilas menoleh kearah Rizka.Ia pun berdehem, gadis itu terlihat semakin takut padanya.

"Kenapa diem?" Tanya Arsya. Rizka malah semakin gugup. Peluh membasahi wajahnya.
"Ditanya malah diem" ucap Arsya lagi.
"Ng..nggak kak gapapa" balas Rizka gugup. Tak berani menatap Arsya yang kini tepat berada disampingnya.
"Oh yaudah" ucap Arsya acuh dan berlalu begitu saja.
"Yaampun sekalinya punya kakak jutek banget" batin Rizka. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya yg sempat tertunda.

20.00
Ditaman belakang, terlihat Dewo yang sedang membaca koran ditemani secangkir kopi hitam. Kaca mata minus bertengger dihidung mancungnya. Tanpa disadari, ada Arsya yang sedang berjalan kearahnya.

"Pahh" panggil Arsya. Dewo menoleh pada Arsya.
"Kenapa?" Jawabnya. Tak ada nada kemarahan, hanya saja Dewo terlihat acuh dan masih berlanjut membaca korannya.

"Pah Arsya mau bicara sama papah" ucap Arsya. Ia kini duduk berhadapan dengan Dewo.
Dewo pun melipat korannya dan sedikit menyeruput kopi hitamnya. Kemudian menatap dalam mata hitam legam milik Arsya.

"Mau bicara apa?" Tanya Dewo.
"Arsya mau bicarain soal tadi pagi" balasnya.
"Apa yang mau dibicarakan lagi? Bukankah kamu tidak setuju kalau papah menikah dengan tante Farah" ucap Dewo to the point. Ia ingin menghindari pertengkaran lagi dengan putra sulungnya. Baginya sudah cukup istri pertamanya (mama Arsya) pergi meninggalkannya dan membuat Arsya bersedih.

"Arsya mau minta maaf sama papah. Mungkin Arsya sedikit kasar sama papah tadi pagi. Dan juga ucapan Arsya tentang tan..tante...Fa..Farah buat papah marah" ucap Arsya. Ia terlihat menunduk tak berani menatap Dewo. Dewo hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Arsya.

"Pah... kalau ini buat papah bahagia, Arsya setuju papah nikah sama tante Farah" Lanjutnya. Dewo terkejut mendengar penuturan Arsya. Secepat inikah hati anaknya mencair? Setelah tadi pagi menolak mentah mentah ucapannya yang ingin menikahi Farah?

"Apa benar kamu setuju? Tidak ada unsur keterpaksaan?" Tanya Dewo meyakinkan ucapan Arsya.
Arsya terlihat mengangguk.

"Iya pahh. Arsya rasa papah juga butuh teman yang bisa mengurusi papah juga. Arsya juga tau diam diam papah kesepian semenjak mamah pergi ninggalin kita. Maafin Arsya kalau selalu nyalahin papah tentang kepergian mamah. Mungkin sebenarnya ini yang terbaik untuk kita" ucap Arsya. Dewo tersenyum manis. Tak menyangka jagoannya ini berkata seperti itu. Dewo menatap haru Arsya dan berlalu memeluk jagoan tersayangnya itu.

"Kalau kamu setuju, papah akan menikah dengan tante Farah." Balas Dewo.
"Satu lagi, sebenarnya dulu papah telah menikah siri dengan Farah. Saat kejadian dimana mamamu mengkhianati papah dengan laki laki lain. Papah gelap mata, dan pada akhirnya papah jatuh hati dengan Farah yang dulunya adalah sekertaris dikantor. Tapi jujur nak, papah sampai detik ini masih sangat mencintai mama mu. Papa harap kamu mengerti kenapa papa ingin menikahi Tante Farah. Papah hanya ingin buat Rizka bahagia. Bagaimanapun dia adalah anak kandung papah juga." Dewo meneteskan air mata setelah mengucapkan itu. Setidaknya, hatinya sudah lega mengungkapkan semua didepan Arsya. Arsya yg melihatnya langsung memeluk kembali laki laki yang disayanginya ini.

"Iya pah sekarang Arsya ngerti. Arsya juga akan berusaha menghormati tante Farah juga. Dan Arsya juga akan menyayangi Rizka pah" ucap Arsya.
Kini, Arsya dan Dewo saling bercerita tentang apa saja yang dialami mereka berdua, terkadang keduanya terkekeh bersama. Setidaknya momen kebersamaan yang dirindukan Arsya semakin hari semakin terjadi dan terkabulkan.

22.00
Setelah melaksanakan solat isya, kini Bunga sedang duduk didepan ruang Tv ditemani setoples kue kacang kesukaannya. Saat asyik memakan kue kacangnya itu, tak sadar disampingnya sudah ada Citra yang tersenyum jail kearahnya.

"Kakak" panggilnya sedikit berteriak. Bunga hanya mendengus kesal melihat kelakuan adiknya yang super jail ini.
"Kenapa si? Kamu ganggu aja deh. Bukannya tidur. Besokkan masih sekolah." Bunga mendengus sambil mulutnya tetap mengunyah kue kacang itu.
Citra malah cemberut dan melipat tangannya didepan dada.

"Ih aku kan gabisa tidur ka." Balas Citra. Ia kini menyender dibahu Bunga.
"Citra aku lg makan ini. Kamu malah nyender si" dengus Bunga. Citra hanya terkekeh dan kembali menegakkan kepalanya.
"Ih kakak mah galak banget kessel aku" omelnya sambil berdiri dan berkacak pinggang untuk meninggalkan Bunga sendiri. Tapi, baru beberapa langkah, suara erangan kesakitan terdengar.

"Arghhawhh" rintih Bunga. Citra pun langsung menoleh dan menghampiri Bunga. Ia pun terlihat panik melihat seketika wajah kakaknya pucat pasi.

"Kakak kenapa?" Tanya Bunga khawatir. Ia memegang kedua pundak Bunga agar menghadap kearahnya.
Bunga masih tetap mengerang kesakitan sambil menekan dadanya.

"YaAllah sakit sekali dadaku" batinnya
"Tapi aku gamau buat Semua orang khawatir" batinnya lagi.

"Ka..kak..ga.. pa. Pa" jawabnya tersendat. Citra pun tak tinggal diam. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam, Citra berteriak memanggil Bramantyo dan juga Jeny.

"Ayahhhhh Bundaaaa" teriaknya. Tak lama muncul Bramantyo dan Jeny yang lari tergopoh gopoh kearah Bunga dan juga Citra. Terlihat wajah keriput keduanya nampak khawatir.

"Ya Allah sayang kamu kenapa?" Tanya Jeny.
"Ya Allah Bunga kamu gapapa kan sayang?" Tanya Bramantyo.
"Ini kenapa kakak kamu Citra?" Tanyanya lagi. Citra hanya menggeleng.
"Aku gatau pah tadi kaka lg asyik makan kue kacangnya itu tiba tiba langsung kesakitan kayak gini" jelasnya.

"Arghhh sakit ayah Bunda" teriak Bunga. Air matanya pun kini menetes.
" Jangan bilang kamu lupa minum obat ya" Jeny bertanya dan menatap dalam Bunga yang masih mengerang kesakitan. Bunga yang tak kuat menjawab hanya mengangguk. Ia baru ingat. Betapa bodohnya ia lupa meminum obat setelah pulang dari taman.

"Yaudah cepat Citra ambilkan obat kakakmu" Suruh Bramantyo. Citra langsung berlari kekamar untuk mengambil obat Bunga.
" Bertahan sayang. Adek kamu lg ambil obat" pinta Bramantyo. Ia sangat sedih melihat anak sulungnya kesakitan seperti ini. Terkadang, ia berfikir kenapa bukan ia saja yang menderita penyakit mematikan ini. Lagi pula, dia kan sudah tua. Umurnya tak lama lagi. Itulah pikir Bramantyo.

"Ayahh a..aku gakuat... sa .. sakit banget" setelah mengucapkan kalimat itu dengan tersendat, Bunga pun tak sadarkan diri.

"Ayah Ya Allah ayo yah kita bawa kerumah sakit" teriak Jeny panik melihat Bunga tak sadarkan diriii.
"Ayo kita bawa kerumah sakit." Balasnya. Bramantyo pun menggendong Bunga kearah mobil untuk dibawa kerumah sakit.

*********************************************************

Yeayyy Alhamdulillah bisa lanjutin cerita ini lagi hehehehe. Jangan lupa ya gaess selalu vote dan coment.
Oh iya SELAMAT BERBUKA PUASA bagi yang menjalankan❤️❤️❤️

Aku Kamu dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang