Chapter 14 (Sakit sekali Ya Allah)

729 16 0
                                    

07.00
Terdengar bunyi denting sendok beradu dengan piring yang berisikin nasi goreng buatan Jeny sang bunda.
Tak lama munculah Bunga dan ikut bergabung bersama yang lain.
"Sayang, kok muka kamu pucet siii" Tanya Bramantyo, Bunga hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Iya dek.. kamu lg ga enak badan ya?" Tanya Ricky sambil menoleh ke arah Bunga.
Lagi lagi,Bunga hanya tersenyum.
"Aku gak papa. Kalian jangan khawatir" balasnya. Kemudian Bunga mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai coklat.
"Kamu hari ini kuliah syg?" Tanya Bunda.
"Iya bun aku kuliah abis ini langsung berangkat" balasnya lg.

"Kalo gitu biarin kakak yang anter kamu ya" tawar Ricky. Bunga menoleh dan mengangguk.
Setelah selesai sarapan, Bunga dan Ricky pamit untuk pergi ke kampus.

08.20
Dikampus Bunga langsung menuju ke kantin. Memesan segelas kopi susu dan menduduki bangku paling pojok.

Sesekali dia mengecek hpnya, sampai pagi ini tak ada satupun kabar dari Arsya. Itu yg membuatnya khawatir. Ditambah pula kepalanya yg terasa pening.
Disaat Bunga sedang sesekali memijat pelipisnya agar rasa pusingnya hilang, tiba tiba datang Jery dan duduk disamping Bunga.

"Bunga lu gapapakan?" Tanya Jery. Bunga menengok sekilas dan menggelengkan kepalanya bahwa seolah olah ia mengatakan tidak apa apa.

"Hmmm Jerr apa aku boleh tanya sesuatu?" Tanya Bunga pada Jeryyy.
"Silahkan. Lu mau nanya apa?"
"Aku cuma mau tanya apa kamu tau Arsya ada dimana? Dari kemaren semenjak dia pamit kerumah sakit buat temani Nita dia ga kasih kabar ke  aku sama sekali." Jelas Bunga pada Jery. Ia terlihat berfikir. Menghela nafas untuk menjawab pertanyaan Bunga.

"Jujur ya Bunga. Gua gatau sekarang si Arsya dimana. Tapi, yang harus lu tau. Jangan terlalu difikirin si Arsya. Lu harus positif thinking. Gua yakin Arsya gabakalan macem macem diluaran sana. Karena dia cuma sayang dan Cinta sama lu." Jawab Jery. Bunga merespon hanya dengan senyum tipisnya.

"Yaudah kalo gitu gua pamit dulu ada urusan. Lu hati hati ya. Kalo ada apa apa jgn sungkan buat telepon gua" ucap Jery dan pamit berlalu dari kantin.

Bunga menyeruput kopi susunya yang sudah mendingin. Setelah itu, ia berlalu masuk karena ada kelas untuk 2 jam kedepan.

#Dirumah Sakit.

Nita tersenyum manis melihat pemandangan didepannya. Ada Arsya yg tidur dengan damai di sofa tepat samping brankar Nita.

"Andai kamu tau Sya. Aku begitu mencintai kamu. Aku gapeduli dengan Bunga yang notabenya adalah pacar kamu. Aku cuma mau kamu jd milikku Sya. Aku garela yang lain menjadi milikmu" batin Nita

Tak lama Arsya mengerjapkan kedua bola matanya, hinga terbuka semua. Dia moneloh dan melirik kesekeliling dan langsung terduduk kaget.

"Astaga aku ketiduran" ucap Arsya.
"Iya Sya kamu ketiduran. Aku gatega bangunin kamu. Makanya aku biarin kamu tidur dan menginap disini." Ucap Nita. Arsya menoleh kearah Nita dan tersenyum tipis.

"Aku juga minta maaf ya. Harusnya aku jagain kamu. Bukan malah ketiduran begini" sesal Arsya.
"Aku harus pulang dulu ya. Mau ganti baju. Aku juga udh telat mau kuliah. Kalau sempat nanti aku kesini lg ya" ucap Arsya. Berjalan menghampiri Nita dan sedikit mengelus rambut Nita kemudia berlalu keluar ruang rawat Nita.

12.00

Dilain tempat, Bunga tengah merenung kembali di taman tempat biasa ia bertemu dengan Arsya. Entah mengapa dari tadi rasa pusing dikepalanya tak kunjung hilang. Tak sengaja dari arah samping terlihat seorang laki laki yang memandang Bunga dengan senyuman manis dibibirnya. Laki laki itu berjalan menghampiri Bunga.

"Hai Bunga" sapanya. Bunga terlonjak kaget dan menoleh kesamping. Ternyata laki laki itu adalah Faris. Orang yang kemaren telah sedikit menghibur saat ia tengah bersedih.

"Hai faris" jawabnya disertai senyuman kecil dibibirnya.
Faris berjalan mengitari kursi yang diduduki Bunga dan duduk disamping kanan Bunga.

"Kamu ga keberatan kan kalo aku duduk disini?" Tanya faris memastikan. Takut jikalau Bunga terganggu dengan adanya dia disini.
"Ga papa kok santai aja"

"Mmm.. ngomong ngomong kamu ngapain disini sendiri? Terus aku liat juga muka kamu sedikit terlihat pucat. Apa kamu sakit? Tanya Faris. Terlihat dari wajahnya ia sangat khawatir melihat muka Bunga yang pucat.

"Gapapa. Dari tadi emang aku agak ngerasa sedikit pusing aja kok. Nanti juga pusingnya bakal hilang" jawabnya. Faris hanya mengangguk.
Keheningan tercipta diantara mereka berdua. Sibuk dengan fikiran masing masing.

"Awwww" Bunga terlihat memegang dadanya. Faris menoleh dan wajahnya semakin terlihat khawatir.
"Kamu kenapa Bunga? Apa ada yang sakit?" Tanya Faris. Bunga hanya tersenyum tipis agar Faris tidak curiga bila dia ternyata sedang menahan sakit. Dia lupa untuk meminum obat siang ini. Bodohnya dia tak memikirkan kesehatannya yang semakin hari semakin menurun. Bunga berusaha bangkit dengan menahan nyeri di dadanya.

"A..aku..per..mi..si.. duluan ya faris" ucapnya sedikit tersendat. Bunga berlalu begitu saja meninggalkan Faris yang mematung bingung dengan sikapnya.

"Apa yang aku tak tahu tentangmu Bunga. Mengapa aku merasa bahwa kamu menutupi sesuatu dariku" batin Faris.

Bunga berlari sekuat tenaga untuk menjauhi Faris. Sampai jarak beberapa meter ia berhenti dibawah pohon. Keringat dingin bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Bibir manisnya kini semakin memucat. Ia terduduk dan merogoh tasnya untuk mencari obat itu. Karena obat itu lah satu satunya penyelamat ia sekarang.

"Ya Allah sakit sekali. Tolong redakanlah dahulu nyeri ini"batin Bunga sambil mencari dimana obatnya berada.

Setelah dicari sampai sampai Bunga mengeluarkan semua benda yg ada ditasnya, obat itu tak ada. Sepertinya ia lupa membawanya. Ia hanya tersenyum tipis sambil menikmati rasa nyerinya yg sampai kini makin menjadi.

"Ya Allah ku mohon ini sakit sekali. Bila ini memang yang terakhir, kumohon berilah selalu orang yangkusayang kebahagiaan" batin Bunga. Tak lama kesadarannya mulai hilang dan ia pingsan dibawah pohon.

Aku Kamu dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang