Chapter 19 (Makasih Sayang)

750 18 0
                                    

Seperti janjinya tadi, kini Bunga sudah sampai di taman. Ia sudah duduk dibangku taman disamping danau. Spot favorit nya bersama Arsya. Ia melirik handphone ditasnya. Dan mengirimkan sebuah pesan untuk Arsya.

To : Arsyaku❤️
Sayang, aku udh ditaman. Kamu langsung aja ke taman ya.

Tak lama balasan dari Arsya membuatnya tersenyum manis.

Iya bidadariku. 5 menit lg aku sampe❤️😘

***
Setelah menerima balasan dari Arsya, Bunga kembali memasukkan Handphonenya ke tas.
Tak lama, dari arah belakang ada seseorang yang menutup kedua matanya.

"Hei siapa kamu jangan macem macem ya sama aku" ucap Bunga panik. Ia berusaha melepaskan tangan seseorang itu dari matanya.
"Ini aku sayang. Gausah takut dong" jawab suara laki laki yang ternyata adalah Arsya. Ia beralih duduk disamping Bunga.

"Ih aku kira siapa. Kamu mah ngagetin aku" ucap Bunga. Ia mengerucutkan bibirnya dan memukul pelan dada bidang Arsya. Arsya hanya terkekeh melihat ekspresi Bunga.

"Hmmm kamu kenapa ngajak aku ketemuan disini?" Tanya Arsya pada Bunga yang asyik bersandar di bahunya.

"Gapapa si aku mau ketemu kamu aja. Siapa tau besok atau nanti aku udh gabisa ketemu lagi." Ucapnya sendu. Arsya pun menoleh tak suka pada Bunga. Ucapan Bunga itu membuat Arsya menatapnya tajam.

"Aku gasuka ya kamu ngomong kayak gitu. Maksud kamu apa?" Tanya Arsya selembut mungkin. Ia tak mau Bunga mengira bahwa ia marah padanya.
Bunga pun menegakkan kepalanya hingga ia bersandar pada bangku dan matanya menatap lurus kedepan.

"Aku takut sya. Aku takut karena penyakit ini,hidup aku gabakalan lama lagi. Apalagi pendonor jantungnya pun belum ada. Aku takut ninggalin dunia ini. Aku takut buat semua oranh sedih. Aku takut malah kepergianku nanti jd kesedihan untuk semua orang yang aku sayang" Lirih Bunga. Setelah mengucapkan itu, ia menangis.
Arsyapun langsung menarik Bunga kedalam pelukannya. Arsya tak tega pada Bunga. Gadisnya ini begitu lemah. Kenapa Tuhan memberikannya penyakit separah ini. Kenapa Tuhan?

"Kamu harus percaya sama aku sayang. Kamu akan sehat. Secepatnya pendonor itu akan datang. Aku percaya sama takdir Tuhan." Ucap Arsya menenangkan. Sesekali ia mengusap bahu Bunga yg tertutup kaos oblong berwarna pink.
"Yang harus kamu tau,kalo kamu pergi ninggalin aku, pergi selama lamanya, aku juga akan pergi. Aku akan susul kamu juga. Karena kamu berarti banget buat aku. Tanpa kamu, aku gatau bisa hidup atau enggak" lanjutnya.

Bunga pun menatap Arsya dan sedikit menyunggingkan senyuman manisnya.
"Makasih ya sayang. Kamu selalu ada untuk aku" ucap Bunga. Arsya mengangguk dan menghapus sisa sisa air mata Bunga.

"Sya aku mau itu" ucap Bunga sambil menunjuk kearah tukang es doger yang tak jauh dari tempat  mereka duduk.
"Oh kamu mau itu. Yaudah aku beliin dulu kamu tunggu sini" balas Arsya. Ia bangun dari duduknya dan berjalan ke arah tukang es doger itu.
Tak lama, Arsya kembali dan membawakan 1gelas es doger.

"Loh kok kamu cuma beli satu?" Tanya Bunga.
"Yaudah buat kamu aja, aku lg ga pengen sayang" balasnya. Setelah itu, Bunga asyik memakan es doger itu.

Tanpa disadari, Arsya hanya melamun dan menatap kosong kearah depan. Bunga menoleh dan mengernyit bingung. Sepertinya, ada sesuatu yang mengganggu fikiran Kekasihnya itu.

"Syaa" panggil Bunga.
"Syaaa" panggilnya lagi.
"Arsya" sentaknya. Arsya menoleh kaget kearah Bunga.

"Kamu kenapa si?" Tanya Bunga. Arsya sedikit memijat pelipisnya.
"Kamu sakit?" Tanya Bunga lagi. Kini, tangannya memegang dahi Arsya. Agak hangat memang suhu tubuh Arsya. Tapi, jawaban Arsya hanya gelengan. Bunga semakin bingung dengan kekasihnya.

"Syaa liat aku" ucap Bunga. Ia mengarahkan badan Arsya agar berhadapan dengannya. Kemudian, ia menggenggam tangan Arsya. Menyalipkan jari jarinya disekitar jari tangan Arsya.

"Kamu udh kenal aku berapa lama si Sya. Aku tau semua sifat kamu. Semua sya. Kamu jangan pendem masalah kamu sendiri. Aku tau kamu pasti lagi ada masalah. Kamu bisa cerita sama aku sayang. Aku siap denger cerita kamu. Siapa tau akubisa kasih solusi untuk kamu." Ucap Bunga.
Arsya menatap sendu Bunga. Terlihat sekali wajahnya benar benar lelah. Wajahnya benar benar menyimpan kesedihan.

"Papah mau nikah lagi sayang" ucap Arsya.
"Dia mau menikah sama perempuan yang aku gak tau seluk beluknya dari mana. Yang jelas, dan yang aku dengar, papah bilang dia udh punya anak. Dan anaknya itu adik aku. Dia dan aku sedarah." Lanjutnya.

Bunga pun yang mendengar ikut mematung. Apa maksudnya ini? Bukankah kekasihnya ini hanyalah anak tunggal? Tapi,yang harus ia lakukan saat ini adalah membuat Arsya tak sedih lagi.

Bunga terlihat mengelus pelan pundak Arsya. Berusaha menenangkan dengan caranya sendiri.

"Sayang, aku tau ini mungkin berita yang membuat kamu ga nyangka. Aku tau kamu pasti kaget kan. Tapi, seharusnya, kamu dengarkan dulu apa yang papah kamu ucapkan. Pasti tadi papah kamu ingin berusaha buat jelasin semuanya." Ucap Bunga. Arsya menatap Bunga dalam dan tersenyum simpul.

"Mungkin kamu benar. Aku terlalu emosi menanggapi nya. Harusnya aku dengerin penjelasan papah dulu. Aku gaboleh keterlaluan kayak tadi" balas Arsya. Ia sedikit menerawang kejadian tadi saat ia bertengkar dengan Dewo.

"Aku juga minta maaf ya. Hari ini bukan aku yang bahagiain kamu. Malah sebaliknya kamu yang buat aku tenang" ucap Arsya. Bunga malah terkekeh mendengar nya.

"Kamu apaan si lebay deh. Kayak ama sapa ae" balas Bunga. Ia mencubit gemas pipi Arsya.
"Aww sakit sayang" pekik Arsya. Ia memegang kedua  pipinya yang dicubit Bunga.

Setidaknya selama beberapa jam kedepan, Arsya kembali seperti biasa. Tak melamun lagi dan tak memikirkan masalahnya dengan Dewo.

*********************************************************

Vote and comment❤️❤️❤️
Nanti dilanjut lagi ya sayyyy

Aku Kamu dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang